Epilog

1.4K 94 9
                                    

5 tahun kemudian


"Kak Jihoon!! Bangun!!"

Jihoon melenguh ketika tidurnya diganggu.

Ah, padahal ia sedang mimpi indah.

"Kak! Bangun! Ada Kak Wonwoo."

Mendengar itu, Jihoon sontak membuka matanya dan terduduk.

Tak lama kemudian, Jihoon langsung masuk ke kamar mandi.

"Dasar Kak Jihoon."

.

"Chan! Kau membohongiku!?"

Jihoon kesal. Dia sudah cepat-cepat bersiap, tapi orang yang tadi disebut Chan, nihil.

"Habisnya, kakak tidak mau bangun sih, kalau tidak begitu."

Jihoon gemas, ingin mencubit adiknya itu.

Eh, tunggu sebentar! Ini bagaimana ceritanya?

Jadi, sekarang Chan dan Jihoon resmi kakak-adik.

Orang tua Chan mengangkat Jihoon menjadi anaknya. Orang tua Chan mengetahui keadaan keluarga Jihoon dan dengan senang hati menerimanya.

Chan senang bukan kepalang ketika mengetahui rencana orang tuanya itu.

Oh, ya, omong-omong, Jihoon tidak pernah lagi bertemu dengan ayah kandungnya. Ia tidak tahu dimana keberadaannya.

Dan mungkin, memang tidak ingin tahu.

Lebih baik seperti itu, pikir Jihoon.

Ding Dong.

Tiba-tiba bel pintu berbunyi.

Jihoon yang tadinya ingin mencubit Chan, berbalik arah dan membuka pintu.

"Halo." Kata orang itu.

"Won!" Seru Jihoon senang.

Kemudian mereka berpelukan~ teletubbies~

G.

"Mengapa kau gemas sekali hari ini, hm?"

"Gombal!" Kesal Jihoon, tapi semakin mengeratkan pelukannya pada Wonwoo.






"Mataku ternodai!"

"Berisik, Chan!"

Hanya dalam beberapa tahun, sekarang sesama marga Lee itu sudah menjadi seperti kakak beradik yang tidak tahan melihat wajah satu sama lain.

Sungguh hebat.

.

Setelah Choi Siwon masuk penjara, Seungcheol terpaksa menjadi CEO dan mengatur perusahaan Choi.

Sempat mengalami kesulitan karena hilangnya kepercayaan para investor terhadap perusahaannya itu. Untungnya, ada perusahaan Kim, Jeon, dan Lee yang siap sedia membantunya.

"Selamat Tuan Choi atas kesuksesannya kali ini."

"Terimakasih."

Kini, perusahaan Choi menjalin kerjasama dengan perusahaan Kim yang sukses mengembalikan nama baiknya seperti semula. Walau memang tidak dapat dipungkiri bahwa cibiran akan selalu ada.

Pada dasarnya, Kau tidak akan pernah bisa membuat semua orang menyukaimu. Pasti ada setidaknya satu yang tidak menyukaimu, walau hanya sekedar di dalam hati dan tidak diutarakan.

"Cheol~"

"Oh, sudah datang?" Kata Seungcheol menyambut orang itu, merangkul pinggangnya dengan sebelah tangannya.


"Perkenalkan, namanya Jeonghan, kekasihku."

.
.
.

Sejak kejadian tersebut 5 tahun yang lalu, Nayeon tidak pernah terdengar. Ia bahkan tidak masuk ke sekolah. Rumor berdatangan mengenai kejadian tersebut. Dikabarkan ia pindah sekolah demi menghilangkan rasa bersalahnya itu.

Wonwoo pada saat itu takut mental Nayeon akan bermasalah dan menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan. Maka dari itu, ia meminta seseorang untuk memastikan dirinya baik-baik saja melalui koneksi yang dimiliki dari perusahaannya.

Wonwoo tidak menyangka akan kembali bertemu dengan orang itu. Tidak pernah terpikir olehnya.

Maka, ia cukup terkejut ketika melihat Nayeon memanggil namanya dari belakang, sedang dirangkul pundaknya oleh pria.

Hei, tunggu dulu.

Bukankah itu--?

"Wonwoo! Sudah lama sekali." Nayeon berkata dengan sumringah.

"Jadi, kalian?" Wonwoo mengisyaratkan dengan dua jarinya.

"Iya! Aku tahu kau yang menyuruhnya mengawasiku. Terimakasih untuk itu." Nayeon tersenyum kepada Wonwoo kemudian memeluk lengan pria disampingnya.

"Jinyoung, tak kusangka." Wonwoo menggeleng-gelengkan kepalanya bercanda.

"Hei, aku berhutang budi padamu."

Lalu mereka tertawa bersama.

"Omong-omong, aku sungguh minta maaf atas kejadian saat itu." Kata Nayeon.

"Sudahlah, yang berlalu biarlah berlalu. Tidak baik menyimpan dendam."

"Baiklah, kalau begitu, aku dan Jinyoungie pergi duluan, ya. Sampaikan salam dan maafku pada Jihoon ya, Wonu."

"Tentu."

Mereka pun berpamitan.

Tak lama kemudian, Jihoon baru kembali dari toilet.

"Sudah?" Tanya Wonwoo yang dibalas anggukan oleh Jihoon.

"Mau kemana lagi kita?"

Wonwoo mengecup puncak kepalanya dan mengusaknya kemudian menatapnya dengan penuh arti.

"Ikuti aku saja."

Wonwoo menarik Jihoon ke suatu tempat, tangan kanannya menggenggam tangan mungil Jihoon sementara tangan kirinya ia masukkan di kantung celananya.

Memegang suatu benda kotak yang halus, benda sakral di dalamnya siap menemui pemilik baru.

.
.
.

END

.
.
.

Good Boy | wonhoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang