chapter 19

438 30 0
                                    


Di saat Kyla semakin terpojok dan kesakitan. Tiba-tiba saja satu ember air mengguyur beberapa cewek di sana. Mau tidak mau Kyla pun ikut tersiram. Para cewek kalang kabut, tubuh mereka basah karena guyuran air. Sementara itu, Fanya menarik Kyla dari kerumunan dan membawanya pergi.

Alexa dan Fanya terkejut saat melihat keributan, mereka mencoba menerobos dan melihat Kyla yang dikeroyok. Dan orang-orang bodoh yang hanya bisa menonton dan menertawakannya. Jadi Lexa dan Fanya berpikir keras bagaimana cara menyelamatkan teman mereka. Jadi mereka mengisi air di ember dan menyelinap ke kerumunan dan menyiramkan air pada ketiga cewek yang membully Kyla. Mereka hanya bisa kabur tidak mempedulikan teriakan cewek-cewek penggosip yang memaki mereka.

Alexa tahu seberapa menyebalkannya Kyla dulu. Dia egois dan tidak perduli pada siapapun, tapi apa semuanya cukup menjadi alasan untuk orang-orang membalasnya dengan cara mempermalukannya? Kyla tidak pernah mengkroyok orang atau pun menyuruh orang untuk membantunya. Dia selalu melawan cewek-cewek yang menggoda pacarnya sendirian. Hanya karena dia seorang anak ketua yayasan dan mereka tidak ada yang berani melawannya. Lalu, sekarang saat ia tidak memiliki apapun mereka semua membalasnya dengan cara yang menyakitkan. Itu sama saja mereka lebih hina dari binatang.

Fanya menghentikan mobil Alexa di belakang sebuah ruko. Tempat itu sepi dan jarang ada yang lewat. Alexa berjalan ke bagasi mobil, mengeluarkan beberapa pakaian dan memberikannya pada Kyla.

"Kaca mobil gue gak tembus pandang, lo ganti baju aja dulu," Alexa memberikan bajunya. Namun Kyla terlihat tak bergerak, dia hanya menggenggam handuk dan pakaian yang Lexa berikan dan tertunduk. Dalam diam dia masih menangis. Kyla berusaha menahan tangisannya sejak tadi, karena dia tidak ingin melihat wajah kemenangan cewek-cewek itu. Tapi sekarang, rasanya dia ingin menangis sepuasnya. Perasaannya benar-benar kacau dan tidak bisa dia jelaskan.

"Kyl," Ucap Alexa. Kyla bergeming. Masih sama, tertunduk diam dan menangis. Alexa mendekati Kyla dan memeluknya dan berucap, "Jangan dengerin kata-kata mereka." Ucapnya pelan. Kyla semakin menyandarkan kepalanya di bahu Alexa dan tangisannya semakin kencang.

"Gue hina banget, Lex," Ucap Kyla di sela-sela tangisnya. Dia semakin tertunduk menyembunyikan wajahnya. Alexa dan Fanya tak berusaha untuk berkata apapun lagi, mereka tahu Kyla membutuhkan waktu untuk melepaskan kesedihannya.

Setelah merasa tangisan Kyla semakin mereda, Alexa melepaskan pelukannya dan memberikan tisu yang berada di bangku depan. Lalu berkata," Jangan pikirin apa yang mereka omongin. Mereka ngedapetin Ramond karena kebutuhan sesaat. Tapi dengan lo, dia rela nunggu tiga tahun agar lo yakin dan percaya sama dia." Ucap Alexa.

Kyla tidak tahu apa yang dipikirkannya. Dia hanya berusaha untuk berhenti menangis. Kyla menyadari satu hal saat dia mengenal pertemanan. Sesuatu yang tulus memang tidak bisa di ukur, tapi cukup dilihat dan semuanya berjalan dengan beribu kisah yang mereka buat. Ketidakpercayaannya pada seseorang, membuatnya menjadi pembenci dan penyendiri, tapi dari ketiga sahabatnya, mereka mempelajari sebuah kepercayaan.

"Mereka itu cuman cewek-cewek kesepian yang mimpiin pangeran. Makanya mereka iri karena lo yang jadi cinderlella dari pangeran itu," tambah Fanya membuat Kyla tersenyum.

Alexa menepuk bahu Kyla, membuatnya kembali menoleh padanya dan berkata, "Udah, gak usah di pikirin. Lo ganti pakaian lo dulu. Entar lo masuk angin." Alexa kembali memberikan baju ganti untuk Kyla. Merasa sedikit lebih tenang karena ucapan teman-temannya, Kyla mencoba mengenyahkan apa yang di ucapkan cewek-cewek tadi. Tapi masih ada yang mengganjal di hatinya. Apa ia benar-benar Cinderella? Ataukah ia Belle yang terjebak dalam kurungan monster?

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang