0.1 | p r o l o g u e

1K 126 16
                                    

🎡_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎡
_

Pintu kayu dua pintu itu terbuka, sinar matahari berburu menelusup memasuki bangunan bernuansa putih. Sedangkan di belakangnya keluarga berpakaian senada dengan sang mempelai berjalan mengikuti pria yang menggandeng tangan putri cantiknya.

Dress berwarna putih dengan ekor yang sengaja dibuat panjang lengkap dengan sarung tangannya terpasang di tubuh perempuan ramping itu. Rambut pirangnya dibuat sedikit ikal dan pada bagian pucuknya terdapat flower crown berwarna senada dengan bunga di tangannya, merah muda.

Ia tersenyum malu-malu begitu melihat pria di hadapannya menatapnya takjub. Pria dengan rambut yang ditata rapi lengkap dengan tuxedo hitamnya akhirnya hanya tersipu malu begitu menyadari sejak tadi mulutnya terbuka.

Perlahan, tangan yang masih kekar milik sang ayah kemudian menaruh tangan putrinya di atas lengan pemuda pilihannya, menepuknya lembut dan mengelusnya.

"Tolong jaga putriku, apapun yang terjadi. Aku percaya padamu, Choi Seungcheol."

Sederhana..
Permintaanku sederhana..

Hari itu adalah hari yang selalu pria itu ingat, pernikahannya dengan Kim Sojung. Hari bahagia yang menyatukan janji suci diantara mereka. Hari yang dinantikan Kim Sojung setelah sekian lama hanya berstatus 'kekasih' dari Choi Seungcheol.

Tak banyak,
Tak sulit,
Sungguh..

Hari demi hari, bulan, tahun, semua terasa menyenangkan hidup bersamanya. Ia tak pernah membosankan dan menyenangkan pemuda gila kerja seperti Seungcheol.

Tapi, Tuhan berkehendak lain. Semua berubah ketika sosok mungil yang mereka nantikan mengubah ibu muda seperti Sojung--menghancurkan dirinya dan sekitarnya.

"Kau baik-baik saja?" entah sudah berapa kali Seungcheol menanyakan kalimat yang sama pada Sojung, sedangkan Sojung tetap bergeming.

Jemari besar Seungcheol sedari tadi tak menghentikan kegiatannya, mengelus sekaligus memberi kehangatan pada punggung tangan Sojung. Sesekali ia memeluk tubuh lemah istrinya dan mencium keningnya. "Semua akan baik-baik saja, aku disini."

"Tuan Choi? Bisa bicara sebentar?" suara khas milik Dokter Park memecah fokus Seungcheol. Setelah mengelus pucuk kepala Sojung, ia bergerak mendekati dokter di ambang pintu ruangan.

"Maaf, tapi kami tak bisa melakukan banyak hal. Sebelumnya kemungkinan ini memang sudah ada, dan maaf karena kami tak bisa berbuat lebih.." jelas dokter Park menghasilkan air wajah Seungcheol semakin sendu.

"...Kami tak bisa menyelamatkan putra anda pak, ia gugur sebab pendarahan. Mungkin ini jalan terbaik pak.. Jika ia lahir, mungkin mentalnya akan terganggu. Sekali lagi kami mohon maaf pak."

Bisakah waktu kembali berputar?
Bukan lagi soal aku yang sibuk menggali kata bahagia.

Tubuh Seungcheol bergetar sedangkan kucuran keringat membasahi pelipis kepalanya. "Me.. Mengapa.."

"Tuan Choi?"

"MENGAPA KAU TIDAK BISA MENYELAMATKANNYA?!"

Menyusuri kata bahagia
Menitinya dan merajut lagi membuat tingkatan
Lupa seharusnya aku menikmatinya

Wajah riang, senyum lebarnya yang merekah, tawa khas milik Sojung, semuanya tak lagi ada. Tak lagi Seungcheol temukan. Apartemen yang sebelumnya terasa hangat berubah dingin.

"Sojung.." panggil Seungcheol sedangkan tangannya sibuk membuka pintu-pintu di apartemennya, mencari sosok Sojung.

"Sayang.." Suara Seungcheol berubah lembut tepat setelah membuka pintu ruang kecil yang dua hari lalu terpaksa ia kunci--ruang tidur calon buahati mereka.

"Tidak apa, semua akan baik-baik saja.."

Seungcheol berlutut dan memeluk wanita-nya hangat, mengelus pucuk kepalanya dan menciumnya. Sedangkan Sojung masih menangis dengan kaus kaki kecil berwarna biru di genggamannya.

Memang tidak seharusnya aku membandingkannya
Memang tidak seharusnya aku mendalami pertanyaanku

Ya, Sojung yang dulu selalu riang tak lagi Seungcheol temui. Wajahnya sendu sedangkan tubuhnya semakin kurus. Selama satu bulan belakangan ini, Seungcheol memang semakin jarang menemuinya karena pekerjaannya yang semakin menumpuk lagi beban biaya pengobatan Sojung tidaklah sedikit.

Meski begitu, Seungcheol tetap mencoba mencari atau bahkan mencuri waktu pekerjaannya demi menemani sang istri konsultasi.

Tuhan, apa ini balasan untukku yang lupa akan berlega hati?

"Sayang.." Seungcheol memanggil Sojung yang masih terduduk di sudut ruangan. "Ayo bertemu dokter Hong. Jadwalnya diganti sore ini"

Seungcheol menyalakan lampu ruangan, wajahnya yang sebelumnya menatap Sojung lembut berubah kaget dan berlari mendekatinya.

"Ada apa? Sayang.. Jangan begini." Seungcheol menahan aktivitas tangan kanan Sojung yang sedari tadi melukai tangan kanannya--menyayatnya dengan cutter.

"Sayang.. Jangan begini.." Suara Seungcheol bergetar, berusaha menahan tangisnya. Tangannya menarik cutter dari tangan Sojung dan membuangnya. "Jangan.. Jangan lagi.."

Tuhan, maka putar balik waktu
Biarkan aku menikmati kebahagiaan sederhanaku.

_

🎡

--tbc.
: Jan 29 '20


kebiasaan baku huhu_________________lanjut jangan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kebiasaan baku huhu
_________________
lanjut jangan?

delusion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang