iv

686 92 3
                                    

.
.
.

Lee Seokmin.

Kelahiran 1 tahun lebih muda dibanding Jihoon dan Wonwoo.

Namun, karena masih bulan awal, ia curi tahun sejak SD sehingga kini ia setingkat dengan kedua sahabatnya.

Kelakuannya konyol dan sering menjadi sumber tawa duo makhluk dingin. Tapi jangan salah, otaknya sangat encer.

.
.

Tampak seseorang yang menggunakan kacamata bulat dengan rambut dan seragam sekolah yang senada, tertata rapi, sedang berjalan keluar dari pintu masuk sekolah, menggenggam erat tas yang dipikul dipunggung.

"Lihat! Itu si anak baru. Jauh sekali dari harapanku. Lihatlah mukanya yang menjijikkan itu."

"Masih punya nyali untuk tersenyum pula. Menggelikan."

"Tidakkah dia malu berpenampilan seperti itu? Dasar anak kampung, culun."

Sayup-sayup ia mendengar bisikan yang berasal dari belakangnya.

Tidak mau terlalu peduli, ia mengeratkan genggaman pada tasnya dan berjalan lebih cepat.

Namun, tiba-tiba kepalanya terhantam dada bidang seseorang yang membuat tubuhnya terhuyung hingga terjatuh.

"Lihatlah, anak mama ini ingin pulang? Lucu sekali dirimu", tawa mengejek terdengar.

Sang anak baru itu hanya mampu menundukkan kepalanya, tidak mau mencari masalah.

"Hei! Kalau orang tanya itu harus dijawab! Lagian juga siapa drimu, hingga berani mendiamkan aku, heh?" Bentak orang itu, mendorong bahu si anak baru.

"Sudahlah, ayo kita pergi saja. Aku malas melihat mukanya." Sahut teman di sampingnya yang sudah meninggalkan tempat itu.

"Sampai bertemu esok hari, Seokminnie." Lalu dengan tawa kencang, ia meninggalkan lelaki yang masih berada di lantai itu.

"Bersiap-siaplah." Tidak luput dari pendengarannya yang tajam, bisikan lelaki itu membuat perasaan miliknya khawatir hingga berdegup tidak karuan.

Kau bisa melewati ini!

.


Keesokan harinya.

Masih aman. Istirahat kedua dan belum ada yang mengganggunya.

Kuharap akan begitu seterusnya, doanya dalam hati.

Namun, sepulang sekolah, ia nampak kecewa karena sepertinya doanya tak terkabulkan. Kumpulan lelaki yang kemarin mengganggunya, kini kembali menghadang jalan pulangnya.

Sial, tidak ada orang. Takutnya, jika mereka ingin macam-macam. Dan benar saja firasat miliknya.

"Bagaimana jika kita bermain sedikit dengan si mama boy?", katanya sambal meregangkan persendian miliknya.

Kalimat itu sukses membuat Seokmin membulatkan matanya dan mengedarkan pandangannya ke wilayah di sekitarnya.

Benar-benar tidak ada orang. Matilah aku.

Good Boy | wonhoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang