"Jadi dokter gimana keadaan Syoya?" Sho bertanya pada seorang dokter cowo didepannya. Beberapa menit yang lalu sang dokter telah memeriksa kondisi Syoya yang tiba-tiba pingsan.
"Dia baik-baik saja" Jawab dokter berkacamata tersebut. "Cuma kecapean saja. Lebih baik biarkan dia beristirahat baik fisik maupun fikiran. Jangan lupa obat yang saya berikan harap diminum 3x sehari" dokter itu mengingatkan. "Sakit apapun itu jika dibiarkan akan berbahaya"
"Terima kasih dokter" Sho bersyukur tak ada yang perlu dikhawatirkan. Sambil membungkukkan badan dia berterima kasih.
"Kalau begitu saya pergi dulu"
"Biayanya dok?" Ruki bertanya. Kalo soal biaya Ruki siap kok menganggung. Itulah gunanya punya kelebihan harta kan?
"Gak perlu, Ini dokter keluarga gw kok. Kalian tenang aja, gak usah masalahin biayanya" Keigo datang bak super hero, sambil tersenyum tipis.
"Makasih Keigo" Ren ikut tersenyum. Satu hal yang dia suka dengan anak-anak di sini. Mereka rela berkorban dan menolong satu sama lain.
"Biasa aja lah, kita kan udah kek keluarga" Bener apa yang dikatakan Keigo. Tinggal bersama dalam waktu setahun udah cukup buat mereka punya ikatan kekeluargaan.
"Kalau begitu saya pamit" dokter kembali pamit. Biasa, banyak pasien yang harus ditanganin.
"Terima kasih dokter" Mereka masih menunduk memberi hormat.
"Kalo gitu gw anter dokter dulu yah"
"Hati-hati dokter" Keigo nganter sang dokter keluar rumah. Kelihatanya mereka cukup dekat karena Keigo ngerangkul dokter yang bahkan jauh lebih tua dari Keigo.
"Nah kalo gitu kalian balik ke kamar masing -masing. Kasihan Syoya harus berbagi oksigen dengan orang sebanyak ini. Biar dia cepat sembuhnya"
"Sukai jagain Syoya yah!" Junki nepuk pundak Sukai.
"Yuklah"
"Shosei lu juga ikut keluar!" Junki yang kebetulan disamping Shosei nepuk pundaknya. Tapi gak ada reaksi berarti dari Shosei.
"Shosei?! Woy Shosei!!"
"Y-ya?!"
"Lu gak denger apa?! Kita balik ke kamar masing-masing!!"
"Ah maaf" Shosei tersenyum canggung.
"Jangan ngelamun mangkanya!" Ren merhatiin gelagat aneh Shosei sejak datang ke kamar ini, Ren bisa tau kalo Shosei terus natap tajam kearah Mame.
"Maaf. Tapi, aku pengen disini nemanin Sukai!" Shosei mengajukan diri. Setidaknya dia akrab dengan Syoya. Dia hanya ingin melindungi Syoya sekarang.
"Yasudah kalo gitu. Oiya berhubung Shion bakal sendiri di kamar, Mame tidur bareng Shion yah? supaya bisa akrab" Takumi menyarankan. Akan membutuhkan waktu cukup lama supaya akrab satu sama lain, tapi setidaknya dengan cara ini Mame akan merasa diterima disini.
"Ide bagus tuh" Ruki ikut nimpalin.
"Gimana Mame?" Sho bertanya. Mame terlihat senang dengan tawaran ini. Mungkin Shion akan menjadi teman akrabnya.
"Kurasa a-"
"Gw tidur bareng Shion!" sebelum Mame selesai Shosei udah motong omonganya. Semua orang di ruangan kaget karena Shosei ngomong dengan nada tinggi. Tak terkecuali Keigo yang baru gabung setelah nganter dokter.
"Jangan kenceng ngomongnya!" Sho negur. "Teriak di samping orang sakit bukan sikap yang baik!"
"Lah bukanya lu mau jagain Syoya tadi?" Shion ikut heran dengan perubahan sikap Shosei. Jarang banget dia ngegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Anak Terakhir
أدب الهواةAwalnya semua berjalan seperti biasa, tak ada kejadian aneh ataupun horor di rumah mereka hingga pada suatu hari seorang remaja bergabung. Rumah yang awalnya dipenuhi tawa berubah menjadi teriakan ketakutan. Satu persatu teka teki mulai terkuak. Sia...