10

1.4K 83 1
                                    

HAPPY READING!

•••~•••

"Oke, pelajaran matematika minat kita akhiri sampai disini, minggu depan jangan lupa membawa tugas yang sudah saya titipkan pada kalian. Selamat pagi." Guru pria yang menjabat sebagai guru matematika minat itu keluar dari ruang kelas IPA-2, kelas menjadi hening yang biasanya meribut, kini malah sibuk mencatat soal mematikan yang tertulis rapi di papan tulis dengan spidol bewarna merah terang, jumlah soal itu ada dua puluh lima.

"Hua, kepala gue serasa mau pecah." Keluh Dini mengurut kepalanya sekuat mungkin. Namun, tangannya tetap saja menulis. Walaupun frustasi selalu tetap mengerjakannya, demi mendapat gelar prestasi.

Alexa terkekeh, ia kembali mencatat soal tersebut hingga selesai. Alexa menutup bukunya lalu menyimpannya di dalam laci, Alexa melihat keseliling kelasnya, tapi matanya malah terhenti saat kedua mata tajam Alta mengarah padanya. Alexa menaikkan satu alisnya seperti bertanya, tapi Alta memutar matanya malas, dan bergegas berdiri keluar dari area kelasnya.

Alexa berdecak, "Alta kenapa si?" Tanyanya pada Dini yang sedari tadi sibuk menulis soal.

"Biasa sinting...." Jawab Dini blak blakan, Alexa terkekeh sedikit. Tangan Dini tidak berhenti menulis, serta matanya yang sesekali melihat papan tulis. "Lo udah siap?"

"Udah nih." Dini hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Jangan jangan iri, jangan iri dengki!" Senandung Dika, kepalanya sedari tadi menempel di kepala Bagas, kelihatan dari wajah Bagas ia terlihat kesal tapi mencoba sabar dengan makhluk tidak memiliki otak seperti Dika.

Semua penghuni kelas hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Dika yang kelewat aneh itu, Dika yang merasa di perhatikan malah menjadi-jadi, kini pantatnya lah yang ia tempel di telinga Bagas. Membuat Bagas menutup mata untuk menahan emosi yang sedari tadi ia bendung.

"Tut tut tut, Bagas trutut tutut." Ledek Dika.

Plak

Satu tamparan keras sudah mengenai pantat Dika, pelakunya adalah Bagas, wajah hingga telinganya memerah menahan emosi yang meledak-ledak.

"Ck!" Decak Bagas, lalu menendang kursi yang diduduki Dika, hingga kursi itu rebah diikuti Dika yang terpental ke lantai. Setelah melakukan itu Bagas berlalu pergi dari sana.

"Aduh duh." Keluh Dika mengelus-ngelus pantat bohaynya.

Hening

Dika memutar badannya untuk melihat teman kelasnya yang hanya diam, biasanya jika Dika terkena kdrt seperti ini akan ditertawakan, hingga wajah teman-temannya memerah, ada juga yang mengeluarkan kentut karena tidak sanggub lagi menahan ngakak.

"Lah kenapa pada diam?" Dika menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Alexa mengerjab-ngerjabkan matanya, tidak biasanya Bagas emosi seperti itu, biasanya jika Bagas kesal ia akan membalas Dika, seperti bercanda. Tapi ini tidak.

"Niel, temenin gue ke kantin yuk." Dika mulai bertingkah kembali, ia menarik-narik tangan Daniel, Daniel pasrah, keduanya langsung keluar dari kelas. Seisi kelas kembali menyibukkam diri dengan aktivitasnya kembali. Tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain.

STORY ALEXA & JUAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang