Ia membacanya, berulang ia membacanya. Ia tak percaya dengan apa yang di hadapnya. Neji tahu, Neji mengetahuinya. Lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya ia tak dapat membendung air matanya. Ia dekap surat itu ke dadanya, hatinya merasa sangat perih dan sakit.
"Neji kau curang, mengapa kau pergi padahal kau tahu. Mengapa kau mengatakannya, sementara kau biarkan aku membisu menahan semuanya sendirian. Neji kau curang. Neji kau curang!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Utakata Hanabi
Short StoryTak ada kepergian yang benar-benar abadi. Yang ada hanyalah hati yang tak akan pernah berpaling yang hanya terpisahkan oleh waktu yang tak mengizinkan kita bersatu di dunia, tempat dimana kita bertemu dan memulai menyatukan hati masing-masing dalam...