Chapter 24

5 1 0
                                    

Zee mengambil bantal kecil di sofa ruang tv dan memeluknya. Dirinya kembali mengingat semua kejadian beberapa jam yang lalu bagaikan sebuah roll kamera. Ia menghela nafas panjang sembari membenamkan wajahnya ke atas bantal di pelukannya. Ingin rasanya ia menjerit sekencang-kencangnya hingga seluruh beban pikirannya meluap bersama suara yang keluar dari dalam pita suaranya.

Namun, bukannya menjerit, Zee malah berakhir dengan menangis, terus-menerus hingga matanya membengkak. Ia baru pertama kali jatuh cinta, ya, pada akhirnya ia dapat menemukan seseorang yang berarti dalam hidupnya selain dirinya dan keluarganya. Menjadikan pria itu sebagai harapan dan angan baginya. Dan setelah beberapa tahun memendam perasaan dan sempat berpisah, akhirnya semesta mempertemukan kembali dirinya dengan pria yang menjadi tambatan hatinya selama ini. Oh, betapa beruntungnya dirinya.

Akan tetapi, tampaknya semesta merencanakan hal lain. Entah apakah ini ujian baginya ataukah takdir yang harus ia terima, ia harus menerima kenyataan pahit bahwa lelaki yang ia cintai tak memandang dirinya seperti apa yang dirinya lakukan. Zee bahkan harus menerima kenyataan lain bahwa Lifa juga menyukai Bisma. Sesuatu yang bahkan Zee sendiri tak mampu menyampaikannya kepada orang lain.

Sebab, Ia terlalu pengecut untuk mengutarakan hal itu.

***

"Kak, sebentar lagi festival olahraga antar sekolah, kakak ngga minat berpartisipasi gitu? Kak Zee!" seru Anna begitu menyadari Zee sedari tadi tak menggubris obrolannya.

Anna cemberut, memperhatikan kakak keduanya dengan seksama. Wajah Zee begitu muram sejak kemarin, matanya tampak bengkak, dan terlihat pucat. Anna sejak kemarin sudah berulang kali menanyakan ada apa dengan kakaknya yang satu ini? Namun Zee menyatakan bahwa ia hanya sedang tak enak badan.

"Kak, kakak kalo sakit mending pulang aja, gih! Anna khawatir sama kondisi kakak." Sambungnya. Kantin sekolah yang ramai terdengar sedikit menenggelamkan suara Anna.

"Huh?" sahut Zee yang akhirnya merespon. Namun, dapat dipastikan ia tidak memberikan perhatian penuh pada perkataan Anna.

"Kakak kenapa sih, dari kemarin sikap kakak aneh banget, tau. Kakak jadi jarang makan, sering melamun, dan kakak jadi pendiam banget sekarang."

Zee tersenyum simpul, "Kakak gapapa, Na. Cuma memang beberapa hari ini kakak kurang sehat aja."

Anna menghela nafas, "Kakak yakin?" Zee mengangguk kecil. "Oh, ya. Anna perhatiin, kakak jarang gabung bareng kak Lifa, Kak Bisma juga. Ada apa?" Tanya Anna sambil menyeruput es teh pesanannya.

Anna dapat melihat raut sendu dari mata Zee, untuk sesaat Zee merunduk diam sembari memperhatikan minuman dihadapannya.

"Kakak Cuma mau ngasih privasi buat mereka aja, Na."

"Lah, emangnya mereka kenapa?"

"Mereka udah resmi pacaran."

"A-apa?!"

***

"Gue denger si Anna udah resmi jadian sama Rama. Lo udah denger belum, Vin?" ujar Calum disela obrolannya bersama teman-teman satu grup mereka.

"Lo ngga ngambil langkah seribu buat ngerebut Anna lagi? Bukannya lo cinta mati yah sama tuh cewek?" sambung Ashton meledek.

"Dia malu kali, secara, dia kan udah kalah saing sama Rama, ye ngga?" sambung Michael.

Vino, yang masih santai memakan bala-bala pesanannya memilih mengangkat bahunya cuek.

"Bodo amat! Bukan urusan gue ikut campur hubungan mereka." Ujar Vino berusaha se-cool mungkin. Yang sontak saja disambut sorakan serta tepukan tangan dari semua temannya.

3 Girls 3 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang