e l f

291 47 3
                                    

Seusai acara berbelanja, Wonyoung dan Dohyon buru-buru pulang karena khawatir ketiga kurcaci yang mereka tinggalkan akan menimbulkan masalah di rumah, yah Wonyoung tentu tak mau ambil resiko dimarahi habis-habisan oleh orangtuanya hanya karena ulah sahabat-sahabatnya. Bukan apa-apa, visi mengenai pemotongan uang jajan terasa sangat menyeramkan.

"Do, sebelum pulang mampir ke minimarket dulu yaa, ada yang kelupaan aku beli tadi." Wonyoung memajukan badannya dengan harapan Dohyon yang memakai helm full-face dapat mendengar kalimatnya dengan jelas.

Beberapa detik berlalu percuma, tak ada respon. Ini nih gak enaknya pergi-pergian pakai motor, auto budek.

"DODO! MAMPIR MINIMARKET DULU DONG!"

Di percobaan kedua ini, Dohyon malah melirik Wonyoung sebal. "Udah kedengeran nyo, gak usah teriak-teriak kali ah."

"Ya abis situ gak ngejawab," sungut Wonyoung.

"Yi ibis siti gik ngijiwib." Mulai keluar deh sifat nyebelinnya pemuda bermarga Nam satu ini. "Emang mau beli apaan, sih?"

Wonyoung agak kelabakan ditanya begitu. "Hm.. anuㅡitu lho do.. ituu.. ish!"

"Apa sih?" Dohyon melirik spion dan melihat semburat merah muncul di kedua pipi gadis yang dia bonceng, rasanya mulai paham. "Pembalut ya?"

Untuk yang entah keberapa kali, Wonyoung terkejut karena pemuda ini. Meski setelahnya mengangguk lemah, mengundang tawa keras Dohyon.

"Ih dodo, jangan ketawa dong!" Wonyoung cemberut walau dalam hati membatin, apa boleh dia menenggelamkan diri ke inti bumi detik ini juga?

Perlahan laju motor yang mereka kendarai mulai memelan lalu berhenti tepat di depan minimarket berlogo lebah jadi-jadian. Sang pengendara menoleh pada penumpang yang masih tampak malu. "Ngapain? Sana turun!"

Wonyoung menurut lalu bergegas turun. Ketika dia berniat memasuki minimarket, lengan bajunya ditarik oleh oknum berinisial Dohyon.

"Dodooo! Apa sih? Jangan tarik-tarik, nanti bajuku rusak gimana?" omel Wonyoung sembari sibuk merapikan bajunya.

"Tinggal beli baru."

"Heeey, kamu ketularan borosnya Yujin ya? Kamu pikir aku anak sultan Sunda Empire?"

Hampir saja terjadi hujan lokal kalau Dohyon tak menahan dirinya, tertawa terbahak-bahak tentang guyonan Jang Wonyoung yang super garing krenyes-krenyes.

"Wowon, mending lu sana masuk daripada ngelucu yang gak lucu lagi." Sengaja memasang wajah menyebalkan untuk menggodanya. "Eh sama sekalian beliin susu coklat dong, makasih wonyo hehehe."

"Siapa tuh wowon?! Kamu lagi meras aku ya? Beli aja sendiri!" Gadis itu berbalik dengan langkah yang sengaja dikeras-keraskan layaknya balita yang sedang tantrum.

"Dasar bayik." Nam Dohyon menggelengkan kepala dengan senyuman yang tak bosan-bosan menghiasi wajah tampan miliknya.

Sementara itu, Wonyoung sedang berdiri di depan rak berisi berbagai macam pembalut. Layaknya gadis pada umumnya sebelum membeli sesuatu, dia melihat-melihat, membandingkan harga juga kualitas selama kurang lebih sepuluh menit sebelum menjatuhkan pilihannya pada salah satu merek. Tak lupa, dia juga mengambil dua susu kotak berperisa coklat dan stroberi.

Dengan riang Wonyoung berjalan menuju kasir, hendak membayar. Tapi, lagi-lagi ada saja hal yang membuatnya kembali terkejut.

Watanabe Haruto. Watanabe Haruto?!

Iya, kasir yang menunggu Wonyoung menyerahkan barang yang dia beli untuk di-scan adalah Watanabe Haruto, manusia yang digilai banyak gadis di sekolah termasuk dirinya sendiri.

DoppelGängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang