6

1.3K 164 1
                                    


.

.
.

"Aku akan menjemputmu dan membawa barang-barangmu sebentar lagi. Apakah sudah beres semua?"

"Ya. Ah, Paman, bagaimana dengan ayah?"

"Dia bersikeras tak ingin ikut pindah. Ah anak itu benar-benar. Kau tak usah terlalu memikirkan itu, ok? Paman akan melihatnya."

Helaan napas terdengar dari Seungcheol.

"Baiklah Paman. Sampai bertemu."

Karena sekolahnya dipindahkan dan kini cukup jauh dari rumah awalnya, Seungcheol terpaksa pindah ke suatu rumah sederhana di suatu perumahan.

Barangnya tidak banyak. Perabotan rumahnya sudah dipindahkan lebih dulu. Jadi tidak perlu repot-repot.

Seungcheol berdiri di ambang pintu rumah barunya. Ia melihat rumah-rumah disekelilingnya.

Apakah aku harus menyapa mereka?

Tapi tampaknya tidak ada yang peduli juga.

Mungkin beberapa hari lagi.

Seungcheol kemudian mengangguk-anggukan kepalanya sendiri dan kemudian masuk setelah menutup pintu.

Ia beralih mendudukkan dirinya di buntalan sofa empuk.

Memejamkan matanya sejenak sambil memanaskan otaknya untuk memikirkan kegiatan apa yang akan dilakukannya setelah ini.

Tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya.

Menjentikkan jarinya, ia mengambil jaket yang di dalam kantongnya terdapat dompet dan ponselnya, kemudian menuju suatu tempat. Tentu saja tidak lupa untuk mengunci pintunya.

.
.
.

Seungcheol mendudukkan dirinya kembali, kali ini di sebuah kursi putar yang empuk.

"Sudah lama sekali..." Kemudian tersenyum karena memikirkan kelakuan-kelakuan masa lalunya di tempat yang serupa.

Oh, ia sedang berada di warnet omong-omong.

"Game apa yang akan kumainkan..." Gumamnya bahagia, akhirnya memilih salah satu dari sekian banyak icon yang familiar pada layar dihadapannya.

"Eh, Kau..?"

Ia menoleh pada panggilan seseorang yang baru saja duduk disampingnya.

Ia menaikkan sebelah alisnya, "Wonwoo?"

"Oh, benar ya, Seungcheol. Hah, tidak kusangka, kau bermain game juga rupanya." Sunggingan dan lirikan remeh didapati Seungcheol.

"Hei, Kau meremehkanku?"

"Oh, jago ya? Ayo taruhan," Wonwoo melirik layar Seungcheol yang sedang menampilkan loading game, "Overwatch"

"Yang kalah harus traktir makanan."

"Call."

.

Pertandingan dimulai.

Yang terdengar kini hanyalah suara keyboard dan mouse yang begitu cepat. Suara game tidak terdengar tentunya karena masing-masing menggunakan headset sendiri.

"Kemari kau..Kemari kau.." Gumam Seungcheol.

"Kena!" Wonwoo berseru, yang disahut oleh Seungcheol dengan frustasi, "Ahhh!"

"Siap-siap menguras dompetmu~"

"Tidak akan! Comeback is real." Sanggah Seungcheol.

Dan....

Sayangnya tidak berjalan sesuai keinginan Seungcheol.

Bahkan nyawa karakter milik Wonwoo masih lebih dari setengah.

"Yes!" Wonwoo bersorak. "Aku akan makan sampai kenyang~ Terimakasih." Lalu ia segera memesan makanan dari komputer miliknya.

.

Begitulah mengapa kini Seungcheol menatap sedih Wonwoo yang sedang asik makan mie instan.

"Wah, tak terpungkiri. Makanan yang dibelikan oleh orang lain memang selalu lebih nikmat."

"Kau makan banyak juga ya..." Cengo Seungcheol.

2 porsi mie dengan minuman ditambah dengan makanan samping sekitar 4 jenis dan ditambah 1 porsi nasi pula.

Astaga.

"Kesempatan tidak datang dua kali, Bung."

"Tapi..."

Sluuuurp. Setelah mengisap mie layaknya vacuum, Wonwoo menoleh heran, "Tapi apa?"

"..."

"..."

"Kau sebenarnya kesini untuk main atau makan?"

"..."

Ada benarnya juga ya, pikir Wonwoo.

.
.
.

I'm back!

Ada yang nungguin cerita ini gak?

Ini hanya chapter pendek yang tidak penting :) 455 kata only, wow.

Karena virus, ujian pun jadi online... Tetap jaga kesehatan semuanya, jangan banyak keluar-keluar dulu~

Yang awalnya sibuk jadi gabut....

Saking gabutnya aku update jam 3 subuh :/

4 chapter udah ready di publish hehe~ ditunggu ya!

Maaf kalo banyak typo, not proofread. Kalo udah selesai semua baru nanti ku revisi. Yang penting selesai dulu :)

-tan

Good Boy | wonhoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang