Langit sudah terlihat samar-samar menggulung bintang-bintang kecilnya untuk berganti dengan cahaya surya yang masih malu untuk memanggil kokok ayam. Tikk! Pria itu mengunci syaraf kesadaran Tenten. Tenten pun terjatuh ditangannya. Ia tatap wajahnya sejenak, tampak sisa air matanya masih mengalir di pipinya. Ia menghapusnya kembali. Pria itu pun merasakan getaran kesedihan yang sama. Ia belai rambut coklatnya yang masih tergerai, dan dikecuplah keningnya, berharap perasaannya akan berubah lebih tenang.
"Maaf Tenten, tak seharusnya aku melakukan ini tapi esok hari saat kamu membuka mata, semua ini hanya terasa sepert mimpi.", ucapnya lirih. Ia berjalan dan hingga akhirnya membaringkan Tenten di kasurnya. "Selamat tinggal."

KAMU SEDANG MEMBACA
Utakata Hanabi
Cerita PendekTak ada kepergian yang benar-benar abadi. Yang ada hanyalah hati yang tak akan pernah berpaling yang hanya terpisahkan oleh waktu yang tak mengizinkan kita bersatu di dunia, tempat dimana kita bertemu dan memulai menyatukan hati masing-masing dalam...