Sorry, Key (2)

212 32 25
                                    

"KELLY!!..."

Alvin terbangun, langsung terduduk dari tidur malamnya. Kedua mata Alvin mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalama retina miliknya. Alvin mulai memandangi sekelilingnya, dan tak berapa lama dia menyadarinya, dia ada dikamar miliknya sendiri.

"Hah. Hah. Hah. Hah"

Alvin terengah-engah. Keringat bercucuran di pelipis dan lehernya. Alvin mulai menyingkap selimut yang menutupi setengah badan.

Cuma mimpi- batin Alvin. 

Alvin menengok ke jam weker, masih jam tiga lebih tiga puluh menit. Alvin mengambil nafas sebanyak-banyaknya, dan kemudian dikeluarkan secara berlahan. Alvin memijat pangkal hidungnya yang mancung. Dia masih terlihat syok akan mimpi yang hadir didalam tidur malamnya.

Gak, gak mungkin. Key pasti selamat- batin Alvin lagi guna menenangkan perasaannya sendiri.

Alvin termenung sejenak tak berapa lama Alvin menyambar handphone yang ada di atas nakas. Mencari-cari kontak seseorang. Tanpa mikir berkali-kali lagi, Alvin langsung menggeser tombol telpon setelah menemukan kontak yang dia cari.

Deringan pertama belum mendapat jawaban. Dan ini malah menambah Alvin jadi pusing. Dan akhirnya Alvin mencoba menelpon lagi.

"Bangsat. Kemana aja nih bocah" gerutu Alvin sambil menunggu jawaban. Hingga deringan keempat, telponnya baru terjawab.

"Hoammm…. Ada ap-"

"Bangsat, kalau gue telpon, loe harus cepet angkat!" sembur Alvin langsung.

"Lagian ada apa sih Al? Malem-malem masih nelpon aja. Gue baru tidur setengah jam tahu. Hoam." jawab Bryan.

Ya, Alvin menelpon Bryan. Entah untuk urusan apa. Alvin memang tidak memikirkan sahabatnya itu, apakah dengan menelpon tengah malam begini aktifitasnya akan mengganggu tidur Bryan apa tidak. Yang dia tahu, semua keinginanya harus terpenuhi sesegera mungkin. 

Tentu saja Bryan tidak bisa menghindar, karena dia takut dengan anak dari penguasa organisasi Archturus.

"Besok pagi datang ke Markas Kedua Archturus. Gue ada misi buat kita berdua."

"Tapi Al, gue gak mau cab-"

"Loe gak mau nurutin perintah gue? Loe bakal mati ditangan gue."

Tentu saja, Alvin tak benar-benar melakukannya. Dia hanya memprovokasi Bryan agar mau mengikuti perintahnya. Hening sesaat. Lalu kemudian terdengar helaan panjang diseberang sana.

"Oke. Besok gue kesana."

Tut.

Alvin segera memutuskan sambungannya secara sepihak. Memang tipikal Alvin yang berbicara langsung ke ponitnya dan berbicara seperlunya saja.

Alvin melempar handphonenya asal. Kemudian giliran melempar tubuhnya tepat diatas kasur. Mencoba memejamkan matanya lagi. Namun bayangan akan kematian Key terus berputar diotaknya. Wajah pucat Key, Air mata Key, dan darah Key, tentu masih melekat dipikiran Alvin.

Kemudian Alvin mencoba mencari posisi ternyaman agar dapat tidur kembali. Tetapi tetap tak bisa bayangan itu terus mengganggunya.

"Arrgghh…." erang Alvin.

Alvin bangkit, melangkah ke luar dari kamar tidurnya. Lebih tepatnya menuju ruang gym.

Jam setengah tujuh. Alvin memakirkan motornya, kemudian membuka helm fullfacenya dan diletakkan dispion motor. Melangkah ke depan dan memasuki sebuah gedung. Baru saja dirinya melewati pintu masuk, dirinya langsung mendapat sapaan.

Psychopathic Bad Boy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang