HAPPY READING EVERYONE
*******
"Napa lu?" Kayla mengernyit heran mendapati Sabila di depan pintu unit apartemennya. Setau Kayla, Sabila mau quality time dengan ayahnya yang baru datang dari Inggris.
"Minum, gue mau minum." Kata Sabila sambil lalu dan menghempaskan diri di sofa apartemen Kayla.
"Datang-datang langsung minta minum lo," cibir Kayla kemudian menyerahkan soda kaleng dingin padanya.
Sebelum Sabila datang ke apartemennya, Kayla hanya bersantai manis di apartemennya. Cuti 3 hari yang begitu indah. Tapi sepertinya tidak dengan bosnya, cuti Sabila berakhir tidak enak tebaknya.
"Ada masalah? sini cerita sama gue." Kayla berkata lagi. Ia ikut duduk dengan Sabila, menghidupkan Tv dan mencari film yang enak ditonton.
Sabila merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata. Berpikir sejenak tentang apa yang baru saja Ia lewati.
Menghadapi kenyataan kalau dirinya dijodohkan dengan seorang lelaki. Itu berarti tak lama lagi Ia akan menikah dan Ia tidak bebas memilih, menentukan dan memutuskan dengan siapa Ia akan menghabiskan sisa hidupnya. Man like, pernikahan ini seumur hidup sekali harapannya. Ia tak mau salah menikahi orang, tidak mau punya pasangan yang tidak Ia cintai dan menjalani pernikahan setengah hati. Sabila yakin, kalau hal itu terjadi pernikahan dari hasil perjodohan ini nanti akan berakhir tidak bahagia.
"Lo kapan rencana nikah sama Radit?" tanya Sabila tiba-tiba. Radit adalah pacar Kayla sejak 4 tahun lalu. Kini mereka menjalani kisah cinta yang LDR karena Radit sedang kuliah S2 di Australia.
Sebagai orang yang lebih tua dari Sabila dan juga lebih expert masalah asmara, lebih baik Sabila konsultasi sekalian mencari solusi dan inspirasi dari Kayla.
"Nggak, gue sama pengecut itu udah bubar," sahut Kayla santai.
Sabila yang mendengarnya langsung bangun dari posisinya dan mengayunkan bahu Kayla meminta perhatian. "Serius looo?" tanya Sabila tak percaya.
Man, it had been four years long.
"Iya, beneran," jawab Kayla yakin. "Lo tahu nggak sih kemarin pas gue jemput emaknya di bandara, emaknya bilang kalau Radit sudah di Indonesia 3 mingguan tahu nggak? Dan gue nggak tahu apa-apa.
Udah gitu, gue pikir dia mau buat surprise atau apa. Positive thinking dong gue. Terus, malamnya gue telepon dan gue tanya, dia malah bohong dan bilang dia masih di Sydney. Emosi gue dong, Anjir." Cerocos Kayla panjang lebar.
"Ampun, emaknya nggak bilang sama Radit dia mau ketemu elo atau gimana?"
"Kan Radit di Medan, mamak nya dari Malaysia ke Jakarta dulu baru pulang ke Medan. Beliau emang mau jumpa sama gue di Jakarta sambil main juga karena kita udah lama nggak jumpa."
Gossip mode on, rencana mau konsultasi malah keasikan ngebahas hubungan Kayla dan Radit.
"Gue tanya Radit kapan mau lamar gue. Dia jawab belum siap. Tambah panas gue, yaudah putusin aja. Udah gedeg gue, dibohongin mulu. Gue bela-belain nungguin dia kuliah 2 tahun, LDR. Tapi itu orang banyak amat. Padahal dia udah janji, begitu dia pulang ke Indonesia, kita langsung persiapan lamaran dan nikah. Tapi bullshit lah."
"Ya mungkin Radit belum siap Kay," Sabila menanggapi.
"Yaudah, kalau dia belum siap. Tapi gue nggak bisa juga nunggu dia siap terus. Gue di Semarang udah ada yang lamar, umur gue udah 30th Bil. Gue siap berumah tangga, gue nggak ngeliat ada masa depan kalau gue sama Radit mulu. Dia suka bohong."
"Terus lo terima lamaran orang yang di Semarang?"
"Iya, udah gue bilang tadi pagi. Gue terima lamaran."
"Kay..." seru Sabila, "Lo bakal nikah sama orang yang nggak lo cinta Kay, kenapa lo nggak mikir gitu? Seberapa yakin lo mau nikah sama orang yang baru lo kenal, mending Radit kemana-mana." Nasehat Sabila.
Dalam hati Ia merutuki dirinya sendiri. Paling bisa nasehatin orang lain, padahal dirinya sendiri nggak jauh berbeda dengan kondisi Kayla. Sabila goblok.
"Gue bisa bertahan sama pasangan yang suka bohong. Nggak cocok sama gue. Gue sayang sama dia, tapi sedikit pun gue nggak percaya sama Radit. Apa yang bisa gue harapin coba, gue mau melangkah aja ragu."
"Ya tapi lo juga nggak mesti maksa diri lo nerima stranger jadi suami lo."
"Dia kakak tingkat gue di SMA, kita saling kenal kok walau Cuma tahu nama doang. Orang tuanya udah ngelamar gue dengan baik walaupun dengan latar orang tua gue ngejodohin kita. Walaupun kita nggak jadi menikah, gue mau kenalan dulu. Gue mau coba, gue mau kasih kesempatan buat hubungan ini. Gue percaya sama orang tua gue. Mereka pasti nggak akan biarin anaknya sengsara dan disakiti sama orang lain. Mereka nggak akan sembarang nitipin anaknya sama orang yang salah dan nggak bisa dipercaya."
Pernyataan Kayla menyentil Sabila. kurang lebih sebenarnya permasalahannya dan sang asisten hampir sama. Tapi kenapa hatinya tidak sebesar hati Keyla yang mudah saja memberi kesempatan untuk 'stranger' masuk dalam hidupnya, like hanya memberi kesempatan?
Wajah Sabila jadi bertambah kusut setelah mendengar curahan hati Kayla. Langkah berkonsultasi dengan Kayla ternyata tidak mulus, alih-alih Sabila yang ingin cerita malah Kayla yang curhat.
Apa sebenarnya ini tuh sebuah pencerahan berindikasi agar Sabila tak ragu melangkah dalam rancangan perjodohan yang telah disiapkan oleh ayahnya ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Glory of Love ✔
Romance[Definisi dari he fell first and she fell harder] Sabila belum mau menikah saat sang ayah memaksanya menikah dengan anak kenalan nya. Beliau sengaja melakukan nya agar Sabila ada yang menjaga di perantauan. Lantas, bagaimanakah Sabila menanggapi...