Rule #7 "Build a Buddy System"

190 50 27
                                    

"Bangun Sistem Pertemanan"

Dua tahun yang lalu, tepatnya di 2018 akhir, ada seorang anak laki-laki yang baru saja merasakan 'patah'-nya semesta. Dunia yang dia kenal tak lagi sama, runtutan masalah menabraknya hingga ke pecahan yang paling kecil.
Sebelumnya ia berpikir jika rasa sakit adalah rasa yang paling mengerikan. Namun dengan semua hal di pikirannya(di dunia miliknya sendiri), ia akhirnya menyadari bahwa;
"tidak bisa merasakan apapun adalah rasa yang jauh lebih mengerikan"

Selang beberapa bulan hidupnya tidak jauh lebih baik, ia mulai mengalami gangguan tidur, menangis tanpa sebab, ganguan mood yang extrem, kehilangan minat akan apapun termasuk bermain basket yang menjadi hobinya selama ini. 

Anak laki-laki itu tahu ada yang salah dengan dirinya, ia pun pergi mencari bantuan, ia pergi ke psikolog, rutin menjalani sesi konseling, namun semuanya bertambah buruk, ia mulai mendengar suara-suara yang tak nyata, mencium bau darah setiap saat, menjauh dari semua circle yang dia miliki(memblok semua orang di kontak pribadinya), dan dengan semua kekacauan itu dia tidak memiliki apapun lagi untuk di pertahankan.
Perasaan untuk ingin bunuh diri saja membayanginya setiap saat.

Psikolog berkata ini semua karena emosi yang tertahankan sejak kecil, lingkungan yang tak bersahabat, dan mental yang sudah terlanjur terlalu rapuh. 
Berbagai diagnosa di jatuhkan kepada si laki-laki itu, depresi minor, depresi mayor, hingga skizoafektif menjadi diagnosa terakhirnya.
Lingkungan pertemanan bahkan hingga keluarganya men-'judge' dia, kurang iman, perlu di ruqiah, kurang bersyukur, dll.
Hidupnya jadi sangat jauh dari kata 'berarti', pikiran untuk bunuh diri semakin mengerayangi jiwanya.

Namun untungnya ia memiliki seorang wanita yang tidak hanya tulus, tapi teguh secara mental untuk terus menemaninya, mulutnya memberikan kata-kata yang menenangkan, telinganya ada untuk mendengarkan keluh kesah, raganya ada untuk menemani kesendirian. Meski tidak jarang wanita itu mendapat perlakuan yang tidak sesuai dari si laki-laki, tapi wanita itu tahu, jika yang salah bukan lah laki-laki itu melainkan penyakitnya, itu kenapa sang wanita terus menyediakan waktu untuk menemaninya, menunggunya selama sesi konseling, mengantarnya untuk pergi ke psikiater, dan jadi mentor yang baik untuk perkembangan kesehatan mental si laki-laki itu.

Hingga May 2020, kondisi laki-laki itu jauh lebih baik dan stabil, sang wanita masih terus menemani laki-laki itu, menasehatinya untuk terus berolahraga dan minum obat yang teratur.
Dan disaat se-isi dunia memperlakukan si laki-laki itu dengan cara yang keliru, wanita itu ada disana dan memberikan sedikit harapan untuk sembuh dan memulai kembali membangun mimpinya. 
Entah bagaimana jadinya jika dia tidak memiliki si wanita itu disisinya, mungkin dia sudah kehilangan arti sepenuhnya untuk hidup. Ia yang dulu terlalu lelah, bahkan hanya untuk menjelaskan kondisinya sendiri ke orang lain ia tidak mampu, beruntung si wanitalah yang menjadi penyambung lidah dan alasannya untuk tetap berjuang di dunia yang tak ramah ini.

Btw nama wanita itu adalah Mayang Noviantika Selly, dan si laki-laki itu adalah aku sendiri.

Dan kisah ini merupakan 'penghargaan' untuk sosok-nya yang selama lebih dari dua tahun ini menemani ku dan membuatku percaya jika segala sesuatunya sudah jauh lebih baik. 
"I can't say anything more than thank you"

.

.

.

So, what i want to tell you is...
You need a friend!

Kita adalah mahluk sosial, tidak bisa dipungkiri bahwa kita juga butuh seseorang disamping kita.
Kamu mungkin merasa kuat menghadapi semuanya saat ini, semua ketidak sesuaian yang pada akhirnya membuatmu canggung dan tidak bergerak selangkahpun dari tempat dimana kamu berdiri.
Tapi percayalah, jiwa mu pun akan lelah pada akhirnya.

Pedoman untuk jadi PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang