"Jangan berani bergerak, atau melakukan hal mencurigakan lainnya, jika tidak, kau pasti tahu konsekuensi nya."
Suara seseorang keluar dari belakang, kata-kata nya memberikan ancaman, tapi suaranya terdengar berat dan nafasnya terengah-engah.
Kagura berada di situasi yang berbahaya, tapi tidak tahu harus melakukan apa. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi mulutnya tidak dapat bergerak karena rasa takut, dan dia secara tidak sadar menangis dan suaranya terisak-isak.
Dia selama hidupnya di masa lalu tidak pernah menangis, baik saat di maki orang tuanya dipukuli, ataupun di siram air panas. Tapi karena berada pada tubuh baru yang masih anak-anak, dan mungkin tidak pernah merasakan perasaan teror, kekebalannya pada rasa takut telah direset.
"Eh?"
Merasakan keganjilan, orang tersebut mengeluarkan suara konyol.
'Seorang anak kecil!!?"
Dia benar-benar terkejut. bagaimana bisa ada anak kecil disini? Pikirnya.
Dia segera menarik intimidasinya. Karena jika seorang anak kecil seperti dia akan langsung pingsan, namun Kagura tetap tersadar dan bisa menahannya, membuat dia sedikit kagum.
'Ugh.. Aku sudah mencapai batasku, berbicara saja sudah sulit.'
Dia memiliki banyak luka di tubuhnya, wajahnya terlihat pucat karena banyak kehilangan darah, pengelihatannya juga memburam, dia bisa pingsan kapan saja. Tapi dia mencoba mempertahankan kesadaraannya sedikit, dia ingin meminta maaf pada anak di depannya.
Dia segera berpindah ke depan Kagura, dan mengatakan maaf sebelum pingsan.
"Maaf... "
Namun kata-katanya terputus di tengah.
Dia segera ambruk ke belakang yang mana untungnya dia terjatuh di kasur. Dia benar-benar telah kehabisan tenaga.
"Hiks... Hiks... "
Sementara itu, Kagura yang menangis mencoba untuk tenang dan mencari tahu apa yang terjadi.
"Pertama dia mengancamku, setelah itu dia meminta maaf dan tiba-tiba tidak sadarkan diri, dasar pria yang tidak punya tanggung jawab."
Keluhnya saat sudah tenang.
"Uuu... Aneh sekali rasanya tanpa menggunakan celana dalam."
Katanya saat melihat celana dalamnya yang basah. Sensasi aneh seperti angin bertiup di antara pahanya memberikan perasaan tak terlukiskan.
Dia segera membersihkan kekacauan yang dia buat, sebelum melihat kembali ke pria itu. Dia adalah seorang pemuda yang berusia 16 tahun dengan rambut hitam yang gayanya agak halus, serta kulit putih. Wajahnya juga terlihat halus yang mengekspresikan keramahan, sungguh berbeda dengan intimidasi mengerikan yang dia keluarkan tadi. Dia mengenakan seragam, namun semuanya telah sobek akibat pertarungan. Nah, yang janggal disini adalah dia membawa senjata tajam yang berupa katana di pinggangnya.
'Kalau kuingat, ada peraturan yang melegalkan untuk membawa senjata selama memiliki ijin resmi disini.'
Pikirnya saat mengingat sistem perundang-undangan pulau ini.
"Tapi sungguh, dia tidak akan mampu bertahan sampai besok jika lukanya tidak ditangani dengan segera."
Kagura bisa melihat banyak luka pada tubuh pemuda itu, luka sayatan terutama pada dadanya sungguh lebar dan perlu di jahit. Orang biasa tidak akan bertahan dengan luka seperti itu, apalagi dengan darah yang terus keluar.
Kagura ingin merawat luka-luka itu, namun dia tidak memiliki peralatan yang dibutuhkan. Dia tidak ingin ada orang yang sekarat mati didepannya. Meski dia diancam tadi, tapi dia bisa mendengar kata maaf sebelum pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Shikigami In Other World
AcciónIrvin selalu ditindas dan disiksa oleh keluarganya sampai pada titik dimana dia sekarat, hingga akhirnya mati. Tapi dia hidup lagi menemukan dirinya berada di dunia dan kota asing, yang penuh dengan sihir dan fantasi. Dan yang paling penting adalah...