Semalaman nongkrong dan berkeliling kota bersama Minhee ternyata sangat amat tidak cocok dengan Dohyon yang merupakan orang rumahan sejati. Buktinya, hari ini dia masih terbaring di kasur sambil mengeluh pegal-pegal. Bungkus koyo bertebaran dimana-mana membuat kamarnya yang memang tak pernah rapi itu makin kelihatan mengenaskan.
Untungnya, ini hari Minggu. Jadilah Dohyon bebas ingin tidur sampai jam berapapun. Begitu kepalanya kembali menyentuh bantal, rasa kantuk entah mengapa menghilang kala perkataan Minhee tempo hari terulang kembali di otaknya.
Suka pada Wonyoung? Well, Dohyon tidak bisa membantah kalau dia memang menaruh rasa tertarik pada gadis tembam itu. Tapi, apa itu pantas disebut sebagai rasa suka lebih dari teman?
Karena rasa kantuknya terlanjur hilang, Dohyon turun dari ranjang dan menghempaskan diri di balik meja komputernya. Tangannya dengan lincah membuka berbagai aplikasi yang biasa digunakannya untuk membuat lagu.
"Biar 1000 tahun menyusun lagu, bila tak ada lirik apa gunanya," batin Dohyon.
Tangannya kembali tergerak membuka ponsel dan mencari nama seseorang, Seungyoun.
"Bang, lo bisa ke rumah bentar nggak? Urgent nih," tanyanya tanpa basa-basi.
Desahan terdengar dari seberang sana. "Heh, lo kenapa baru bilang sekarang? Gue lagi otw ke bandara."
"Ngapain?"
"Ngamen, ya nggaklah tuan muda Dohyon. Ke bandara ya pasti mau naik pesawat."
Dohyon menghela nafas panjang lalu melanjutkan. "Ya, maksudnya mau kemana?"
"Otw Bali, ada project."
"Ya udah."
Detik itu juga, Dohyon memutuskan sambungan bahkan sebelum Seungyoun sempat merespon apapun. Dan kini pemuda berumur enam belas tahun itu tercenung di tempat duduknya.
Dohyon benci banyak hal. Tapi, yang paling dibencinya adalah melewatkan ide ini dengan sia-sia. Otaknya sudah menyusun melodinya, tapi untuk membuatnya utuh dia harus menyesuaikan dengan liriknya juga.
Frustasi, Dohyon akhirnya menyerah. Memilih untuk memejamkan mata di atas ranjang sambil menyalakan lagu keras-keras, berharap hari segera berlalu.
***
Berbeda dengan Yujin yang mengambil ekskul taekwondo, Wonyoung menjatuhkan pilihannya pada PMR. Karena dari sekolah menengah pertama pun, Wonyoung sudah mulai menunjukan ketertarikan besar pada kegiatan-kegiatan PMR. Membuat gadis itu berandai-andai, apakah mungkin di masa depan dia bisa bekerja sebagai tenaga medis dan merawat banyak orang?
Hanya suara jam yang hampir menyentuh jam dua belas siang itulah yang menemani Wonyoung berjaga di UKS. Hari ini sama sekali tidak ada seorangpun yang datang ke sana. Mungkin karena hampir setengah penghuni sekolah sudah pulang sejak jam istirahat pertama dikarenakan diadakannya rapat guru dadakan. Kelas 11 dan 12 dipulangkan begitu saja, lain halnya dengan kelas 10 yang harus tetap menyelesaikan jadwal pelajaran seperti biasa sampai pukul empat sore.
Bosan setengah mati, Wonyoung mencoba menyibukan diri dengan mencoret coret kertas kosong dengan apapun yang terlintas di kepalanya. Sama sekali tak menyadari ada yang melangkah masuk dan berbaring tenang di kasur paling pojok yang tertutup tirai putih.
"Bu, boleh minta obat maag gak? Perut saya sakit," Nyaris saja Wonyoung membanting dirinya sendiri ke lantai, bikin kaget saja.
"Sebentar ya," balasnya cepat meski jantungnya masih berdetak gila-gilaan akibat dikagetkan seperti tadi. "Sekalian saya buatkan teh anget, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DoppelGänger
РазноеI see myself in you, you see yourself in me. ©wondroous, Jan 2020.