Sabila sudah menunggu Irsyad datang sejak beberapa menit yang lalu. Untuk kencan pertama kali dalam hidupnya, Sabila datang dengan penampilan terbaik versinya. Ia tidak mau terlihat buruk dan juga kurang persiapan, kencan pertama harus berkesan. Memang kencannya dengan Irsyad hanya sekedar nonton bioskop, tapi untuk Sabila ini tuh hal yang baru Ia lakukan. Ia memakai rok span biru kotak-kotak dipadu dengan kaos rajut yang lengannya sudah Ia lipat sampai ke siku, tak lupa memakai alas kaki yang nyaman dipakai jalan-jalan dalam waktu lama.
Inilah Sabila yang sebenarnya. Pekerjaan nya boleh seorang model, namun untuk sehari-hari Ia tak ingin berpenampilan fancy bak sedang melakukan pemotretan. Gaya pakaian santai dan simpel adalah kesukaannya. Make up minimalis namun on point dan tidak berantakan adalah gayanya. Ia bukan anak orang kaya melintir, kehidupan nya bersama sang Ayah tidak bisa dibilang mewah namun berkecukupan membuatnya terbiasa untuk hal-hal sederhana.
Dalam hidupnya, Sabila tidak pernah benar-benar dekat dengan seorang pria. Suka sih pernah. Seperti dengan Haidar, awalnya Sabila mengagumi Haidar dan sempat menyukai lelaki itu saat mereka kembali bertemu di Jakarta. Namun, lambat laun Sabila semakin sadar diri bahwa tidak ada kemungkinan mereka menjadi sepasang kekasih, Haidar jelas menganggapnya sebatas karyawan dan juga seorang adik perempuan. Perasaannya terhadap Haidar sirna begitu saja dan berubah menjadi kasih sayang kepada seorang saudara lelaki biasa.
Kisah asmara Sabila benar-benar tandus dan gersang seperti gurun Sahara.
Ada beberapa orang yang datang silih berganti mendekatinya saat masa sekolah dulu, namun saat itu Sabila belum ingin terlibat dalam kisah asmara mana pun. Lagi pula, selera Sabila adalah lelaki Asia. Sedangkan di masa sekolah dan juga kampus dulu yang mendekatinya adalah lelaki bule tampan berkulit putih terang dan juga bola mata warna-warni. Sayangnya, saat Sabila sudah tertarik untuk terjun dalam kisah asmara malah layu sebelum berkembang. Ck.
Alih-alih Sabila sendiri yang berpetualang mencari pasangan, sang ayah pula yang membawakan nya seorang lelaki untuk dipacari, didekati, serta dinikahi. Untung lelaki itu tidak jelek-jelek amat. Ya, memang tidak sama sekali jelek, terlalu tampan rupawan untuk dilewatkan. Itu Irsyad loh. Yang belakangan ini sering Ia pikirkan.
Sambil menyesap minumannya, Sabila yang memang sejak tadi tidak melepaskan pandangan mata pada pintu masuk Starbuck tersenyum lebar saat mendapati sosok yang Ia tunggu mendekat. Irsyad tampak tampan dan rapi seperti biasanya. Malam ini lelaki itu hanya menggunakan celana jeans hitam dipadu dengan kaos putih garis-garis hitam yang tampak lucu menggemaskan dipakai oleh seorang Irsyad dan juga sepatu sneaker hitam di kakinya. Ah, seperti lelaki itu tidak datang sendiri karena sebelah tangannya menggandeng seorang anak kecil yang ikut jalan bersamanya.
"Udah lama?" tanya Irsyad begitu sampai di depan Sabila.
"Nggak kok. Baru aja." Sahut Sabila, entah reflek entah bagaimana. Sabila mengulurkan tangannya meminta salim dengan Irsyad dan itu terjadi begitu saja. Dan sama hal nya dengan Irsyad, lelaki itu dengan santai menempatkan sebelah tangannya yang bebas dipucuk kepala Sabila dan sedikit mengacaknya lembut.
Sesuatu berdesir dalam hati Sabila dan itu sedikit membuatnya deg-degan.
"Sorry ya, aku bawa ponakan." Kata Irsyad tak enak pada Sabila. Bocah kecil itu berdiri di belakang kaki Irsyad sambil menarik ujung kaos yang pamannya pakai. Pasalnya ini adalah kencan pertama mereka, rasanya agak gimana gitu jika juga harus membawa ponakan.
"Nggak apa-apa." Sela Sabila dengan senyum lebar, perempuan itu mencoba menoel pipi Rio gemas, "Namanya siapa?" Sabila jatuh cinta melihat sepasangan mata abu-abu yang jernih itu, wajahnya rupawan dan juga sangat menggemaskan.
"Rio, kakak." Sahutnya dengan suara khas anak-anak. Ia tidak lagi malu-malu setelah Sabila mengajak bicara.
Sabila tergelak kecil mendengar dirinya dipanggil kakak bukannya tante. Ah gemasnya. "Nama kakak, Sabila. Temannya Paman kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Glory of Love ✔
Romance[Definisi dari he fell first and she fell harder] Sabila belum mau menikah saat sang ayah memaksanya menikah dengan anak kenalan nya. Beliau sengaja melakukan nya agar Sabila ada yang menjaga di perantauan. Lantas, bagaimanakah Sabila menanggapi...