Rule #6 "Stay in Your Comfort Zone"

221 57 36
                                    

"Tetaplah Berada di Zona Nyaman-mu"



Ada ribuan diksi dan narasi yang bertebaran di luar sana tentang menjadi tangguh dan tidak terjebak di zona nyaman, sebuah zona dimana seseorang pada dasarnya merasa aman, terbiasa, dan mampu mengontrol lingkungannya, jadi seseorang tersebut akan sangat jarang sekali merasa gelisah atau tertekan dan stress.

Narasi itu berkembang dan menjadi semakin populer ketika pada tahun 2017 sebuah lagu berjudul 'Zona Nyaman' yang di populerkan oleh fourtwnty booming di pasaran Indonesia. Kondisi ini menyebabkan banyak sekali orang yang mencoba hal baru pada akhirnya, ada yang mencoba jadi backpacker, wirausahawan, dan hal lain diluar rutinitas yang biasa mereka lakukan.

Keluar dari 'zona nyaman' membuktikan pada kita bahwa ada banyak sekali peluang dan kesempatan yang tersedia dan terbuka lebar saat kita bisa menaklukkannya. Seperti mempelajari hal baru, menentukan batasan yang lebih tinggi lagi dari sebelumnya, menemukan bakat dan minat yang bisa jadi belum ter-explore dengan baik, dan terbiasa dengan tantangan setiap harinya. 

Dan dengan semua keuntungan yang bisa kamu peroleh itu.
Bagaimana jika ternyata, yang ingin aku sampaikan padamu adalah kebalikanya?

YES...

Stay in your comfort zone! no matter what, just stay. 

Tidak akan ada banyak kata-kata bijak dan pemikiran-pemikiran filsuf ternama di rule kali ini.
Ini adalah murni dari apa yang aku alami dan rasakan.
Sekarang, biar aku jelaskan kenapa kamu hanya perlu tetap di zona nyaman mu...

.

.

Secara teoritis kita adalah para 'penunggu', disadari atau tidak kita sudah di takdirkan begitu.
Saat kita ingin bicara, kita menunggu momen yang pas atau topik yang sesuai untuk akhirnya kita dapat ikut bicara.
Saat kita ingin menawarkan bantuan atau sekedar bertegur sapa, kita menunggu hingga saat dimana mata bertemu mata, barulah kata 'hi' itu mengudara.
Dan saat kita ingin mengutarakan cinta, apa yang kita lakukan? kita menunggu, kita menunggu sampai segala sesuatunya terasa sempurna, meski itu butuh waktu yang seringkali cukup lama.
Benar begitu bukan???


Kita menunggu terlalu sering untuk sebuah keadaan dimana kita yakin kita bisa mengontrolnya.
Dan dengan semua penantian akan momen berharga itu, akan kah kamu mau beranjak pergi begitu saja?

Sadarilah bahwa ada beberapa fakta yang perlu kamu ketahui.
Pertama, kita berada di dunia dimana semua orang ingin di dengar, and oftentimes the extrovert leads the circle.
Kedua, sejak awal tidak ada zona nyaman yang benar-benar nyaman untuk seseorang, semua akan berubah seiring waktu.
Ketiga, kenyataannya kitalah yang seharusnya terlatih menjadikan lingkungan apapun sebagai zona nyaman kita.

Kamu yang berusaha 'nongkrong' bareng di lingkungan mu, meski setelahnya kamu mungkin kelelahan hebat dan hanya bisa berbaring di kamar.
Kamu yang terbiasa 'ngobrol' dengan teman-teman mu, meski sebenarnya topik mereka sungguh sampah dan membuang banyak waktu mu.
Kamu yang terbiasa 'mewajarkan' kesalahan-kesalahan mereka terhadapmu, meski rasanya ingin sekali memaki begitu kasar.


Apa semua itu 'zona nyaman', tentu saja tidak. Lalu kenapa kamu masih bertahan???

.

.

.

Harapan.
Aku rasa itu jawaban paling masuk akal untuk semua ini. Kamu bertahan karena kamu berharap dengan semua 'pengorbanan' yang kamu lakukan, dengan semua rasa tidak nyaman yang kamu rasakan, pada akhirnya menuntun mu pada situasi dan kondisi yang lebih baik.
Kamu berharap teman nongkrong mu akan lebih loyal, bahan obrolanmu akan lebih sesuai, dan kesalah-kesalahan mereka perlahan berganti menjadi kebaikan. 
Begitu kan?

Pedoman untuk jadi PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang