Chapter 8
"Yahh, sudah ku duga. Ngomong ngomong bagaimana kamu akan berlatih, jika kau mau aku bisa meminta Edwart untuk membantumu berlatih, dia salah satu penggarap Element Petir juga." Ujar Lily menyarankan. Ia menatap Melody yang duduk didepanya.
"Aku sudah belajar beberapa melalui buku, sekarang aku akan lebih fokus pada ramuan, sejak aku kecil, aku tidak pernah meramu ramuan, jadi aku akan fokus pada ramuan kali ini." Tolak Melody.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita berlatih bersama." Saran Lily kembali.
"Tentu."
"Kalau begitu, besok sore aku tunggu di perpustakaan." Putus Lily.
Melody menjawab dengan anggukan pelan dan tersenyum.
Setalah menunggu lama, satu persatu junior keluar dari ruangan ujian, tak terkecuali Lily, Carlet, Cessa, dan Hera.
Beberapa saat yang lalu, Lily Britson kembali karena dia masih memiliki kelas. Setelah semua berkumpul dilapangan, dekan memberi intruksi untuk berbaris menurut Divisi masing masing.
Tidak perlu waktu lama, semua telah berbaris sesui divisi, dapat dilihat barisan paling panjang dimiliki oleh Divisi Air, dan Divisi dengan siswa paling sedikit, tentunya Divisi Petir.
Melody berdiri dibarisan paling barat seorang diri, ia beberapa kali melihat Professor Tessa mencuri pandang padanya. Mungkin karna yang tadi, fikir Melody.
"Baiklah, semua sudah berkumpul?" Tanya dekan.
Semua junior menjawab dengan serentak.
"Baiklah, karna tes sudah dilaksanakan, saya akan mengumumkan, siapa saja yang mendapatkan kekuatan mental berwarna merah." Dekan tersenyum, dan menatap para siswa didepanya,"Yang pertama, Rainhard dari divisi Api, Gerald dari divisi Api, Emely dari divisi Angin, Shawn dari divisi Air, Jerome dari divisi Tumbuhan, dan yang terakhir, Melody dari divisi petir." Lanjut dekan."Kami sudah membagi kelompok untuk kalian, nati kalian bisa melihatnya dipapan pengumuman. Kelompok itu akan digunakan untuk mecari hewan sihir dihutan belakang dua hari lagi. Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada siswa yang mendapatkan kekuatan mental berwarna merah. Dan sekarang kalian bisa kembali," Instruksi dekan," Untuk Melody Collent, setelah melihat kelompok, dipapan pengumuman, temui saya diruangan saya."
Setelah Melody mendengar dekan meminta dirinya untuk menemuinya, ia tidak terkejut, karena Melody sangat menunggu momen bertemu dengan dekan untuk menjelaskan mengenai kekuatan nya tadi, agar tidak berbuntut panjang.
"Hei, Melody. Kenapa dekan memanggilmu?" Tanya Hera, yang sedang berjalan bersama Cessa menghampirinya.
"Entahlah, aku juga tidak tahu."
Balas Melody, memang benar ia tidak tahu apa yang akan Profesor Tessa bicarakan. Ia hanya tahu kalau Profesor Tessa memanggilanya untuk masalah tadi siang, mengenai kekuatanya."Sepertinya penting bukan?" Ucap Cessa terkekeh.
"Hmm, mungkiin. Dimana Lily dan Carlet?" Tanya Melody.
"Entahlah." Jawab Cessa.
"Itu mereka." Ucap Hera dengan menunjuk kearah datangnya Lily dan Carlet.
Melody mengangguk,"Baiklah, bagamana jika kita melihat daftar kelompok."
"Oke, ayo."
Mereka berlima berjalan beriringan menuju papan pengumuman. Dikarenakan jumlah siswa junior tidak sedikit dan papan pengumuman hanya ada tiga buah, mereka memutuskan untuk menunggu sampai salah satu papan pengumuman sedikit lengah.
"Selamat Melody, tidak heran juga yaa, karna semua anak yang memiliki Element Petir pasti memiliki kekuatan mental yang tinggi." Tiba tiba Hera berbicara, dan memecah keheningan diantara mereka.
"Benar, aku bangga memiliki teman sepertimu!!" Sambung Cessa terkekeh.
"Yaa, itu memang benar, lagi pula jarang sekali ada anak yang memiliki Element Petir." Bbalasan Lily mendapat persetujuan semua anak.
