chapter 13

488 37 2
                                    

 3 tahun kemudian.

Ramond membilas tangannya, ia baru saja selesai praktek di laboratorium. Sudah hampir enam bulan lebih dia melakukan praktek. Ini adalah tahap terakhir sebelum Ramond dan Kyla mengambil gelar dokter. Dia cukup senang dengan dunia kedokteran dan itu adalah mimpinya yang sudah sangat lama. Walau seharusnya dia memasuki fakultas perbisnisan untuk meneruskan bisnis keluarga, dia mengacuhkan itu dan tetap menjalani apa yang disukainya. Tapi tidak mudah untuk Ramond belajar dunia perbisnisan. Dari Elmo dan teman-teman lainnya, dia bisa memahami semuanya dengan sangat mudah. Dan jika memang memungkinkan, dia akan mengambil jurusan MBA setelah jurusan kedoterannya selesai. Walau sebenarnya dia sangat ingin meneruskan kespesialis bedah. Tapi mungkin itu bisa menunggu sampai selama dia melakukan koas.

Ramond menghela napas dan berjalan keluar. Kelas lab memang kelas paling berat, karena dia harus benar-benar teliti dan itu membuat kepalanya bekerja lebih keras dari biasanya. Ramond memandang jam tangan di lengan kirinya, sudah hampir pukul tiga sore. Dan tugas akhir-akhir ini membuatnya sulit bertemu dengan Kyla.

Ramond bersandar pada dinding, mengambil ponselnya seraya melepaskan jas prakteknya. Tangannya menekan satu nomor dan sebuah nomor langsung terpanggil. Menghubungkannya pada orang yang paling berarti dalam hidupnya. Setelah mereka tinggal bersama selama tiga tahun, membuat Ramond semakin membutuhkannya. Seakan dia tidak bisa jauh darinya dan kekasihnya itu adalah obat dari segala rasa lelahnya.

*****

Di tempat lain Kyla pun sama sibuknya. Keduanya yang sama-sama mengambil jurusan kedokteran, sama-sama disibukan dengan praktek, bimbingan-bimbingan dokter pengalaman yang menemaninya, sangat membantu Kyla dan Ramond untuk memahami semua masalah dan yang tidak mereka paham. terutama Pak Alex, dosen muda yang sangat membantunya untuk memahami di beberapa bagian yang yak dia mengerti. Orangnya juga cukup ramah pada siapa pun, membuat orang tidak segan untuk bertanya padanya.

Suara ponse bordering dari balik kemejanya, dia merogoh kemeja kedokterannya dan mengambil ponsel yang sudah di mode getar, lalu menyapa si penelepon tanpa perlu melihat layar," Ya, Ram." Kyla tersenyum pada dokter itu dan pergi. Masa-masa akhir membuat keduanya jarang bertemu. Keduanya sama-sama sibuk di tempat masing-masing. Walau berada di satu kampus, keduanya tidak bisa saling bertemu. Karena dari satu kelas, mereka harus lanjut ke kelas lain.

"Capek," Ucap Ramond. Kyla tertawa kecil mendengar suara keluhan cowok itu. Dia yakin cowok itu kini sedang bersandar dengan rambut acak-acakan.

"Inikan konsekuensi kita untuk jadi dokter," Ucap Kyla. Terdengar helaan napas panjang dari cowok itu. Kyla pun berngucapkan kata-kata penyemangat untuk lelaki itu," Gue juga kangen lo.". Kini helaan napas itu bergantikan menjadi kekehan geli. Itu adalah sihir buatan Kyla di setiap kali Ramond mengeluh. Merkea bisa berpelukan di kasur selama berjam-jam tanpa melakukan apapun dan Kyla hanya mengucapkan kata penyemangatnya itu, untuk mengembalikan mood Ramond. Dan esok paginya kekasihnya itu sudah kembali seperti semula.

"Cuma sebentar kok, sedikit lagi kita sampai," Ucap Kyla. Ramond menganggukan kepalanya. Dia tahu makna 'sampai' yang di ucapkan Kyla. Sampai pada mimpi-mimpi mereka selama ini. Mimpi yang hampir mereka tinggalkan begitu saja. Karena berjalan menuju mimpi seperti menapaki batu terjal di pegunungan. Terasa amat sangat lelah dan hampir menyerah.

Seakan waktu singkat itu sebuah adalah charge untuk keduanya mengisi baterai yang mungkin sudah hampir habis. Agar keduanya bisa saling menguatkan dan memberi support satu sama lain. Kyla menatap layar ponsel lelaki itu sudah menutup teleponnya. Namun senyumnya masih terpampang di layar ponselnya. Satu-satunya laki-laki yang dia cintai. Walau terkadang Kyla masih ragu sedikit dengan perasaan pria itu padanya. Kyla menggigit bibirnya, menatap layar depan ponselnya. Fotonya dengan Ramond yang mereka ambil bersama. Kyla ingin meyakinkan hatinya kalau Ramond hanya untuknya dan sangat amat mencintainya. Tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa ragu dari cara Ramond yang tidak pernah membicarakan sebuah ikatan. Dan sering kali ia mengalihkan pembicaraan setiap kali Kyla berbicara tentang pernikahan.

Bagi perempuan itu adalah pembicaraan yang wajar. Tapi bagi lelaki seperti Ramond, pernikahan adalah sebuah ikatan. Dan Kyla tahu Ramond tidak suka terikat. Dia seakan membuat ikatan dengan caranya sendiri, bukan dengan perjanjian dengan Tuhan.

****

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang