Minggu depan Ujian Tengah Semester akan dimulai. Kebanyakan murid tiba-tiba berubah menjadi sekumpulan murid ambis yang kemana-mana membawa buku pelajaran.
Sementara sebagian kecilnya masih santai seakan-akan sudah yakin nilainya akan bagus tanpa tahu diri bahwa kapasitas otaknya tak sehebat itu, contohnya ya kumpulan murid yang sedang ghibah berjamaah di salah satu meja panjang kantin.
"Nyo, lo kalo mau belajar mending ke perpustakaan aja, emang bisa fokus di sini?" tanya Dohyon karena melihat kening Wonyoung yang terus berkerut tiap salah satu dari mereka berteriak histeris.
"Gak apa-apa, do."
Yujin menoleh pada Wonyoung lalu menghela nafas. "Lagian ngapain sih belajar di jam istirahat? Santuy aja kali, bukan UAS ini."
"Kata Bu Yumi kalau nilai kita jelek, nanti gak naik kelas, ding!" Wonyoung mengerucutkan bibirnya.
"Dih, basi banget ancemannya!" Yujin memutar bola matanya malas, lalu berfokus pada Minhee yang tumben-tumbenan kalem banget walau partner berisiknya ( re: Yujin, Dohyon, Donghyun ) udah rusuh sana-sini.
"Lo juga, min!" ujar Yujin seraya mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Minhee. "Gak usah sok ganteng gitu! Gue tahu lo bawa buku ke kantin bukan buat dibaca, tapi buat sok keren di depan cewek-cewek kan?"
Minhee mengangkat wajahnya lalu menatap Yujin horror. "Jangan gede-gede suaranya, kampret! Entar ketahuan!"
Donghyun dan Dohyon yang lagi menyimak langsung tertawa terbahak-bahak. Apalagi, beberapa pasang mata yang tadinya memandang kagum Minhee malah jadi terkikik geli setelah mendengar pernyataan Yujin barusan. Hancur sudah misi Minhee tebar pesona.
"Lagian min, lo ngapain sih pake tebar pesona segala? Kan yang lo suka ada di depan mata, langsung gas aja elah!" Kali ini Donghyun yang angkat bicara, sama sekali gak peduli muka Minhee udah merah kayak kepiting rebus.
Dohyon yang otaknya udah terkontaminasi ikut menimpali. "Adoh, siapa tuh ya yang di depan mata?"
"Ya jelas Yujin lah, do! Kalo Wonyoung kan udah ada elo pawangnya!"
Karma is real. Dohyon auto keselek susu cokelatnya. Sedangkan Wonyoung langsung menarik buku yang dia baca untuk menutupi pipinya yang merona.
Sekarang giliran Minhee yang ketawa puas. Siapa suruh nistain Minhee terus?
"Lo ngomong apa sih, bahlul?" Dengan emosi, Dohyon menoyor kepala Donghyun sampai cowok itu mengaduh kesakitan.
Karena canggung, Dohyon memilih fokus meminum susu cokelatnya dan Wonyoung kembali fokus pada bukunya. Memilih tidak bergabung pada kerusuhan yang ketiga teman mereka buat. Duduk satu meja, tapi serasa beda dimensi.
Tapi, keributan mereka harus diinterupsi oleh kedatangan seseorang. Seorang gadis berwajah imut berdiri di sebelah kursi Dohyon yang berada di paling pinggir.
Karena tidak ada yang bersuara, akhirnya Yujin berinisiatif untuk bertanya. "Ada apa ya?"
Yang ditanya jadi merasa malu dan menggaruk tengkuknya kikuk, tangannya terulur memberikan sekotak tempat bekal berwarna biru tua. "Anu, aku mau ngasih ini buat Kak Dohyon."
Lima remaja tanggung itu saling menatap. Kak Dohyon katanya? Perasaan Dohyon masih kelas 10 dan sekolah mereka cuma ada SMA gak bergabung dengan SMP apalagi SD.
"Lo kelas berapa?" Dohyon mendongak menatap gadis itu tepat di matanya.
Gadis itu tersenyum lebar. "Aku kelas 10 juga hehehe, tepatnya kelas X IPA 5. Mungkin kalian gak pernah lihat aku, soalnya kelas kita kan jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
DoppelGänger
De TodoI see myself in you, you see yourself in me. ©wondroous, Jan 2020.