"Ya aku juga terkejut tadi, sewaktu batu itu mengeluarkan warna merah pekat." balas Melody berbohong."Mm, ini sudah terlihat sedikit sepi, sebaiknya kita lihat papan pengumuman, dan aku akan pergi keruang Dekan, sudah terlalu lama, aku khawatir Dekan sudah menunggu." Kata Melody, yang diangguki keempat temanya.
Mereka berjalan mendekati papan pengumuman yang terletak didekat pohon. Dipapan pengumuman terdapat sebuah hologram berisi daftar nama siswa junior. Yang berjumlah kurang lebih tigapuluh lima kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari enam anak.
"Astaga, apa apaan ini!!" Ucap Lily tidak percaya.
"Hei, kenapa? Brisik sekali!" Protes Cessa berjalan mendekati Lily.
"Ini menyebalkan, kau lihat dikolompok lima ada namaku, dengan sipenyihir api itu, astaga, aku sudah merasa putus asa jika satu kelompok denganya." Keluh Lily tidak terima.
Cassa tertawa terbahak dengan kedua tangan memegang perutnya. "Perutku sakitt, ini sangat lucu. Hahaha kau harus sangat sabar jika berdekatan denganya, aku ikut bersedih, hahahaha."
"Hei ada apa dengan kalian, tertawamu terdengar menggema kemana mana." Hera melangkah mendekat, dengan air muka penasaran dia mendongakan kepalanya berulang kali seakan menyiratkan ayo ayo kenapa Cessa tertawa, ceritakan padaku juga, ayo.
"Kau pasti akan tertawa Hera, ini sangat lucu. Keberuntungan Lily tidak bagus, dia satu kelompok dengan Frisca." Jelas Cessa mengeleng gelengkan kepalanya pelan.
"Cessa, teman macam apa kau. Kau bahkan meledeku, seharusnya kau membantuku kau tauuu!" Keluh Lily semakin heboh.
"Ada apa dengamu Lily, wajahmu terlihatan merah." Tanya Melody tidak paham.
"Aku sedang kesal!" Ucap Lily ketus.
Cessa dan Hera menggelengkan kepalanya pelan,"Dia satu kelompok dengan Frisca." Jelas Cessa sekali lagi. Matanya berkaca kaca karna terlalu banyak tertawa.
"Memangnya ada apa dengan Frisca? Kalian terlihat tidak menyukainya?" Melody kembali bertanya dengan pandangan menghardik kearaha mereka bertiga.
"Kau tidak tahu, dia itu gadis ter ter manja dan terlebay yang pernah aku lihat, dia bahkan selalu menempel di lengan Ethan seperti Koala gemuk, ditambah dia adalah putri ketiga dari Kerajaan Trazmoz, poin minus yang sangat dia banggakan kepada semua orang, itu menjijikan." Jelas Lily dengan ekspresi jijik dan kesal.
"Sepertinya sangat parah, dan kalian terlihat tidak menyukainya. Apakah dia pernah membuat masalah dengan kalian?"
"Ya, itu terjadi sekitar satu bulan yang lalu, mungkin. Waktu itu kita sedang mengantri di depan meja pentri untuk mengambil makan malam, tiba tiba di datang entah dari mana dan memotong atrian didepan kami, karna dia salah, aku mencoba untuk memberitahu dia untuk mengantri dibelakang, dan hasilnya dia marah marah lalu mendorong ku hingga kami Jatuh." Carlet menjelaskan dengan berjalan mendekat kearah mereka berempat, "Seorang putri yang diberi makan sendok emas dari kecil dan mendapatkan terlalu banyak kasih sayang dari kaka kakaknya pasti akan selalu merasa seperti itu, dimana pun dia berada dia akan selalu ingin mendapatkannya dengan mudah dan tanpa usaha, jadi tidak heran dengan sifatnya yang seperti itu." Lanjutnya.
Mereka mengangguk dan menunjukan air muka ketidaksukaanya, dan Melody menatap mereka seakan mengatakan yahh ini memang keterlaluan.
oOo
Maaf baru bisa Up, men temen.
Semoga suka, klo ada saran ato ada kesalahan bisa komen nanti aku benerin, terimakasih.
Next, nyusul.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Element Academy : Melody Colent (On Going)
FantasyMelody Collent. Seorang putri yang memiliki rambut pelangi dan sepasang bola mata yang indah setelah kebangkitan warisan Element miliknya. Dalam sejarah hanya ada satu orang yang memiliki rambut berwarna pelangi, ia adalah raja pertama klan Penyihir...