z e h n

295 50 2
                                    

Wonyoung meraih ponselnya yang sejak tadi dia anggurkan di meja belajar saking sibuknya mengobrol dengan keempat temannya. Gimana gak sibuk coba kalo percakapan di antara mereka diisi orang-orang berotak geser macam Minhee sama Yujin?

Dia pun merebahkan dirinya di atas kasur mulai mengecek notifikasi yang masuk. Ada beberapa pesan masuk dari nomor tak dikenal. Chat itu dikirim kira-kira 3 jam yang lalu.

 Chat itu dikirim kira-kira 3 jam yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wonyoung mengerutkan dahi. Siapa sih yang kurang kerjaan sampai chat Wonyoung dengan gaya yang sok misterius begini? Gadis itu cukup yakin, itu hanya salah satu temannya yang iseng. Lagian apa katanya tadi? Saya rindu? Ugh, alay banget.

Perlu dibales gak ya? Apa dibiarin aja?

Baru saja ia ingin membalas pesan itu, pintu kamarnya diketuk pelan. Begitu dibuka, ia mendapati Dohyon yang nampak linglung.

"Kenapa, do?"

Dohyon menggaruk tengkuknya. "Yujin nyuruh kita buat belanja."

"Loh, buat apa?" Seingat Wonyoung, tadi trio rusuh itu bawa makanan yang cukup banyak.

Dohyon menaikan kedua bahunya. "Gak tau. Tanya sendiri aja."

"Oh oke, sebentar ya, do." Wonyoung mengambil jaket dan dompetnya kemudian berjalan mengekori pemuda itu turun ke bawah.

Di ruang keluarga ada Donghyun yang sedang serius menonton film, Minhee yang rebahan dan Yujin yang sibuk memamahbiak, jangan lupakan betapa banyaknya remahan bertebaran di sekitarnya.

"Astagaaa, semua makanan yang kalian bawa udah abis? Lo yang makan?" Wonyoung tak habis pikir melihat sampah yang teronggok di rumahnya yang semula sangat rapi, kalo orangtuanya tahu, habis sudah riwayatnya. Alamat nggak dikasih uang jajan sebulan.

Yujin malah nyengir sama sekali tak merasa berdosa. "Yaelah nyo, makanan dibuat kan untuk dimakan. Lagian, kan masih bisa beli lagi. Banyak tuh makanan di toko-toko."

"Iya-iya, tapi yang jadi masalahnya beli pake uang siapa?" balas Wonyoung cepat.

"Ya uang lo lah, kan lo tuan rumahnya hehehehe."

Gadis itu menepuk jidat. Gemas sekali ingin mencubit ulu hati manusia bernama Ahn Yujin. Kalau ngomong kok ya enteng banget. Dikira Wonyoung punya pohon duit apa ya?

Karena melihat suasana mulai tak kondusif, daripada memicu perang saudara Dohyon menarik lengan Wonyoung keluar.

"Udah nyo, biar gue aja yang bayar," bisiknya.

Wonyoung menggeleng, jadi merasa tak enak. "Enggak do, udah aku aja. Aku masih ada uang kok sebenernya. Tadi tuh cuma sebel aja sama cengirannya Yujin. Emang kamu gak kesel liatnya?"

Dohyon terkekeh pelan. Wajah tanpa dosa Yujin memang nyebelin, tapi melihat Wonyoung marah-marah gini dia malah jadi merasa gemas.

Entah mendapat ilham darimana, cowok itu malah meletakan jari telunjuknya di pipi Wonyoung. "Udahlah, gue aja yang bayar. Kalo lo cemberut terus, nanti yang ada ini pipi makin bulet, mau?"

DoppelGängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang