16

1.1K 80 3
                                    

HAPPY READING!

••~••

BRAKK

Suara gebrakan pintu tersebut membuat ketiga orang yang tengah berbincang di meja makan mengalihkan pandanganya ke lantai dua.

"Apa tu?" Tanya Siska.

"Kucing kalik." Tebak Jojo asal, dan meminum teh hangat tanpa gulanya dengan hikmat.

Plak

"Yakali kucing, sebesar itu suara--"

Tuk.. Tuk.. Tuk

"Apaan tuh?" Tanya Jenny yang menyembulkan kepalanya, gadis itu berada di toilet dekat dapur.

"Gak tau. Eh." Kaget Siska saat melihat sudah ada Juan yang berdiri di tangga akhir, anak sulungnya itu tengah melihat ketiganya dengan mata tajamnya.

Jenny, dan Siska meneguk kasar salivanya. "Ju-Juan kenapa?" Tanya Siska terbata-bata.

Juan mengalihkan pandangannya pada Jenny yang sudah bersembunyi di balik tubuh Siska. "Sini lo." Suruhnya dengan nada dingin.

Jenny gelagapan, ia berjalan pelan mendekat pada Juan. "Ap-apa?" Tanyanya.

Juan mengangkat ponselnya ke atas, setelahnya Juan melempar ponsel itu hingga hancur.

"JUAN!" Pekik Siska kaget.

Juan melihat Jenny yang sudah ketakutan di depannya. "Sekali lagi lo sentuh barang gue, habis lo!" Setelahnya Juan kembali naik ke atas. Tidak peduli pada kedua orang tuanya yang terus melihatnya.

DUP

Jojo dan Siska mengelus dada sabar. "Pa beli baru." Ucap Siska. Lalu berjalan mendekat ke tempat ponsel itu sudah terpecah belah dan tidak terbentuk lagi. Siska memungut ponsel tersebut, lalu memberikannya pada Jenny. "Nih, kamu pakai sepuasnya." Setelahnya Siska pergi dari sana.

Jenny cemberut. "Padahal cuma ngabisin kuota." Cicit Jenny. Sama follow akun ig kak Alexa. Lanjutnya dalam hati.

"Udah sana, masuk kamar." Suruh Jojo, tidak ingin melihat anak bungsunya menangis bombay di depannya.

Jenny mengangguk lesu, dan menaiki ke tangga.

Jojo geleng-geleng kepala. Ia tersenyum sumbringah, kebetulan semua orang sibuk. Jojo langsung melahap roti selai milik Siska yang masih utuh.

"PAPA!"

Disisi lain Juan terus saja memegang kepalanya yang terasa panas. Juan murka bukan karena kuotanya habis, melainkan perihal Jenny yang lancang  mengikuti akun Alexa tanpa sepengetahuannya. Entah bagaimana respon Alexa nantinya. Lupakan respon Alexa, tapi respon grub kaum hawa itu.

Juan terdiam saat matanya melihat tanggal ujian semester. Tepat besok hari, ia harus menjalankan ujian. Ujian yang menentukan siapa yang mendapat peringkat atas di sekolahnya.

Juan dengan cekatan mengambil laptopnya, dan melihat jadwal mapel apa yang akan di ujian hari senin.

Matematika
B.Indonesia

••~••

Alexa cemberut, dirinya disuruh ke taman untuk membaca buku. Alexa senang ia selamat dari hukuman memasak gulai itu, tapi dirinya sedih saat mamanya menyuruhnya untuk belajar. Karena besok ujian.

Alexa menarik buku catatan matematika copyan milik Dini dari tasnya. Lalu mulai membuka halaman pertama buku tersebut.

Alexa meringis saat melihat banyaknya angka-angka disana. Alexa malas sekali memahami rumus, tapi apa boleh buat? Tidak ada yang membantunya. Jadi rindu teman-teman di Inggris.

Alexa menghela nafasnya gusar. Dirinya lebih baik memahami rumus-rumus yang sudah bertebaran di buku catatannya. Alexa semakin lama, makin tenggelam dengan catatan tersebut. Hingga tidak sadar aktivitas manusia yang ada di sekitarnya.

••~••

Juan menutup bukunya dengan kasar sedari tadi ia terus saja mendengar berbagai jenis keributan. Ada suara ayam, suara teriakan bocil-bocil, suara gergaji listrik, dan suara teriakan keluarganya. Juan mengacak rambutnya frustasi. Semua yang ada di sekitarnya membutnya gagal fokus saat belajar.

Juan menarik tasnya, lalu memasukkan buku catatannya ke dalam. Setelahnya Juan melihat kesana kemari, guna mencari ponselnya. Tapi ia baru ingat, ponselnya baru saja ia hancurkan.

Juan mendengus, entah bagaimana caranya untuk mengabari William dan Toni. Juan berdiri dari duduknya, dan bergegas keluar dari kamarnya. Tidak lupa menguncinya, takut-takut Jenny kembali berulah pada laptop tidak berdosanya itu.

Juan berjalan cepat menuruni tangga. Ia melihat ke ruang tv, disana sudah ada papanya yang sibuk dengan laptop dan berkas-berkasnya. Juan hendak melangkah kesana, tapi ia urungkan. Tidak mungkin ia membantu papanya kali ini, Juan harus belajar. Besok adalah ujian penentu siapa yang akan mendapat gelar prestasi pertama di sekolahnya.

Juan kembali berjalan, hingga sampai ke pintu utama rumahnya.  Juan hendak membuka pintu tersebut, tapi lebih dulu dibuka oleh Siska.

"Mau kemana An?" Tanya Siska.

"Belajar." Jawabnya singkat.

Siska mengerutkan dahinya. "Kenapa gak di kamar?"

"Berisik." Jawabnya.

Siska menghela nafas, ia menggeser tubuhnya untuk memberikan jalan pada anak sulungnya--Juan. "Hati-hati ya sayang."

"Hm." Dehem Juan, dan naik ke motornya.

Punya anak es gini amat.

Siska baru saja berbalik, dan ia langsung melihat Jojo yang menyengir. Ditangan Jojo sudah ada keripik manis milik Jenny. "PAPA!"

🕊🕊🕊

TBC!

STORY ALEXA & JUAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang