"Irsyad," seru sebuah suara dari jauh. Sang empunya nama pun berbalik badan saat merasa ada seseorang memanggilnya. "Benarkan ini Irsyad?" tanya orang itu tak yakin sambil memindai keseluruhan perawakan orang yang dipanggil nya tadi.
Secarik senyum tipis hampir tak terlihat tercetak di wajah Irsyad, lelaki itu mengangguk membenarkan tebakan orang tersebut. Sebuah respon bentuk kesopanan oleh Irsyad. Lelaki itu tidak lupa siapa gerangan yang menyapa nya saat ini. Walau sudah berpuluh tahun terlewati, orang itu masih saja indah rupawan.
"Ya ampun lama banget gue nggak jumpa sama lo," ujar nya semangat. "Gue Gista Handaru, senior lo di SMA. Masih ingat nggak?"
Gista dua tahun diatas Irsyad.
Lagi kepala Irsyad mengangguk merespon pertanyaan Gista, perempuan cantik berbaju merah maroon tersebut.
Gista menikmati air muka Irsyad yang dingin, datar dan benar-benar tak tertebak dan Gista semakin merasa yakin bahwa Ia tak salah orang. Air muka yang sama seperti beberapa tahun yang lalu. Tatapan mata tajam yang terkesan mengintimidasi lawan bicara yang khas dan hanya dimiliki oleh orang itu saja, Irsyad Setiawan.
"Lo masih pendiam juga, ya!" cicit Gista yang hanya mendominasi pembicaraan mereka. Gista terkekeh pelan. Sejak tadi, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Irsyad dan Gista sudah cukup maklum karena memang dasarnya perempuan itu mengenal tingkah pria kaku itu.
Irsyad dan Gista kini berada di parkiran Abdaya Hotel, tempat Irsyad bekerja. Head Chef itu datang ke hotel agak sedikit kesiangan, jam 07.30 baru nongol di tempat kerjanya.
"Gue officially jadi staff keuangan disini hari ini, lo kerja disini juga?" Gista menyamai langkahnya dengan Irsyad, lelaki itu sudah mulai bergerak menuju ke dalam hotel, tidak lagi ingin berbasa-basi dengan nya Gista di parkiran.
"Hm," respon Irsyad singkat.
"Di bagian apa?" tanya Gista kepo. Perempuan itu tak kehabisan akal untuk mengajak Irsyad berbicara. Jujur dalam hati, Ia sangat excited bertemu kembali dengan Irsyad. Adik kelasnya yang dulu pernah Ia pacari. Hahaha, jaman SMA yang menyenangkan kalau di ingat-ingat.
"Dapur." Singkat, padat, jelas jawaban Irsyad.
Dari gelagat Irsyad, Gista bisa menebak kalau pria itu tidak senang Ia ganggu dan merasa cukup terganggu oleh kehadirannya. Namun Gista berkeras kepala tidak akan peduli.
Irsyad ingin berbelok ke bagian restoran Hotel dan segara masuk ke ruangan kerja nya, dapur umum hotel. Mengabaikan Gista yang masih ingin mengajaknya berbincang. Namun langkahnya tertahan karena Gista mencekal tangannya.
Irsyad mendelik sebal saat merasa ada yang menyentuh nya.
"Lunch sama gue ya hari ini. Gue yang traktir." Ujar Gista memberitahu.
Irsyad menyentak tangan nya yang dicekal Gista. Wajahnya tampak jengkel, Ia mengabaikan Gista dan bergerak kembali kemana tujuan nya tanpa menjawab pertanyaan Gista. Perempuan itu masih sama seperti dulu, agresif dan sedikit pemaksa.
Gista tersenyum puas mengamati Irsyad yang sudah menghilang di balik pintu bertulis 'Staff Only" bagian restoran hotel. Ia bertemu kembali dengan mantan kekasih nya saat SMA dulu. Dalam hati Gista tertawa lebar, ini akan menyenangkan. Itu Irsyadnya dan harus kembali menjadi miliknya.
Berbeda dengan Gista yang kesenangan kembali bertemu Irsyad, lelaki itu malah dongkol setengah mati. Kenapa pula harus bertemu dengan Gista, kakak kelas nya yang super menyebalkan itu. Lagian Jakarta nggak sempit-sempit amat, kenapa pula malah bertemu dengan perempuan itu dan kini malah satu tempat kerja. Haduuhh...
KAMU SEDANG MEMBACA
Glory of Love ✔
Romance[Definisi dari he fell first and she fell harder] Sabila belum mau menikah saat sang ayah memaksanya menikah dengan anak kenalan nya. Beliau sengaja melakukan nya agar Sabila ada yang menjaga di perantauan. Lantas, bagaimanakah Sabila menanggapi...