"Tadi aku sudah menutup mata, sekarang giliranmu. Jangan mengintip ya!"
Tenten ragu-ragu, namun ia menurut. Ia merasakan belaian lembut ditangannya disertai desah nafas yang hangat ditengkuknya. Matanya tertutup makin lekat, ia merasa takut.
"Hitungan ke tiga buka matamu yah, satu... dua... tiga...", sontak suara pria itu menggelegar di telinga Tenten. Kaget.
Dibukalah matanya, "Aaaaah...". Di genggaman tangan kanannya terpercik api. Kembang api.
"Hehehe, aku minta apimu ya?", pria itu menyentuhkan kembang apinya ke kembang api Tenten.
Tenten memukul bahunya, "Tidak lucu!"
"Tenang aku masih punya banyak."

KAMU SEDANG MEMBACA
Utakata Hanabi
Historia CortaTak ada kepergian yang benar-benar abadi. Yang ada hanyalah hati yang tak akan pernah berpaling yang hanya terpisahkan oleh waktu yang tak mengizinkan kita bersatu di dunia, tempat dimana kita bertemu dan memulai menyatukan hati masing-masing dalam...