Chapter 15 : Lelaki Tua dan Gadis Kecil

274 38 24
                                    

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, Junki akhirnya sampai di rumah sakit tempat teman-temannya dirawat. Sebenarnya ia bisa sampai 10 menit lebih awal jika dirinya tak menggubris ucapan Ruki untuk berhati-hati saat mengendara. Keputusan yang ia nilai sangat bijak dikondisi sekarang.

Setelah yakin memarkirkan motornya dengan benar ia langsung berjalan kedalam. Pertama-tama ia akan menemui Ren terlebih dahulu untuk menyerahkan tas berisi baju ganti yang telah disiapkan Ruki. Kemudia ia akan menjenguk Shosei sebentar lalu mendatangi ruangan Takumi.

Walau sehari tak bertemu, ia tak bisa menangkis rasa rindu dihatinya. Tentu saja ia telah menganggap semua orang dirumah adalah saudaranya. Junki masih belum tau kabar Keigo bagaimana, namun ia harap lelaki pecinta hal mistis itu baik-baik saja dan memang harus begitu. Belum lagi keadaan Sukai, jujur ia benci dengan fakta bahwa harus melihat saat 'adiknya' jatuh dari tangga. Tapi terlepas dari itu semua, ia masih bisa bersyukur Shosei dan Takumi sudah sadar dan tinggal menjalani masa pemulihan.

Dan yah tentu saja mengingat hal ini mau tak mau ia teringat sosok Mame. Sejujurnya jauh didalam hatinya Junki tak membenci anak itu, ada sedikit perasaan bahwa ia memang anak baik. Namun apa yang ia lihat kemarin bukan mencerminkan prilaku anak baik. Lagipula kenapa juga ia harus memikirkan dia sekarang? Ada hal yang lebih penting untuk dikerjakan.

"Nak" Junki tersadar dari lamunanya saat sebuah tepukan terasa dipundak kirinya. Ia berbalik untuk menemukan seorang leleki tua yang jika ia lihat lagi seusia kakeknya.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu?" Junki berhenti untuk menatap kakek tersebut. Raut kebingungan masih berada diwajahnya, apalagi saat lelaki itu memegang erat pundaknya lalu mengguncang sedikit "Ya?" ulang Junki masih heran.

"Apa yang kamu bawa?" Walau wajahnya telah keriput tapi Junki masih bisa melihat ekspresi serius disana.

Ditengah kebingungan ia masih sempat melirik kerah tas yang ia sandang. "Umm.. Baju ganti?"

"Tidak nak, kamu lebih baik pergi dari sini" ia merasakan dorongan namun cukup kuat untuk mempertahankan keseimbangan.

"Kenapa?" ia merasakan pundaknya sedikit sakit karena genggaman kakek tersebut makin kuat.

"Lebih baik kamu pergi anak muda! Kamu tak tau apa yang kamu bawa! Ini rumah sakit dan sangat berbahaya!" nadanya sedikit meningga dan terlihat perubahan ekpresi si kakek menjadi lebih tegang. Junki yang masih bingung berusaha melepaskan diri dari sang kakek dan berusaha tak melakukan dan berkata hal yang 'kasar' pada orang tua.

"Saya masih tak mengerti apa yang anda maksudkan, tapi maaf saya harus menjenguk teman sekarang" ia berbicara sesopan yang ia bisa.

"Tidak nak sudah aku bilang pergi dari sini! PERGI!!" ia membentak membuat Junki kaget bukan main, mundur beberapa langkah karena kakek itu terus mendorongnya. Junki lebih memilih tak melawan karena tau perbedaan kekuatan mereka, ia hanya akan mencelakai kakek itu jika balas mendorong.

"Kek.. Saya tak bisa main-main disini, teman saya sedang sakit dan perlu dijenguk!" ia berkata sekali lagi cukup untuk menarik perhatian banyak orang yang berada disekelilingnya. Menatap mereka dengan bingung. "Oh bagus! Sekarang gw bakal dituduh anak muda yang durhaka sama kakeknya! Tunggu, dia bukan kakek gw!" batin Junki panik.

"Tidak! Kamu membawa hal berbahaya!" ia masih bersikeras.

"Bahaya? Astagah saya tidak membawa bom atau semacamnya! Didalam tas hanya ada baju ganti dan alat mandi, beberapa buku dan ponsel!" Junki mulai frustasi. Terlintas dipikiranya bahwa kakek didepanya ini mengalami gangguan jiwa atau memang kabur dari rumah sakit jiwa!

"Kamu tak boleh masuk!! Kamu membawa-"

"Ayah!" belum selesai kakek tersebut berbicara seseorang datang menghampiri mereka. Wanita berusia 40an tersebut terlihat panik "Maaf maaf maaf!" ucapnya menarik kakek tersebut menjauh dari Junki.

Misteri Anak TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang