15.1 | e p i l o g u e

606 74 18
                                    

e p i l o g u e__

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

e p i l o g u e
__

Dibalik kaca dua arah yang menjadi sekat diantara kedua orang disana menjadi pemandangan dimana Seungcheol berada. Tangannya kemudian bergerak mengaktifkan mikrofon meja begitu sosok teman lama yang sudah beberapa tahun belakangan ini hidup dibalik jeruji besi.

"Bagaimana kondisimu?" Tanya Seungcheol sedangkan lawan bicara, Joshua Hong akhirnya menjawab, "Mengapa kau datang? Waktu kita tidak banyak. Jika kau ingin berbicara, bicaralah tanpa basa basi."

"Aku akan mencoba mengangkat kasusmu lagi, aku akan mencari pengacara untukmu. Jangan menolak, ini kulakukan karena Sojung selalu mengatakan untuk merawatmu dan memastikan keadaanmu baik-baik saja."

"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu repot mengurusku. Jaga dirimu saja, Choi." Setelahnya Joshua hendak menegakkan tubuhnya namun Seungcheol kembali memanggilnya.

"Joshua! Bukan kau kan pelakunya?! Jika kau pelakunya pasti ada cerita dibaliknya!"

"Sudahlah, tidak ada yang berubah. Kau sebaiknya cepat kembali, tampaknya hujan akan turun--"

"BUKANKAH KAU DATANG KE PEMAKAMAN SOJUNG?"

Kedua mata Seungcheol kini menatap sungguh-sungguh manik mata Joshua, "Kau datang kan?! Karena kasus ini kau dianggap membunuh pasienmu! Kau dianggap membunuh Sojung! Kau hanya menyembunyikan kebenarannya demi seseorang yang kau lindungi--"

"--Dan orang itu, Sojung?"

Joshua terdiam, ia hanya mampu mengalihkan pandangannya. "Sudahlah, ini kesalahanku. Lagi pula rumah sakit tempatku bekerja yang menjebloskanku."

"Aku tau kau juga tersiksa! Tapi berapa kali pun aku mencoba membaca pikiranmu aku tetap tidak menemukan titik terang. Joshua Hong, kumohon ceritakan padaku!"

Joshua menggeleng lagi berulang kali menolak, "Sudahlah, lupakan saja. Itu cerita lama."

Namun Seungcheol tak juga mengalah hingga akhirnya si pria yang dulu berseragam jas putih ini memulai ceritanya.

"Baiklah, dengarkan aku, Choi.."

Joshua menghela napas lagi akhirnya membuka cerita lamanya setelah sekian lama ia memilih bungkam.

"Kau ingat bukan kala pertama kali Sojung menghilang dan aku yang pertama menemukannya? Ya, aku mengancammu saat itu karena Sojung membuat perjanjian denganku--"

"--Kala keadaannya tak juga membaik dan kau sudah terluka ketika merawatnya, ia memohon untuk menyudahi saja semua perawatannya, karenanya aku membuatmu tidak dapat menemui Sojung. Ya, cukup dia yang menderita, tapi tidak dengan kau."

Suaranya yang tenang kemudian bergetar, ia menundukkan kepalanya, "Dan mulai saat itu ia memilih melawan delusinya sendiri. Ia tidak membencimu sehingga menjauhimu, ia hanya takut akan meminta bantuanmu lagi kala bertemu denganmu. Dan karenanya ia memintaku mengurungmu."

"Aku berulang kali memintanya untuk tidak menyerah, tapi.. Tapi rintihan dan tangisan kala delusinya kembali membuat aku mengerti, ia sudah cukup menderita."

Joshua menghela napas keras sebelum melanjutkan, sedangkan pria lain di hadapannya mencoba menahan tangisnya.

"Sampai malam itu datang, aku bertengkar hebat dengan Sojung dan akhirnya meninggalkan obat disana, dengan harapan ketika ia sudah membaik ia akan meminum obatnya. Tapi sial.."

"Tolong maafkan aku yang bodoh ini, Choi.. Aku tak berniat membunuhnya, tapi ia justru memimum obatnya dengan dosis berlebih dan berakhir tak sadarkan diri dan terpaksa dilarikan ke unit darurat."

Seungcheol menggeleng lagi membalas tenang, "Jangan meminta maaf, aku bahkan tidak tau apa kau pantas disalahkan.."

"Dan ketika malam itu, ketika aku mengatakan waktumu telah datang. Ya, bukankah itu malam terakhirmu?"

Perlahan tetesan air mata Joshua turun, ia mencoba melanjutkan kalimatnya, "Ya, itu juga permintaan Sojung. Aku berharap kau dapat membantunya bangkit, menyembuhkannya malam itu juga. Padahal--"

"--Padahal malam itu kondisinya membaik.. Tapi esoknya.. Tuhan berkehendak lain, Choi.."

Kedua mata Joshua yang basah kini menatap wajah Seungcheol lagi memohon padanya, "Maaf.. Maaf karena aku menjadi dokter yang buruk dan tidak bisa merawatnya dengan baik, Choi."

"Tapi ketahuilah, aku tidak pernah menyesal mengikuti permintaan Sojung. Ia sudah cukup menderita, jika berjuang untuk sembuh adalah kesulitan terbesarnya, aku tak bisa melakukan apapun selain mencoba membahagiakannya, sekalipun ia bahagia hanya bersamamu."

Lagi, tangis Seungcheol kembali menjadi. Ia menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan kesedihannya.

"Jadi hiduplah dengan baik dan tanpa penyesalan, Choi. Kebahagiaan yang kau cari hanya obsesi, karena kau menciptakannya sendiri bukan mencari atau menyusunnya."[]

__
🎡

--e n d

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--e n d.
: August 02 '20
























„_______________________________________

Jangan menyusun dan mengukurnya, kau akan lelah mengejarnya.

Jangan meratapinya kau akan dibuat buta sebab keterpurukannya.

Hidupmu terlalu singkat untuk sekedar mencari, bukan memaknai kebahagiaan sesungguhnya.

___________________________________„



















Terimakasih banyak sudah membaca, berkomentar, atau memberi dukungan lain.

Jangan lupa bahagia yaa, baik dari hal kecil berupa senyum atau apresiasi diri dengan kata terimakasih.

epilogue end.
delusion--tamat.
200718 | 10:06
200802 | 18.45
_____________________

terimakasih!
____

delusion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang