GOL 10

8.7K 611 25
                                    

"Fardi ya?" tanya Sabila pada seseorang yang sedang duduk di sofa lobi kantor. Sabila tebak itu adalah calon manajer barunya yang diutus oleh Kayla. Orang tersebut membalikkan badan dan tersenyum ramah pada Sabila. Dengan rambut cepak bak tentara, kaos dalam berwana putih dibalut dengan kemeja kotak-kota hijau lumut dipadu dengan celana jeans hitam serta sepatu sport warna yang sama, menarik.

"Iya mbak, iya. Gue Fardi." Ujar nya antusias dengan suara lemah lembut melambai tumpah. Dari suaranya Sabila tahu kalau lelaki perawakan tinggi dengan brewok tipis di pipi nya itu adalah tipe pria setengah matang. "Tapi kalau jam kerja nama eike jadi Firda," tambahnya lalu terkikik lucu sambil mengulurkan tangan pada Sabila.

Sabila terkekeh mendengarnya, "Salam kenal ya, gue Sabila. kalau jam kerja jadi Bibil." Tiru Sabila garing lalu keduanya tertawa singkat seraya menjabat tangan Fardi.

"Gue panggilnya mas atau mbak nih?"

"Mas dong, mas Fardi aja." Sahut manajer barunya itu dengan lagak manja.

"Ok, ok. Selamat bergabung, semoga betah kerja sama gue. Bentar lagi gue kenalin lo sama bos disini, setelah itu kita langsung meeting sama calon klien kita, bisa ya?!" Sabila berujar ramah menyambut Fardi dalam tugasan barunya sebagai manajer Sabila.

"Bisa mbak, bisa."

"Yasudah, kita ke atas aja terus yuk." Ajak Sabila pada Fardi. Lelaki itu mengekori Sabila ke lift dan berdiri di sebelah bos barunya itu.

"Sebelumnya kerja di mana Mas?" tanya Sabila dalam lift.

"Hmm.. di salon. Gue hairdresser sebenarnya, tukang make up juga iya. Terus salon tempat gue kerja bangkrut gara-gara pemiliknya terlilit utang. Yasudah gue kena imbasnya, di PHK. Ganggur gue. Terus nggak lama kemudian dihubungi sama Kayla, suruh gantiin kerjaan dia sementara. Gitu mbak ceritanya." Ungkap Fardi.

"Oh gitu, sebelumnya pernah ada pengalaman jadi asisten atau manajer nggak?" ulik Sabila.

"Pernah, dulu gue asisten nya Barbara Rosaline. Sama dia gue kerja lima tahun gitu."

Sabila cukup terkejut mendengar cerita Fardi, Barbara Rosaline tentu bukan orang biasa. Perempuan berdarah campuran Jawa-Itali itu adalah salah satu penyanyi kelas international yang kini sudah menetap di Australia. Nama Barbara masih bersinar sampai hari ini walau umurnya tak lagi muda dan sudah mempunyai dua orang anak. Barbara masih sering tampak di layar kaca TV Indonesia sebagai juri dari berbagai ajang pencari bakat di bidang tarik suara.

"Terus kenapa nggak lagi sama Barbara?" tanya Sabila penasaran.

"Trust issues. Dia kurang percaya sama eike, takut gue nilep uangnya. Padahal eike nggak pegang-pegang uang dia. Saat itu gue jadi asistennya doi, sedangkan manajernya si Jimmy. Manajernya yang banyak nilep uang doi, tapi doi kirain nya gue. Yasudah eike pun malas kalau orang curigaan gitu."

Sabila mengangguk paham dan berdecak kagum. Fardi punya banyak pengalaman kerja dan bisa Sabila tebak, kinerja Fardi pasti sudah sangat baik mengingat siapa yang pernah lelaki itu tangani dahulu.

Sabila dan Fardi bertemu dengan Haidar sejenak sekedar say hi dengan manajer merangkup asisten barunya itu. Yaya dan Christine cukup antusias dengan kehadiran Fardi sampai mengajak lelaki melambai itu ke party Reanu segala nanti malam. Benar kata Kayla, Fardi enak dijadikan teman. Mudah beradaptasi dan sangat easy going. Sabila juga merasa seribu kali terlindungi bekerja dengan lelaki setengah matang itu. Walau agak layu di luar namun jauh di dalam diri Fardi Ia tetap lelaki tulen yang gagah perkasa. Pokoknya, Fardi itu bukan tipe cowok yang agak feminism yang nyebelin. Ditambah, saat Fardi dalam keadaan sadar dengan suara lelaki normal, beuhhh....suaranya lakik abis.

Glory of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang