"Arrghhhhhhhh"
Ruki meraskan punggung nya membentur sesuatu dengan keras, cukup untuk mematahkan tulang atau jika kurang beruntung akan mematahkan nyawanya. Ia merosot dari posisinya menjadi duduk dengan terbatuk keras di ikuti darah segar keluar dari mulutnya. Efek benturan menyebar cepat ke seluruh tubuh, kedua lenganya terluka di lihat dari seberapa banyak robekan berbentuk sayatan di kemeja panjang yang ia pakai, beberapa masih mengeluarkan darah segar. Seingatnya ia tak mendapatkan luka ini sebelumnya.
Memejamkan mata sebentar untuk memulihkan kepala dari rasa pusing yang membuat dunia seakan berputar. Ia juga masih dapat merasakan lengket di bagian belakang kepala. Butuh waktu sekitar semenit agar ia kembali membuka mata.
"Sial" kata itulah yang pertama keluar dari mulutnya. Bukan tanpa alasan ia mengatakan itu, matanya menangkap gambaran di sekitarnya, sebuah hutan yang rindang. Coba ia ingat lagi, terakhir kali ia berada di rumah milik keluarganya untuk menghadapi makhluk bernama Mouna yang telah mengambil Mame, berusaha membawa rohnya keluar secara paksa. Dan yah dalam upaya mempertahankan mangsanya, tentakel bodoh tiba - tiba muncul entah dari mana berusaha menyerang dirinya dan Shion-
"Tunggu Shion kemana?!" tanyanya panik menolehkan kepala ke kiri yang langsung disambut denyut mematikan dikepalanaya. Dunia sekali lagi berputar dan terasa semakin parah dari terakhir kali ia merasakan. Lelaki itu menjerit sambil memejamkan mata, menyentuh kepalanya kemudian untuk menahan guncangan rasa sakit walau tak mempan. Kepalanya masih belum mau kompromi, seharusnya ia tak bergerak mendadak tapi ia tak bisa tak panik saat seseorang yang telah ia anggap adik menghilang.
Matanya kembali terbuka, mencoba menenangkan diri atau kepalanya akan sakit kembali. Matanya menyipit saat sinar matahari lolos melalui celah dedauan yang lebat. Siapa yang mengira ia akan dikirim ke hutan terlebih ia di pisahkan dari Shion dan Mame. Ia mencoba menebak apakah kini ia masih berada di di mensinya atau hanya di pindahkan ke tempat lain, mengingat salah satu keahlian siluman tersebut memindahkan.
"Lagian keduanya gak ada yang menyenangkan" ia menggerutu yang sekali lagi menyebabkan kepalanya berdenyut. "Kalau gw dikirim ke tempat lain itu bakal lebih mudah buat cari jalan keluar karena siluman itu gak bisa menjangkau jarak yang terlalu jauh. Tapi masalahnya kalau dia ngirim gw ke dimensi lain satu-satu nya cara keluar yah ngalahin siluman itu" Ruki mengehela nafas berat, memikirkan kemana kira-kira Shion dikirim.
Setelah kepalanya mentolelir rasa pusing ia berdiri dengan tertatih, bertumpu pada pohon besar dibelakangnya, menatap pohon tersebut sekilas untuk memperhatikan ada bekas benturan.
"Shion?" Ruki memanggil saat berjalan disekitar hutan, meninggalkan tempat awalnya. Sekarang. misi awalnya adalah mencari anak tersebut. Matanya memperhatikan dengan jeli sekeliling. Seperti umumnya hutan, tak ada yang istimewa selain pepohonan tinggi dengan dedauan rimbun yang sukses mencegah sebagian besar panas matahari melewatinya. Sesekali ia mendapati beberapa hewan seperti tupai, kelinci, rusa bahkan ular yang tengah mengelantung di dahan pohon. Ia diam-diam berdoa supaya tak bertemu singa dan hewan ganas lainnya.Sepanjang perjalanan ia hanya mendengar suara langkah kakinya yang tertatih dan suara gesekan dedauan karena angin. Sesekali ia juga mendengar burung berkicau.
Mungkin ia telah berjalan 10 meter dari tempat sebelumnya, namun masih tak ada tanda kehiduapan manusia disini. Ia tak dapat menemukan Shion apalagi Mame, ia bergidik saat membayangkan menemukan Mame yang telah kelilangan rohnya, ia menggeleng kemudian dan mengutuk keras makhluk tersebut. Dan yah ia juga akan mengutuk Keigo walau bukan dalam artian sebenarnya. Oh astagah!
Dari arah kiri, beberapa meter dari ia berdiri terdapat sebuah sungai kecil mengalir. Instingnya mengatakan untuk mendekat dengan sekelebat informasi yang baru ia dapatkan. Mouna dapat memanipulasi pikiran mangsanya, dan cara terbaik untuk mematahkan ilusi tersebut dengan menghancurkan ilusi itu sendiri. Ilusinya tak akan tergambar di sesuatu yang memantul seperti kaca dan air, pantulan tersebut hanya menggambarkan keadaan atau situasi sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Anak Terakhir
Fiksi PenggemarAwalnya semua berjalan seperti biasa, tak ada kejadian aneh ataupun horor di rumah mereka hingga pada suatu hari seorang remaja bergabung. Rumah yang awalnya dipenuhi tawa berubah menjadi teriakan ketakutan. Satu persatu teka teki mulai terkuak. Sia...