Supportnya guys. Thx 😙
Ditempat biasa dia nongkrong, Alvin sedang tertidur diatas sofa dengan lengan kanan menutupi kedua matanya guna menghindari dari terpaan sinar matahari.
Setelah, tadi pagi dia tak menemukan sesuatu yang dicarinya, dia segera bergegas berangkat ke sekolah. Bukan untuk belajar, Alvin malah pergi ke rooftop hanya untuk menenangkan pikirannya.
Tangan kiri Alvin terangkat ke atas. Memperlihatkan jam tangan mewah. Bel istirahat tinggal lima menit lagi. Alvin merogoh saku celananya, mencari keberadaan handphone Applenya.
Mencari-cari kontak seeorang. Setelah ketemu, Alvin lansung menekan tombol telpon. Nada dering terdengar tak berapa lama. Hingga di deringan kedua, orang disebrang sana baru menerima panggilan.
"Ada apa al?" tanya orang di seberang sana dengan berbisik. Maklum saja saat ini masih jam pembelajaran.
"Nanti, istirahat loe harus ke rooftop. Gue tunggu." perintah Alvin.
"Tap..." tak ingin orang disana bertanya lebih banyak lagi, Alvin langsung memutuskan panggilannya secara sepihak. Memasukkan kembali, handphonenya ke dalam saku celana.
"KRING!!!" Belpun berbunyi.
Tak berapa lama, terdengar suara derap langkah kaki mendekat. Hingga derap langkah kaki itu berhenti tepat disampingnya.
"Ada apa al? Tumben loe ngajak gue ke sini. Biasanyakan loe sendiri." tanya orang itu sembari menepuk-nepuk kaki jenjang Alvin, berniat untuk meminta tempat buat dia duduki.
Alvin bangun dari posisi tidurnya. Menggeser badannya agar Bryan dapat duduk. Diam sejenak, mengatur emosinya dulu.
"Gue lagi cari seseorang yan." kata Alvin terdengar putus asa.
"Lha kalo mau cari ya tinggal cari doang kan di laptop loe. Apa loe udah lupa caranya retas website?"
"Bukan gitu yan. Gue sudah retas di berbagai website. Tapi tetep saja hasilnya nihil."
"Emang siapa namanya?"
"Kelly E.Lorraine."
"Hah. Loe sudah mulai suka sama dia? Kapan loe ketemu dia?"
"Gue males cerita." kata Alvin sembari menatap Bryan datar.
"Gue jadi frustasi sendiri, saat gue nggak bisa cari dia?"
"Emang huruf E-nya marga dari siapa?"
"Gue juga nggak tahu?"
"Apa dia juga termasuk kelompok hacker?" tanya Bryan lagi.
"Gue nggak tahu." balas Alvin datar lagi.
Seketika kedua bola mata Alvin terbuka lebar. Benar apa yang dikatakan oleh Bryan. Jika biodata seseorang tidak ditemukan, kemungkinan besar orang itu ikut sebuah kelompok per-hacker-an.
Agar tak bisa dicurigai oleh orang lain, ketua dari kelompok itu akan membuat biodata anggotanya, dan memberikan apilkasi pengamanan khusus hasil buatannya, agar tak ada seorang rival yang dapat mencuri datanya.
Jika seseorang dari kelompok hacker, biodatanya dicuri oleh rivalnya, sudah dipastikan orang itu dalam bahaya. Oleh sebab itu, anggota dari sebuah kelompok hacker harus menyembunyikan statusnya dalam keanggotaan hacker, baik itu dengan nama samaran maupun dengan menghapus nama marga keluarganya.
"Yan gue butuh bantuan dari loe. Gue mau loe cari semua hal yang berkaitan dengan Key. Gue cabut dulu." kata Alvin sembari menepuk pundak Bryan.
"Woy al, loe mau kemana, lima menit lagi masuk nih." kata Bryan sembari menunjuk jam tangannya.
"Mau reflesing. Loe mau ikut?"
"Ogah. Makasih. Kalau nyokap gue tahu, gue bolos bisa ditebas kepala gue."
"Cemen loe. Dasar anak mama."
"Iyain aja kalau ngomong sama anak dari orang penguasa. Gue mah bisa apa?"
Alvin hanya tertawa menanggapi gerutuan dari sahabat karibnya. Pergi menuruni tangga, mengambil motornya, dan kemudian melesat pergi ke suatu tempat yang menurutnya lebih menyenangkan daripada sekolah. Karena disana, dia dapat menemukan semua yang dia inginkan.
*
*
*
"TIDAKKK!!!"Alvin terbangun dengan keringat membasahi pelipis dan lehernya. Napasnya masih belum stabil. Bayangan mimpi itu datang lagi. Mimpi itu hadir lagi malam ini. Dan mimpi ini sama persis dengan mimpinya kemarin malam.
Darah, kematian, dan orang itu, membuat emosi Alvin tak terkendali. Dia sedih, takut dan juga marah. Alvin sangat marah, kenapa pembunuh di mimpinya adalah orang yang dia suka. Alvin melirik jam wekernya, baru jam tiga, itu berarti Alvin baru tidur dua jam, karena Alvin baru pulang dari club jam satu dini hari.
Alvin coba untuk tidur kembali. Merubah berbagai posisi tidurnya secara bergantian. Mencari kenyaman agar dirinya dapat tertidur lagi. Tapi mimpi itu sangat ampuh. Alvin tak bisa tidur lagi. Untuk mengalihkan perhatiannya, Alvin turun dari kasurnya, dan pergi ke ruang gym. Ini adalah bentuk pengalihan dari emosinya yang gampang berubah.
Setelah memutar knop pintu, Alvin langsung masuk ke dalam dan mendekati samsak. Tanpa alat pelindung tangan dan pemanasan, Alvin meninju secara membabi buta. Menimpulkan suara yang datang bertubi-tubi.
Sepuluh menit berlalu, bahkan Alvin tak menghentikan permainannya barang sejenak. Buku-buku jari Alvin sudah memerah. Tapi Alvin tetap tak memedulikannya. Alvin masih ingin menyalurkan semua emosi yang sedang bergemuruh didalam hatinya.
Hingga semua tenaga Alvin telah terkuras habis. Alvin luruh diatas lantai. Pandangannya kosong menatap depan. Tersirat kekhawatiran dan kombinasi dari rasa ketakutan di dalam bola matanya.
"Key loe berhasil. Loe berhasil buat gue gila." gumam Alvin kepada diri sendiri.
Gimana guys? Lanjut?😀
Eits jangan lupa vote sama comentnya😉
Love You All💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopathic Bad Boy [HIATUS]
RomanceKisah cinta antara cewek dingin dan cowok psikopat. "Lo mau gak jadi pacar gue?" "Selama gue masih hidup, gue nggak mau jadi pacar lo!" "Kalau begitu lo mati aja demi gue." "Lo nggak bakal gue biarin buat bunuh gue seenak hati lo." "Gue nggak punya...