1

2.9K 240 11
                                    

"Pergi dari sini. Sekarang." Perintah tersebut membuat tiga orang yang sedang rebahan di kursi panjang terpaksa membuka mata mereka dan melihat orang yang baru datang.

"Memangnya kau siapa?" Mingyu menjawab dengan malas dan memberi tatapan sinis.

"Anak baru jangan macam-macam. Hanya kami yang boleh datang kesini. Peraturan tak tertulis. Karena kalian belum tahu, kali ini ditoleransi. Sekarang, cepat pergi." Kata Seokmin dengan dagunya yang diangkat dan kedua tangan dilipat di dada.

"Pft... Gayamu itu konyol sekali." Ejek Soonyoung, yang dibalas dengan pelototan tajam.

"Sungguh, kalian bebal sekali. Cepat sebelum kesabaranku habis." Itu Wonwoo, dengan nada super dinginnya.

"Kakak kelas? bukan, tuh. Masih sama-sama anak sekolah juga. Kenapa kalian sok mengatur kita?" Seungcheol menantang. Ia berdiri kemudian memasukkan kedua tangannya di kantong celana. "Kalian yang sekelas dengan kami kan? Tak berniat mengajak berkenalan dulu?"

Mengangkat sebelah alisnya, Jihoon menjawab, "Maaf, tak tertarik."

Terpancing emosi, Soonyoung segera berdiri. "Sombong sekali dirimu. Bahkan kami berbicara dengan baik-baik." Ia mengepalkan tangannya.

Aksi tersebut tidak luput dari pandangan mereka. Wonwoo angkat suara, "Kenapa? Ingin main baku hantam?" kemudian tertawa kecil, mengejek.

Mingyu ikut berdiri dan meletakkan tangannya di pundak Soonyoung untuk menenangkannya. "Tidak perlu melakukan hal yang tidak penting, bukan? Namun, kami menolak untuk pergi karena tempat ini juga hak kami." Lalu ia menyunggingkan senyuman.

"Ck. Aku sedang malas berdebat. Kali ini kami biarkan. Besok jangan coba-coba kalian menampakkan diri disini." Kata Jihoon sebelum melenggang pergi, diikuti dengan Wonwoo dan Seokmin.

"Ah, si bocah pendek itu. Gayanya selangit. Siapa pula mereka untuk mengatur kita? Belum tahu saja." Kata Mingyu sambil melakukan gerakan meninju ke arah pintu.

"Andaikan ini sekolah lama kita, mana ada yang berani berkata seperti itu?" kata Soonyoung, kembali berbaring.

Tapi ia terlihat familiar, pikirnya sebelum akhirnya kembali ke alam bawah sadar.

"Aku rasa kita akan sering berurusan dengan mereka."

"Mungkin mereka pemimpin disini."

"Entahlah. Bocah pendek itu membuatku meragukan itu."

----

Oh girl 넌 나의 정답
힘들 땐 손잡고
축 처진 어깨를 토닥토닥 Sometimes
삶에 지쳐 힘들 때 내게로 와

Terdengar suara berat yang agak husky mengerap pelan sesuai beat gitar merdu yang dijentikkan.

우리 마지막이 언제일지
알지 못하더라도
행여 무슨 일이 생겨서
보지 못하더라도

Pemain gitar tersebut kemudian melanjutkan alunan rap dengan suaranya yang airy dengan merdu

내게 기대 기대 기대
내게 기대 기대 기대
내게 기대 기대 기대
내게 기대도 돼

Klimaks lagu, dinyanyikan bersama oleh kedua orang tadi. Kali ini, ditambah harmonizing oleh suara lembut tapi powerful layaknya vokalis utama artis terkenal.

"Woah, aku bangga pada kita. Bahkan tanpa latihan, kita sudah dapat menyaingi grup band ternama!" "Jangan sombong, Seokmin." Tegur Jihoon.

Ketiga sahabat yang sehati itu memang sudah sering berkumpul seperti ini ketika jam sekolah selesai. Kunci ruangan? Dipegang Jihoon karena dia penanggung jawab Klub Musik, hasil dari pilihan guru, melihat talentanya di bidang musik.

Good Boy | wonhoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang