Chapter 21

955 52 1
                                    


Chanisa merebahkan tubuhnya dan memandang atap kamarnya. Semuanya harus dia lakukan hanya untuk menahan mama melakukan hal yang tidak diinginkannya. Chanisa menutup mata dan beranjak bangun dari kasurnya. Dia membuka jendela kamarnya dan menatap pohon besar yang berada di pinggir halaman. Sebuah kolam renang terlihat sangat menyegarkan untuk sekedar menenangkan otak yang terasa panas. Entah sudah berapa waktu Chanisa harus menahan seluruh keegoisan mama. Menjadikan dirinya juga wanita yang ambisius agar bisa menahan setiap tindakan mama.

Chanisa sangat menyayangi Ramond, dalam artian sebuah saudara. Bisa dibilang Chanisa adalah seorang kakak, walau mereka hanya berbeda empat bulan. Mereka bermain sejak kecil, walau mama selalu mengatakan agar tidak terlalu dekat Ramond. Tapi Chanisa sering melihat anak lelaki itu berwajah murung di bawah ayunan pohon di halaman rumah kakek mereka. Tidak ada yang menyayanginya, semua orang memandangnya hanya sebagai seorang anak lelaki calon pewaris. Bukan anak lelaki yang perlu diberikan kasih sayang dan perhatian.

Ramond pun hanya bisa melihat dari kejauhan setiap kali kakek memeluk Chanisa dengan sayang. Sedangkan dirinya diacuhkan. Chanisa tidak bisa membantu apapun saat itu dia hanya bisa membagi permen, coklat atau pun hadiah yang orang berikan untuknya pada Ramond.

Chanisa berjalan keluar dari kamar, karena dia merasa lapar karena sejak pagi belum sempat memakan apapun. Sialnya saat dia keluar dari kamar, Chanisa harus berpapasan dengan cewek yang Chanisa yakin hanya memanfaatkan Ramond. Setelah ayahnya masuk penjara, dia memeras Ramond dengan menjual tubuhnya.

"Bahagia banget, kenapa? Abis dipuasin Ramond?" Ucap Chanisa dengan sinis.

"Apa maksud lo?!" Tanya Kyla yang tidak senang dengan ucapan cewek itu.

"Gue gak masalah kalau Ramond pake lo untuk sekarang," Ucap Chanisa dengan senyum mengejek. Lalu dia melanjutkan kata-katanya," Karena pada akhirnya, dia akan tetap kembali ke gue." Kyla meradang dengan kata-kata cewek itu. Kyla tidak tahu apa maksud cewek ini. Mungkin bagi beberapa orang mencintai sepupu sendiri tidak masalah, tapi bagi Kyla cewek ini tidak mencintai Ramond. Karena setelah Kyla mencari tahu, cewek ini hanya memikirkan perusahaan.

"Gue rasa gue kenal Ramond lebih baik dari lo," ucap Kyla dengan wajah angkuhnya. Lalu dia melanjutkan perkataannya,"Cewek egois yang cuman mikirin perusahaan, gak pernah masuk dalam kamus Ramond." Gertak Kyla tak ingin kalah dari cewek gila dihadapannya. Chanisa pun seperti terpancing dengan perkataan Kyla.

Chanisa tersenyum sinis pada Kyla dan membalas perkataan cewek itu,"Kalo ngomong coba di pikir dulu, yang ngejar Ramond setelah bokapnya masuk penjara itu siapa?" Balasan Chanisa membuat Kyla terpancing. Dia hampir saja menampar cewek itu, kalau saja Ramond tidak menariknya.

"Gue gak ngusir lo dari rumah ini, karena gue masih nganggep lo orang penting dalam hidup gue," ucap Ramond dengan nada tegas. Lalu dia menambahkan perkataannya," Tapi sekali aja lo ganggu Kyla lagi, gue akan lempar lo keluar dari rumah gue." Ramond menarik Kyla menuruni tangga meninggalkan Chanisa dengan wajah kesal.

Kyla masih merasa kesal dengan perkataan cewek itu. Dengan seenaknya saja cewek itu berkata kalau dia hanya menginginkan harta Ramond. Tapi jika dia pikirkan semuanya kembali, Kyla memang datang ke Ramond untuk meminta pertolongannya. Tapi sekalipun Kyla tidak pernah meminta uang darinya, dia hanya membutuhkan tempat tinggal untuk mama dan adiknya. Apakah itu sudah mengartikan kalau dia adalah wanita murahan? Kyla mendongakkan kepalanya, dia tidak ingin menangis, tapi matanya sudah terasa panas dan berair.

"Jangan pikirin apapun yang diomongin Chanisa," Kyla membuka matanya dan melihat Ramond yang sudah berdiri dihadapannya. Lelaki itu menariknya dan memeluknya.

"Gue kesel sama perkataan itu cewek! Dia bilang kalau gue manfaatin lo," Balas Kyla dalam pelukan Ramond. Lelaki itu melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Kyla.

"Gak ada yang dimanfaatkan, lo dan gue saling butuh satu sama lain. Dan gue ngelakuin itu karena gue emang mau nolongin lo. Cuma pikirkan lo aja yang jalan kemana-mana," Ramond tersenyum geli. Kyla menunduk malu saat mengingat kebodohannya saat itu. Ramond mencium bibir Kyla sekilas.

"Gak usah pikirin dia, mending kita makan yuk," Ramond menarik tangan Kyla ke meja makan. Kyla baru tahu Ramond memanggil pembantu separuh waktu untuk bebenah rumah dan masak.

Kyla mengambil makanan yang Ramond berikan padanya. Seorang pembantu paruh waktu membuatkan ayam goreng dengan sambal dan tumisan kangkung. Kyla memakan semuanya dengan lahap. Sudah sejak tadi pagi dia tidak makan karena kedatangan cewek gila yang membuat suasana hatinya dan Ramond menjadi kacau. Belum lagi pertanyaan demi pertanyaan yang keluar dari kepala Kyla. Dan ditambah pernyataan yang Ramond ucapkan tadi 'orang penting dalam hidupnya'. Apa cewek itu sepenting itu, sampai-sampai Ramond tidak bisa menceritakannya padanya? Kyla menghela napas, dia memilih mengenyahkan pikirannya dan melanjutkan makanannya. Tidak berapa lama Chanisa datang mengambil piring untuknya sendiri dan duduk bangku samping Ramond. Kyla hanya memperhatikan cewek itu sekilas, namun dia memilih untuk mengacuhkannya dan melanjutkan makannya.

"Singkirin tangan lo!" Seru Ramond saat tangan Chanisa berada di bahu Ramond. Kyla tersenyum puas dan beranjak dari bangkunya untuk menaruh piringnya di tempat cucian.

"Entar gue mau bicara sama lo. Penting!" Ucap Chanisa saat melihat Ramond juga meninggalkannya.

"Tangan lo masih sakit?" Ramond tak mempedulikan perkataan Chanisa. Dia lebih memperhatikan Kyla yang memijat tangannya yang masih terasa sakit karena pengroyokan kemarin.

"Udah mendingan, tapi masih suka berasa sakit kalo di gerakin," Urai Kyla. Dia membiarkan Ramond mengambil tangannya dan memijatnya pelan. Biasanya Kyla akan risih jika Ramond menampilkan kemesraan di depan orang lain, tapi karena cewek itu sangat menyebalkan Kyla dengan sengaja bermanja dan terkadang dia harus membuat rintihannya agar Chanisa semakin terlihat kesal.

"Lo jangan ngangkat apa-apa dulu. Kalau sampe tiga hari masih sakit juga, kita ke dokter. Gue gak mau lo kenapa-napa," Ujar Ramond.

Kyla mengangguk manja dan membiarkan Ramond yang masih memijat pelan tangannya. Matanya memperhatikan Chanisa yang diam-diam menatap dirinya dan Ramond dengan sangat bangga Kyla tersenyum pada cewek itu. Menunjukkan kemenangan sepenuhnya yang dia dapatkan.

"Norak banget!" Tanpa menghabiskan makanannya, Chanisa beranjak meninggalkan piring makannya di meja. Kyla menggigit bibirnya menahan tawa yang rasanya ingin dia lepaskan.

"Lo sengaja ngegoda dia?" Sergah Ramond dengan senyum usil.

Kyla menatap Ramond yang juga tertawa di depannya. Kyla tak lagi bisa menahan tawanya. Dan berucap," Abis jadi cewek nyebelin banget. Ketauan jomblonya." Ramond hanya menggelengkan kepala dan membelai rambut Kyla.

***

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang