11

1.1K 151 18
                                    

Note dibawah nanti dijawab ya, penting!

Selamat membaca~
.
.
.

Seungcheol sedang berjalan menuju rumahnya. Ia baru saja membeli beberapa minuman dingin untuk melepas dahaga.

Cuaca hari ini sangatlah panas. Apalagi kepalanya.

Sungguh kombinasi yang menyegarkan.

Beberapa langkah sebelum ia sampai, ia mendongakkan kepalanya keatas, melihat awan-awan yang begitu indah tertata.

Andai hidup ini seindah mereka, batin Seungcheol.

Tiba-tiba terdengar suara pekikan nyaring, membuatnya tersentak-- keluar dari bayang-bayangnya.

"Tolong! Ada pencopet!"

Seorang ibu berusia sekitar 40-an berada tak jauh di depannya. Dapat ia lihat ada seorang laki-laki yang memegang tas yang ia duga milik ibu itu, sedang berlari menjauh.

Seungcheol segera melempar belanjaannya asal ke tanah dan mengejar sang pelaku.

Sebagai pemenang lomba sprint, bukan hal yang sulit untuk mengejar pencuri awam.

"Berhenti!" Teriaknya pada pencuri itu.

Ia berhasil menghilangkan fokus pencuri itu, terbukti dari bagaimana ia menolehkan kepalanya ke belakang dan hampir saja terjembab jatuh.

Memaksimalkan kecepatannya, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuk pundak si pencuri, dan....

Hap! Lalu ditangkap.

Ups salah.

Hap!

Kena kau.

Dengan cepat ia memelintir tangan si pencuri dan mengarahkannya ke belakang tubuhnya agar ia tak bisa berkutik.

"Terimakasih, anak muda!"

Ketika Seungcheol mengembalikan tas si pemilik.

"Sama-sama. Kalau begitu, saya pamit dulu."

Seungcheol baru saja hendak membuka pintunya, sebelum suara dari belakang membuatnya menoleh.

"Ooo~ boleh juga aksimu tadi."

Ia melihat Jihoon sedang bersandar di dinding rumahnya, melipat kedua tangan di depan dada.

"Oh, kau melihatnya?"

Jihoon menaikkan kedua bahunya. "Tadi kudengar ada yang berteriak."

"Hanya membantu sebisaku." Seungcheol ikut menaikkan kedua bahunya.

Aksi pengejaran tadi tidaklah rumit baginya. Jadi, kenapa tidak?

Huh.

Sepertinya teman-temannya sama seperti si tiang itu sendiri.

Tidak buruk, rupanya.

Pikir Jihoon

.
.
.

Seokmin menghampiri ibunya yang sedang duduk di sofa dengan langkah cepat.

Ibunya bingung melihat anaknya sedang berdiri di hadapannya dengan napas tak teratur.

"Ada apa denganmu?"

Ia melempar kertas yang daritadi di pegangnya dengan erat.

"Kita tidak ada hubungan darah. Apa maksudnya ini?"

Barulah si ibu menyadari sumber amarah anaknya itu dan membulatkan matanya.

"Seokmin-"

"Kenapa ketika kemarin aku bertanya kau berbohong? Ib-- ah aku tak tahu pantas atau tidak untuk memanggil mu seperti itu. Kau menutupi fakta ini. Kenapa?"

Good Boy | wonhoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang