Sabila mengamati kamar Irsyad yang tertata rapi bak sebuah bilik hotel. Design-nya dibuat seminimalis mungkin dengan paduan warna abu-abu, putih dan juga aksen hitam dibeberapa bagian. Lengkap dengan kabinet kecil yang tergantung di dinding serta kulkas dan dispenser air mineral yang terletak di sudut kamar lelaki itu.
Irhas mempersilahkan Sabila masuk ke kamar kakak lelakinya serta meminta perempuan itu untuk bersantai selagi menunggu Irsyad terbangun dari mati surinya. Tak lupa, Irhas menyungguhkan cemilan serta minuman untuk Sabila guna membunuh rasa bosa perempuan itu.
"Di laptop Angah banyak film, kakak mau nonton?" tanya Irhas pada Sabila yang kini duduk di atas karpet bulu di sisi ranjang Irsyad.
"Eungghh..nggak deh." Tolak Sabila sopan. Sabila tak ingin dianggap lancang telah menyentuh laptop pribadi Irsyad, mana tahu mungkin lelaki itu tak suka orang asing menyentuh barangnya.
Setelahnya Irhas meninggalkan Sabila dan Irsyad berdua di kamar dengan pintu terbuka, lelaki berambut ikal itu tak lupa berpesan agar mereka tak macam-macam di kamar saat Irsyad terjaga.
"Angah kalem-kalem gitu suka beringas. Kalau di apa-apain, langsung teriak ya." lontar Irhas disertai suara kikikan.
"Adek tinggal ke bawah ya." Pamitnya.
Siluet Irhas perlahan menghilang dari pandangan tergantikan dengan suara derap kaki yang menuruni tangga, artinya kini di lantai dua rumah itu hanya ada dirinya dan Sabila. Irsyad masih sama seperti beberapa menit yang lalu, tertidur damai dengan wajah kaku tak terusik walau Sabila dan Irhas sudah mencoba membangunkan lelaki itu.
Bahkan setelah AC dimatikan, gorden disibak hingga cahaya matahari masuk dan juga pintu balkon yang terbuka tak mampu mengganggu konsentrasi lelaki itu saat tidur.
"Angah kayak orang mati kalau udah tidur. Nanti juga bangun sendiri." begitulah yang dikatakan Irhas pada Sabila tadi.
Menaruh tasnya, Sabila melangkahkan kaki menuju balkon. Ada mini coffee table yang terbuat dari rotan tertata indah bersama dengan round chaise yang tertumpuk bantalan sofa diatasnya. Berdiri di balkon membuat Sabila langsung bisa melihat halaman sekitar rumah keluarga Irsyad yang begitu luas, tak lupa ada kolam berenang di bawah sana.
Melihat semua yang ada di depan matanya, Sabila semakin merasa kecil. Irsyad anak orang kaya raya, rasa tak percaya diri bersanding dengan lelaki itu semakin menggrogotinya. Ditambah lelaki itu juga sosok orang hebat, seorang pengusaha dan juga chef. Pasti banyak diluar sana yang mengejar Irsyad dan berharap menjadi pendamping lelaki itu.
Irsyad terlalu mewah untuk dirinya yang biasa-biasa saja. Dari kecil, Sabila tumbuh dilingkungan perumahan sederhana di daerah kota Jogja setelah pindah dari rumah kontrakan mereka di Bali, hidup sederhana dengan sang Ayah yang hanya menjadi budak korporat sebuah firma arsitektur. Saat remaja, Ia menghabiskan waktunya di Singapura mengikuti sang Ayah yang lagi-lagi pindah kerja dan hidup sederhana di komplek perumahan karyawan. Hingga akhirnya ayahnya pindah ke daerah asalnya, London.
Ia harus bekerja keras agar dapat bersekolah di tempat yang bagus dengan biaya yang sesuai dengan kesanggupan sang ayah, belum lagi masa kuliahnya yang harus mati-matian Ia perjuangkan agar tak semakin merepotkan sang Ayah yang telah banyak mengeluarkan biaya pendidikannya.
David Richard, Ayah Sabila, memang memenuhi segala permintaan sang putri semata wayang. Namun begitu, Sabila tahu diri dengan tidak terlalu banyak tingkah, menyadari bahwa mereka juga bukan dari keluarga kaya raya yang semua dapat dengan mudah Ia raih.
Keputusan Sabila untuk hidup merantau jauh dari jangkauan sang Ayah adalah sebuah bentuk pembuktian bahwa Ia bisa menghasilkan uang sendiri dan tidak terus menerus bergantung serta merepotkan sang Ayah yang semakin hari terus menua. Sabila juga merasa bersalah karena kehadirannya membuat David Richard tak lagi menjalani hidup yang Ia mau. Bahkan setelah berpisah dengan ibu kandungnya, David tak pernah menjalin hubungan asmara lagi dan hanya hidup fokus untuk Sabila. sebagai anak, Ia mau David kembali meraih kebahagiannya, apa itu dengan menikah atau melakukan hobinya yang membuatnya senang. Tak hanya berfokus padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glory of Love ✔
Romance[Definisi dari he fell first and she fell harder] Sabila belum mau menikah saat sang ayah memaksanya menikah dengan anak kenalan nya. Beliau sengaja melakukan nya agar Sabila ada yang menjaga di perantauan. Lantas, bagaimanakah Sabila menanggapi...