d r e i

452 59 13
                                    

Suasana kelas X-6 siang itu cukup kondusif, kebanyakan penghuninya sedang melanglangbuana entah ke kantin, UKS ataupun kelas lain. Hanya ada beberapa murid termasuk Wonyoung dan Yujin.

Tiba-tiba, pintu kelas diketuk dan seorang gadis berperawakan kecil yang Wonyoung kenali sebagai kakak kelasnya, melongokan kepala. "Hai Wonyoung. Kata Bu Cheetah, tolong kumpulin semua tugas Sosiologi kelas kamu terus anter ke ruang guru, taronya di pojok meja ya. Yang gak bawa, sekalian catet ya."

Wonyoung cukup terkejut namun buru-buru mengiyakan. "Oke, Kak Nako!"

Gadis itu tersenyum manis lalu berbalik arah meninggalkan kelas itu.

"Ding, bantuin ngumpulin bukunya dong," pinta Wonyoung dengan muka memelas, yang dihadiahi anggukan.

Dengan sigap dan cekatan, Yujin menggeledah meja teman-teman sekelasnya guna mencari buku bersampul biru muda yang identik dengan buku murid yang diajar oleh Bu Cheetah.

Setelah selesai, dia buru-buru menyerahkan tumpukan buku itu pada Wonyoung. "Udah semua kan, nyo? Hitung dulu coba!"

"Hm, bentar gue hitung dulu ya."

Gadis itu menghitung beberapa kali sampai cukup yakin jumlahnya sudah sesuai dengan jumlah penghuni kelas itu.

"Udah semua sih, ding." Wonyoung berhenti sejenak sebelum kembali berujar. "Ding, kurang satu. Itu, si anak baru."

"Ah elah, nyo. Gue udah laper nih. Lo aja yang minta bukunya. Gue ke kantin duluan ya, ada janji hehehe. Kalau udah beres, nyusul aja, okeee?" Yujin mengeluyur pergi dengan riang, sama sekali tidak peduli Wonyoung sudah gelisah setengah mati.

"Ehmm, maaf." Wonyoung menyolek punggung pemuda itu pelan. "Kamu udah ngerjain tugas Sosiologi, belum?"

Pemuda itu menoleh, nampak berpikir lalu menatap aneh Wonyoung. "How can i have my homework done when i don't even know what is the homework?"

Wonyoung menepuk jidatnya sendiri, ingin rasanya menenggelamkan diri ke dalam inti bumi. Kok Wonyoung bisa gak kepikiran ya?

"O-oh iya juga ya, maaf hehe aku kurang fokus." Gadis Jang itu buru-buru melangkah mundur dan ingin segera kabur ke ruang guru sebelum suara berat milik pemuda itu menghentikannya.

"Wait, lo mau ke ruang guru kan? Gue ikut."

"Ke-kenapa?"

Pemuda itu mengangkat tangannya yang memegang dokumen yang Wonyoung tebak sebagai ijazah. "Ada data yang belum dikasih. Cepetan jalan, gue ngikut dari belakang."

Mau tak mau, semalu apapun itu, Wonyoung akhirnya berjalan beriringan dengan pemuda itu. Sesekali melirik melihat raut wajah datar miliknya.

Kalau senyum dia pasti manis, batin Wonyoung.

"Apa liat-liat?"

"E-eh enggak kok."

"Baik, terimakasih bu." Wonyoung baru saja selesai menyusun buku tugas kelasnya di atas meja Bu Cheetah.

Dia berjalan keluar, berniat menyusul Yujin di kantin yang entah sedang apa. Apa yang begitu penting sampai Yujin meninggalkannya seperti tadi.

Bruk!!

Dahi cewek itu membentur punggung milik sang murid baru.

"Lo tuh ceroboh banget ya?" tanya cowok itu sambil menyeringai.

"Hah?"

"Anterin gue ke kelas, gue lupa jalannya." Dari nada suaranya, Wonyoung tahu itu bukan permintaan, lebih cocok disebut sebagai perintah. Intonasinya tegas, seakan tak ingin dibantah.

DoppelGängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang