Lo Buat Gue Gila

188 43 2
                                    

Vote sama Coment dulu guys. Ditungguin author lho. Hehehe











Malam hari yang terang dihiasi dengan beribu-ribu bintang berwarna-warni dan bulan sabit sebagai pelengkapnya, Alvin baru saja memasuki rumah mewahnya. Setelah memakirkan motor sport miliknya, Alvin langsung naik ke lantai dua, dimana kamar miliknya berada.

Rasa berdenyut-denyut selalu hinggap dikepalanya akhir-akhir ini. Dan perasaan emosinya selalu tidak bisa dia kontrol. Karena penglihatan yang mulai berkunang-kunang Alvin putuskan akan segera tidur. Dia abaikan tubuhnya yang sudah lengket karena keringat. Untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya, jari Alvin memijit disekitar pelipisnya.

Tetapi ada sesuatu yang mengingatkannya akan kejadian siang tadi di gudang sekolah. Kedua mata indah Alvin, seketika terbuka lebar. Entah pergi kemana rasa sakit di kepala, Alvin segera mendudukan tubuh atletisnya di atas kasur king sizenya.

"Sekali aja loe bunuh Lillian.Jangan pernah lagi ganggu sahabat gue."

Itulah kalimat yang sedari tadi mengganggu otak cerdiknya. Baginya, kalimat yang keluar dari bibir ranum cewek yang Alvin kagumi, bagaikan kiamat kecil baginya. Jujur, Alvin sangat menyesali perbuatannya. Andai saja, dia tahu kalau cewek yang menjadi korbannya tadi adalah sahabat dari cewek yang Alvin suka, tentu saja Alvin tidak akan melakukannya.

"ARGH... DASAR GUE BEGO!!!!"

Alvin mengacak-acak surainya yang kelewat panjang untuk ukuran anak SMA. Melempar berbagai alat yang dia dapatkan dari nakas disamping kasurnya. Bahkan sampai menendang-nendangi lemari yang tak bersalah.

Kejadian saat cewek yang disukanya sedang marah, selalu berputar-putar ulang di memorinya. Wajah cantik yang sedang dilanda rasa marah, selalu terbayang diingatannya. Dengan gusar, Alvin mengambil obat tidur kemudian menelannya. Segera dia hembaskan tubuh lelahnya diatas kasur yang berantakan. Tak berapa lama, kedua kelopak matanya terasa amat sangat berat. Dan Alvin mulai memasuki alam mimpi.

Alvin memakirkan motor kesayangannya di garasi. Setelah memastikan motornya sudah terpakir dengan rapi, Alvin langsung memasuki rumahnya.

Sunyi dan senyap, adalah kombinasi suasana yang Alvin temui ketika memasuki ruang tamu. Lampu padam, dan Alvin tak merasakan adanya kehidupan. Dengan berhati-hati Alvin masuk lebih dalam lagi.

"Ma. Mama."

Tetapi tak ada suara yang menyahutinya. Kemudian Alvin mencoba memanggil papanya.

"Papa."

Tetap tak ada sahutan. Dan Alvin merasakan firasat buruk terhadap keluarganya. Alvin melangkah dengan pelan mencari saklar lampu di ruang keluarga. Setelah menemukannya, Alvin segera memencet, dan seketika ruang keluarga terang benderang. Sesaat Alvin merasakan silau. Setelah mengerjap-ejapkan kedua matanya, Alvin langsung dibuat terkejut dengan adanya bercak-bercak darah di lantai rumahnya.

"Darah siapa ini?" tanya Alvin dalam hati.

Karena penasaran, Alvin segera mengikuti dari mana darah ini berasal. Hingga akhirnya darah berhenti di tubuh seseorang yang tergeletak sudah tak bernyawa. Alvin tak mengenali siapa jasad itu, karena posisi jasad itu telungkup. Dengan hati-hati Alvin membalikan tubuh jasad itu. Kedua matanya membulat sempurna ketika Alvin mengenali siapa jasad manusia yang sudah tak bernyawa itu.

"Kak. Kak loe kenapa kak. Bangun kak. Loe nggak boleh pergi. Bangun kak." kata Alvin lirih sarat akan rasa sakit.

"Triing!!!"

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh di ruang makan. Dengan hati-hati Alvin kembali meletakan jasad kakaknya dilantai, menyusuri lantai menuju sumber suara. Ketika baru sampai di pintu ruang makan, Alvin dikejutkan dengan jasad manusia lagi. Dari tempat Alvin berdiri yang berjarak sekitar lima meter, Alvin sudah pasti dapat mengenali siapa jasad manusia itu.

"MAMA!!!!"

Alvin berlari menghampiri jasad mamanya. Mengangkat kepala mamanya diatas kedua pahanya. Darah keluar dari kepala mamanya, membanjiri celana abu-abu sekolahnya. Setetes demi setetes air mata mulai keluar dari mata miliknya. Mengalir membentuk anak sungai di kedua pipi tirusnya.

"Ma, bangun ma. Jangan tinggalin Alex ma. Mama bangun." isak tangis Alvin.

"AAARRRGGGHH...."

Terdengar teriakan kesakitan dari suara seseorang yang berasal dari dapur. Alvin segera berjalan menuju dapur. Ketika sampai didapur, Alvin sangat terkejut. Dia melihat papanya jatuh ke lantai dengan darah yang menetes dari sayatan luka di area lehernya. Didepan jasad papanya, berdiri seseorang memakai pakaian serba hitam dengan sebilah pisau sedang yang sudah berlumuran darah. Karena Alvin penasaran, Alvin mendekati orang itu, saat akan menyentuh bahu orang itu, orang itu lebih dulu berjalan menjauhinya.

"Siapa loe?" tanya Alvin marah.

Seketika orang itu langsung berhenti berjalan, masih setia membelakangi Alvin.

"Siapa loe sebenarnya. Berani-beraninya loe bunuh semua keluarga gue."

"Hahaha..." tawa orang itu terdengar sumbang.

"Ngaku. Siapa loe sebenarnya." murka Alvin tak terbendung.

Orang itu, dengan berlahan mulai memutar tubuhnya menghadap ke Alvin. Setelah orang itu menghadap sepenuhnya ke arah Alvin, tetap saja Alvin belum bisa mengenali sesosok itu karena terhalang oleh topi dan tudung hoodie. Alvin berjalan mendekati orang itu, berniat menyambar topi itu, tapi dengan tiba-tiba orang itu mendongakan kepalanya. Kini wajah Itu dapat Alvin kenali. Alvin amat sangat terkejut. Dia tak mempercayai penglihatannya. Alvin shok.

"L-loe?" tanya Alvin.

"Hahaha..... Gue harap dengan balas dendam ini, Lillian merasa senang disana." kata orang itu disertai dengan senyum devilnya.

"Lillian?" tanya Alvin bingung.

Kini Alvin tahu siapa orang yang telah membunuh keluarganya. Alvin tak menyangka, orang yang dia sukai dengan tega membunuh semua anggota keluarganya. Alvin menangis sedih. Tubuhnya merosot diatas lantai.

"Dengan adanya kejadian ini. Gue harap loe bakal mati secara berlahan."

Setelah berkata demikian, orang itu pergi lewat pintu belakang. Alvin tak sanggup untuk berdiri. Alvin tak sanggup untuk mengejar orang itu. Yang bisa dilakukan olehnya adalah menangisi nasibnya, menangisi kematian keluarganya yang disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Alvin menangis meraung-raung, memukuli lantai sampai darah mengucur keluar dari buku jari-jari tangannya. Rasa sakit ditangannya, tak semenyakitkan rasa sakit dihatinya.

"TIDAKKK!!!!"



Gimana guys? Lanjut?😀
Eits jangan lupa vote sama comentnya😉
Love You All💖



Psychopathic Bad Boy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang