Dari jarak beberapa ratus meter Ruki udah bisa ngelihat Ren duduk di kursi tunggu. Wajahnya kelihatan kusam dan lelah. Yah wajar, belum tentu juga Ren mandi kemaren. Ruki dari jarak segini udah menebak kemungkinan yang akan terjadi, antara Ren akan tetap marah padanya atau Ren gak mau ngomong sama dia, atau paling parah ngusir dia. Yah walau initinya sama aja, masih marah.
Sebelum ke sini Ruki sempetin beli minuman kaleng yang sekiranya bisa mengembalikan energi yang hilang. Gak usah sebut merk yah.
Karena canggung mau nyapa akhirnya Ruki nempelin minuman kaleng ke pipi kiri Ren, refleks Ren membuka mata terus noleh kearah kiri yang mana dia nemuin sosok Ruki yang berdiri disampingnya sambil megang minuman kaleng.
"Tuh minum" ucap Ruki menatap Ren, yah setidaknya tatapan lelaki itu tak setajam kemarin.
Ia duduk disamping Ren. Sebenernya Ruki merasa masih canggung namun memberanikan diri. Ekspresi Ren juga menggambarkan bahwa ia tak nyaman.
"Ini baju lu" Ruki ngelempar tas hitam kearahnya. Astagah pangeran, dikasih baik-baik dong masa di lempar gitu, yang ada Ren makin kesel entar.
"Mana Sukai?" tanya Ren, masih tak mau nenatap Ruki lama-lama.
"Lu masih marah ampe gak mau natap gw?" tanya Ruki memperhatikan gerak gerik Ren. Ya iyalah, lu ngasih tas kek gak ikhlas.
"Makasih" balasan Ren ambigu, yang ditanya apa dijawab apa.
"Takumi yang menyipin semuanya, jadi gw kira gak ada yg bermasalah karena Takumi sekamar dengan lu" ucap Ruki menyandarkan punggungnya. Matanya menatap kearah beberapa pasien yang terlihat berjalan dengan infus di sisi mereka. Beberapa ditemani seorang suster. "Memang sehat itu mahal yah"
"..." Ren masih mengutak atik tas hitam miliknya, sedikit bingung untuk berbicara apa.
"Gimana keadaan Shosei?"
"Belum sadar" Ren menghela nafas panjang. "Tapi dokter bilang dia berhasil melalui masa kritis. Setidaknya gw bisa lega walau sampai sekarang dokter belum mengizinin Shosei dijenguk"
"Syukurlah" Ren menatap minuman kaleng yang sempat Ruki berikan.
"Yaudah karena gw gak bisa jengun Shosei, mungkin gw pulang aja yah" lelaki itu berdiri dari duduknya. "Lu juga jaga kesehatan jangan maksain diri. Kita bisa gantian jagain Shosei nanti" ia tersenyum mentap Ren yang bahkan gak menatapnya balik. Masih ngambek inimah.
"..... Ruki" Setelah bertarung dengan batin sendiri Ren akhirnya memanggil nama itu. Ruki seneng dong artinya dia gak marah lagi.
"Apa?" masih bersikap sok cool padahal lagi nahan senyum itu.
"Lu bisa disini lebih lama kok"
"Eh?" Ruki menatap Ren tak percaya. Soalnya dia mikir cowok itu bakal ngucapin kata maaf, ternyata dia salah. Mungkin setelah ini dia minta maaf, mungkin loh ya. Ren yang tau ekspresi kaget Ruki langsung nambahin.
"Lu gak mau? Yaudah pulang sana" bentar, ini kenapa Ren jadi tsundere sih.
"Ah gak kok! Gw kira lu lagi marah" Ruki dengan sigap langsung duduk lagi sambil senyum-senyum sendiri, yang kalau dilihat orang lain bakal nyimpulin hal aneh-aneh. Contohnya ngira Ruki sakit jiwa.
"Maaf soal kemaren, gw sebenernya gak bermaksud gitu" Ren natap Ruki yang ekspresinya udah berubah jadi sok cool lagi. Bahaya kalo dia lihat Ruki senyum-senyum sendiri kan.
"Gw tau kok" Ruki senyum. Emang Ren itu aslinya orang baik, jadi dia gak marah sama perlakuan Ren yang pasti ada penyebabnya.
"Gw cuma panik sama keadaan Shosei" Ren kembali menatap lantai putih dibawahnya. "Lu tau kan Shosei itu temen gw dari kecil?" Ruki bisa melihat senyum tipis Ren, walau hanya sesaat.
![](https://img.wattpad.com/cover/211300754-288-k799275.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Anak Terakhir
FanfictionAwalnya semua berjalan seperti biasa, tak ada kejadian aneh ataupun horor di rumah mereka hingga pada suatu hari seorang remaja bergabung. Rumah yang awalnya dipenuhi tawa berubah menjadi teriakan ketakutan. Satu persatu teka teki mulai terkuak. Sia...