Intro

4.8K 285 4
                                    

Sunyi, sepi, atau...menegangkan? Di sebuah gudang sekolah berbahan seng yang berdebu dan hanya dapat dijangkau cahaya di bagian pintu masuk saja, terdapat dua insan yang sedang memandang tajam satu sama lain.

"Apa yang kau mau?", tanya yang bertubuh pendek dengan menggertak, hingga suara tersebut menggema sekilas, saking sepinya tempat itu.

"Menurutmu? Kau baru saja memukul pacarku kemarin dan kini tanpa rasa bersalah, bahkan berani menggertakku?", ujarnya marah sembari melangkahkan kaki mendekati pemuda satu lagi.

"Bajingan." Dengan satu jawaban itu, yang lebih tinggi menggenggam kerah kemeja yang dikenakan sang pemuda.

"Apa kau bilang?" Geramnya.

"Apa kau tuli? Aku bilang, bajingan. Dia, pacarmu yang maha kau puja.", tanpa rasa takut ia mengatakannya, bahkan menyunggingkan senyuman sinis.

Gerakan kepalan tangan menuju pipi sang pemuda dilontarkan namun dengan mudah ditahan. Ia menekan tangan yang ditahan itu dengan sekuat tenaga hingga lelaki itu meringis kesakitan.

"Ia melakukan tindak pembullyan berkelompok yang diketuainya, terhadap seorang adik kelas. Bukankah bajingan namanya? Tapi hanya dengan gertakan yang mengatainya dengan fakta, justru membuatnya mengadu padamu, yang bahkan tidak tau perbuatannya-ah, atau memang sudah tau tapi justru karena sesama bajingan jadi justru melindunginya? Kasihan sekali sih, kalian."

Setelah mengatakan itu, ia melempar ke samping tangan yang telah ia jadikan pelampiasan kemudian berjalan dengan santai menuju arah cahaya, dengan kedua tangannya di kantong celana miliknya.

---

Menghembuskan napasnya kasar sembari melenggang dengan cepat dari arah gudang menuju ke ruang kelas, tiba-tiba pundaknya menerima beban sebuah tangan yang merangkulnya.

"Jihoonie~ Ada apa dengan raut wajahmu itu?", seorang pemuda yang lagi-lagi lebih tinggi, dengan senyum lebar khasnya memiringkan kepalanya untuk melihat ke muka sang pemuda. Tangan tersebut dengan segera disingkirkan oleh empunya.

Bukannya menjawab, ia justru berjalan meninggalkan pemilik senyum peps*den yang kini tampak memasang muka mengenaskan.

"Minggir" Belum sempat meratapi nasibnya dengan puas, justru ia disuruh minggir karena memang dia berdiri ditengah-tengah hall utama menuju ke kelas. "Wonwoo~" Kini ia merekahkan senyumannya kembali dan merangkul lelaki yang bernama Wonwoo itu. Sayangnya, tangan miliknya kembali ditepis dan ia kembali ditinggalkan.

Ganteng-ganteng gini kok ditinggal mulu sih, pikirnya merana.

Tidak melakukan kesalahan dua kali, ia segera mengejar lelaki yang meninggalkannya tadi. "Jangan tinggalkan aku"

---

Jam istirahat selesai. Kini waktunya siswa-siswi menunggu jam istirahat selanjutnya layaknya berada di neraka, belajar. Itulah yang dipikirkan sebagian besar penghuni sekolah yang sedang mendudukkan diri di bangku masing-masing.

Namun, berbeda dari biasanya, kini semangat mereka kembali datang.

Kedatangan siswa baru tentu saja menyenangkan. Apalagi, bila jumlahnya tiga dan memiliki wajah bak pangeran.

Hari pertama penyambutan, tentu menyenangkan. Sayangnya mereka tidak tahu akan terjadi banyak konflik yang disebabkan oleh pendatang baru ini. Entah bagaimana ceritanya, mereka bertiga di biarkan dalam satu kelas. Katanya supaya mereka dapat lebih mudah beradaptasi jika bersama teman lamanya-ya, mereka dari satu sekolah--, karena pada kenyataannya saja, kini siswi-siswi sudah menjerit kesenangan karena diberikan kedipan sebelah mata oleh yang sangat tinggi, tatapan menggoda dari mata mempesona dengan bulu panjang, dan senyuman menawan dari pemuda sipit namun mengintimidasi.

Respon baik tak perlu ditanya lagi, kecuali dari ketiga pria yang tampak memandang mereka remeh dan dingin. Tentu saja pendatang baru itu tidak peduli, karena terlalu sibuk menikmati respon yang diberikan, layaknya artis.

"Saya harap kalian dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Silakan duduk di kursi yang kosong di belakang." Dengan itu, pelajaran membosankan kembali berjalan.

--

Berbanding terbalik dengan harapan guru, ketiga murid pindahan itu malah sering sekali membuat onar.

Hari pertama, mereka tidak sengaja membasahi seorang murid yang melewati pintu utama sekolah dengan seember air bekas cat dari pelajaran seni lukis yang ditugaskan untuk dibuang.

Alih-alih panik, pemuda tiang bernama Mingyu justru menertawakan korban kecerobohannya. Tak mau kalah, ia meninju pipinya.

Langkah yang salah, karena kemudian mereka ditemukan guru saling tinju-meninju, dengan yang basah memiliki hidung berdarah-darah sementara Mingyu sehat sentosa.

Hari kedua, mereka membuat 6 siswa babak belur dengan alasan diejek, yang sukses memberi mereka nilai sikap C. Tak mau dikeluarkan dari sekolah, mereka menerima konsekuensi membersihkan toilet yang justru keesokan harinya toilet tersebut ditemukan dalam kondisi seperti habis kebanjiran.

Pemuda sipit bernama Soonyoung menjadi pelaku utama, setidaknya dari kesaksian jari telunjuk kedua temannya, sehingga dia disuruh membersihkan kelas miliknya.

Hari setelah Soonyoung diberikan hukuman, kini giliran pemuda ketiga, Seungcheol, disuruh membersihkan jendela semua kelas, karena entah bagaimana, ia telah menghancurkan kaca jendela kelas. Hanya Soonyoung yang berani memberi kesaksian. Katanya, sih, tenaganya terlalu kuat hingga kacanya pecah begitu saja.

--

"Mereka sangat memusingkan." Wonwoo menatap tiga insan yang sedang berlari di lapangan dari kelasnya yang menjadi hukuman kesekian kalinya.

"Pembuat onar. Selama tidak menganggu kita, kurasa tidak masalah. Walau membuatku pusing. Mereka seperti Seokmin yang digandakan menjadi tiga."

"Hey, jangan begitu Ji. Aku tau kau begitu mencintai sahabatmu yang manis ini." Kalimat tersebut dihadiahi toyoran kepala oleh pemuda kecil bernama Jihoon.

Wonwoo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bocah-bocah", entah siapa yang ia maksudkan. Dua makhluk di depannya atau tiga makhluk yang sedang membakar lemak di lapangan.

Good Boy | wonhoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang