"Masak apa tante?" tanya Sabila saat melihat Sharma sedang berkutat di dapur nya. Perempuan yang dipanggil tante itu tersenyum lebar saat mendapati anak sambung nya menyapa di dapur. Suasana pagi yang baru bagi keduanya.
"Tante masak nasi goreng aja, abis nya tante lupa belanja kemarin. Padahal kalian pulang ke apartemen."
"Nggak usah repot-repot belanja deh Tan, ini apartemen Sabila tau." Sahut Sabila, "Nanti Sabila di marahin Daddy kalau Tante yang belanja. Katanya 'Anak perempuan, isi kulkas aja nggak ada, dasar pemalas', Daddy nyebelin banget tau."
"Si David kerja nya marah-marah mulu kayaknya." Sunggut Sharma menyetujui perkataan Sabila.
"Gimana rasa nya jadi istri Daddy, Tan?"
Pipi Sharma merona ditanya demikian oleh Sabila, "Apa sih, orang baru 2 hari menikah."
"Hahaha. . .anak nya nikah 1 minggu yang lalu, Daddy nya nikah 2 hari yang lalu. Kacaaauu..."
Sabila dan Irsyad untuk sementara waktu akan menempati apartemen nya Sabila. Sebelum nya, pasangan pengantin baru itu menginap 3 malam di kamar pribadi hotel Abdaya dan 3 malam di rumah Irsyad. Kini, Sabila dan Irsyad memutuskan untuk tinggal di apartemen Sabila saja, apalagi Daddy nya beberapa hari ini sebelum balik ke London berada di apartemen nya.
Daddy Sabila setelah sekian lama akhirnya tidak lagi melajang dan kesepian. Keputusan besar telah pria tua itu buat yaitu menikah dengan gebetan nya selama 9 tahun kembali tinggal di London. Sharma, perempuan asal Indonesia yang sudah lama tinggal di London, keduanya sudah kenal sejak 8 tahun yang lalu di Kota dengan julukan The Smoke itu dan sudah saling jatuh cinta sejak lama. Namun, Baik David atau Sharma sama-sama punya masa lalu yang tidak baik dengan pasangan mereka sebelum nya hingga menyurutkan niat keduanya untuk bersama. Setelah sekian lama dilema, akhirnya David dan Sharma menikah 2 hari yang lalu di KUA Cilandak.
Senang, Sabila senang. Kini, tidak hanya dirinya yang berbahagia dengan pasangan nya. Sang Daddy yang sudah lama menduda juga telah kembali mempunyai pasangan.
"Mama kamu gimana Bil? Katanya pingin banget ketemu sama Mama kamu." Tanya Sharma.
Dulu, saat Sabila masih tinggal di London, Sharma sering kali menjadi tempat curhat Sabila saat Ia merindukan kehadiran sang Ibu.
"Nggak tahu, senang sih tapi biasa aja. Kayak ketemu sama orang asing. Tante so much better than her." Sahut Sabila acuh.
"Hush kamu ini," tegur Sharma, "Nggak boleh gitu nak, walau apapun ceritanya, Ayu itu tetap mama kamu. Tante kan Cuma ibu sambung kamu."
"Tentu saja, udah ah malas ngomongin Mama."
"Sering-sering berkunjung ke tempat beliau. Kamu beruntung karena Ayu masih hidup, diluar sana sangat banyak anak yang menginginkan bertemu dengan orangtua nya namun udah nggak bisa."
"Iya iya, nanti kita lihat." Balas Sabila ogah-ogahan. Ia berterimakasih karena Mama nya sudi menghadiri hari pernikahan nya seminggu yang lalu. Sabila pikir Ia akan kegirangan setengah mati sata bertemu dengan Sang Ibu, namun semua tak sesuai ekspetasi. Mereka tak lebih dari dua orang asing yang berstatus ibu dan anak.
Sharma selesai dengan nasi goreng yang Ia buat, perempuan 42 tahun itu mengambil wadah dan menaruh semua nasi goreng yang Ia buat ke dalam nya. "Bangunin suami kamu, Sarapan nya udah siap."
"Tante juga bangunin suami nya dong hihihi." Goda Sabila sambil berlalu menuju kamarnya. Ia senang melihat Sharma bersatu dengan Daddy nya. uh, di unit apartementnya sekarang punya dua pasangan pengantin baru. Aww..
[***]
"Bangun!!" Sabila menaikin tubuh Irsyad guna membangun suaminya itu. Cara normal dengan menepuk-nepuk bahu dan pipi kurang mempan untuk suami nya yang kebo itu. Sabila menduduki perut sang suami itu sambil menari-narikan tangan di dada nya.
"Geli. . ." racau Irsyad kegelian, sudut bibir menungkik keatas membentuk sebuah senyuman. Jari tangan istri nya sangat nakal.
"Bangun makanya, Tante Sharma udah masakin sarapan. Cepat bangun, biar bisa sarapan bareng." Ujar Sabila kemudian bangkit dari posisi nya, usaha nya membangunkan Irsyad berhasil juga.
"Sini dulu." Pinta Irsyad sambil merentangkan tangan nya meminta peluk pada Sabila. Kedua mata lelaki itu masih saja tertutup walau mulut nya sudah aktif berbicara. "Peluk."
Sabila mengamini permintaan Irsyad dan merebahkan tubuhnya di dalam dekapan Irsyad, "Wangi." Kata Irsyad sambil mengendus rambut Sabila, "Udah mandi ya?"
"Iya, siap solat tadi langsung mandi."
Irsyad mencari ceruk leher Sabila dan mulai menempelkan bibir nya disana. Ia mengecup leher Sabila lembut di beberapa titik dan juga mejilat nya pelan, "Mas, kamu ngapain sih?"
Tidak menjawab pertanyaan Sabila, Irsyad malah meraba bokong seksi sang Istri dan meremas nya pelan, "Kamu wangi." Kata Irsyad lagi kembali dengan aktifitas bibirnya, mengecup, menjilat dan menggigit kecil leher Sabila.
Alarm waspada berbunyi dalam tubuh Sabila, bahaya nih suaminya. Pagi-pagi udah berbuat mesum aja. Belum lagi Sabila bisa merasakan sesuatu menusuk perut nya dibawah sana. Morning glory atau fenomena ketika pria bangun tidur dengan keadaan penis yan ereksi. Ditambah dengan adegan plus-plus mereka saat ini, bisa morning sport di ranjang nih kalau nggak di berhentikan.
Sabila buru-buru melapaskan diri dari dekapan Irsyad dan berdiri agak menjauh dari ranjang agar Irsyad tidak bisa meraih tubuhnya lagi, "Bangun, mandi. Nggak usah macem-macem, masih pagi juga." Tegur Sabila galak mengambil handuk di sangkutan.
Irsyad menegakkan tubuhnya dari ranjang, mata nya masih terpenjam namun Sabila yakin suaminya itu sudah 100% sadar Cuma malas buka mata, menikmati sisa-sisa kantuk.
"Kamu pakai shampoo yang mana, Bil?" tanya Irsyad.
"Yang botolnya pink, Klorane Shampoo."
"Aku mau pakai yang itu juga."
"Itu shampoo perempuan kali." Sahut Sabila.
"Ya nggak papa, biar rambut nya wangi istriku sepanjang hari." Sahut Irsyad lempeng dan berjalan menuju kamar mandi.
Pagi-pagi, perut Sabila sudah dikelilingi kupu-kup saja. Pipi nya merona mendengar jawaban Irsyad. Muka boleh datar tapi tidak dengan mulutnya.
[***]
KAMU SEDANG MEMBACA
Glory of Love ✔
Romance[Definisi dari he fell first and she fell harder] Sabila belum mau menikah saat sang ayah memaksanya menikah dengan anak kenalan nya. Beliau sengaja melakukan nya agar Sabila ada yang menjaga di perantauan. Lantas, bagaimanakah Sabila menanggapi...