GOL 15

7.5K 638 25
                                    

Semoga suka :(

(😿😿😿)

*****

Ponsel Sabila berdering keras tak henti-henti membuat sang empunya terbangun dari tidurnya. Itu bukan alarm. Walau masih dalam keadaan mengantuk berat, Sabila masih hafal dering telepon ponselnya. Menyadari hal itu membuat Sabila dongkol setengah mati. Tanpa melihat siapa yang tengah menghubunginya, Sabila langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Haloooo!" sapa Sabila dengan suara serak khas bangun tidur. Masih memejamkan matanya, Ia menempatkan ponsel di dekat telinga.

"Halo, udah bangun belum?" tanya orang itu. Dari suaranya, Sabila bisa menebak bahwa Ia sedang berbicara dengan seorang pria.

"Siapa sih pagi-pagi, orang masih ngantuk. Ganggu, tahu nggak sih." Omelnya.

"Ini Irsyad." Sahut suara dari seberang sana.

"Hhhnn..Irsyad siapa sih?!" gumam Sabila setengah sadar. Ia menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya kemudian menaruhnya kembali ke atas nakas. Sabila tak lagi peduli dengan panggilan tersebut. Pikirnya orang iseng yang menggangunya pagi-pagi.

Irsyad tersenyum kecil di seberang sana. Ia yakin perempuan yang Ia taksir setengah mati itu sudah kembali terlelap. Dari suaranya, tampaknya Sabila hanya bangun untuk mengangkat panggilannya dan kembali terlelap setelah digrogoti rasa dongkol.

Keinginan entah dari mana, untuk pertama kali Irsyad ingin ada yang menemaninya untuk lari pagi saat weekend. Kegiatan rutinnya saat pagi minggu. Biasanya, Ia akan melakukannya sendiri. Ditemani oleh earphone yang memutar lagu di telinganya.

Irsyad ingin membiasakan diri berada di dekat perempuan itu hingga keduanya terbiasa bersama dan semakin hari saling memahami.

Irsyad piikir akan menyenangkan jika Ia ditemani oleh Sabila saat lari pagi kali ini, bisa sekalian ajang untuk saling mengenal. Namun, sepertinya belum bisa terwujud. Salahnya juga tidak mengajak perempuan itu dari malam tadi.

Pintu kamar Irsyad di ketuk dari luar dan seseorang masuk walau pemiliknya tidak memberi izin. Ternyata Irhas, adik lelakinya.

"Ngah, gue mau beli sepeda." Lapornya. Ia membaringkan tubuh di ranjang Irsyad, sedangkan sang empunya kini menggunakan kaos dalamnya. Bersiap untuk lari pagi.

"Terus?"

"Temanin gue beli yuk?" ajak Irhas pada sang kakak.

Kepala Irsyad menggeleng pelan tanda tak mau menuruti permintaan Irhas. Bibir Irhas sukses mencebik sebal karena Irsyad tidak menuruti ajakannya.

"Pleaseee!!! Dari pada lari sendiri gitu, mending pakai sepeda. Ya nggak?" kata Irhas berusaha membujuk Irsyad.

"Tssk.." decakan kecil dari Irsyad memberitahu Irhas kalau kakaknya kesal. "Keluar sono, ribut lo pagi-pagi." Usir Irsyad. Ia menyisir rambutnya asal, meraih topi dan sepatu sportnya dan keluar dari kamar meninggalkan Irhas.

"Nggak asik lo." cibir Irhas sambil lalu ke kamarnya sendiri.

Tak lagi peduli dengan adik cerewetnya itu, Irsyad keluar rumah dan bergerak menuju tempat lari pagi favoritnya. Tak lama berselang, Ia sampai di kawasan monas, Irsyad melakukan pemanasan singkat sebelum lari-lari kecil mengelilingi lapangan.

Dalam satu minggu, Irhas hanya bisa olahraga saat weekend. Sabtu malam akan digunakan Irsyad sepenuhnya untuk nge-gym, sedikit membentuk tubuh dan ototnya. Tubuhnya terlalu kurus dan menjulang ke atas, tidak proposional. Pagi Minggu akan Irsyad gunakan untuk melatih otot kakinya dengan kegiatan lari dan juga sekaligus membantunya rileks sejenak. Keluar dari zona membosankan di rute yang sama terus-menerus setiap hari. Rumah-hotel-kafe-rumah terus saja begitu berulang-ulang.

Glory of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang