24 ♡

943 65 0
                                    

"Al, kenapa ini weh." Bingung Bagas berusaha melepaskan diri dari Alexa. Alexa tiba-tiba saja menarik tangannya saat Bagas malah menyangkal jika ia tidak menyukai Dini.

Mereka sudah ada di koridor lantai dua tepat di depan kelas Juan. Alexa tidak menyadarinya, kebetulan koridor sudah sepi.

"Jujur sama gue." Mohon Alexa. Ia membawa kesini agar Bagas bisa lebih leluasa mengobrol perihal perasaannya pada Dini. Bisa gawat jika tiga manusia tidak waras itu dengar bisa bahaya.

"Jujur?" Bingung Bagas.

Alexa berdecak. "Sejak kapan lo suka Dini?"

Bagas gelagapan. "Gue gak suka sama dia, ogah suka sama nenek lampir." Gengsi Bagas dan melipat tangan di depan dada. "Lagian... Dia suka sama William."

Alexa menepuk dahi. "Gak usah gengsi. Gue gak akan kasih tahu Dini."

Bagas menghela napas berat. "Iya, gue suka dia."

Alexa mengulum senyum. "Lupain dia Bagas."

Bagas berbalik, tidak ingin menampilkan kesedihannya pada Alexa. "Gue coba dari awal masuk sma. Tapi gak bisa, gue dan dia sering ketemu Al. Lo gak bakal ngerti."

Alexa memegang bahu Bagas. "Gue ngerti. Makanya gue suruh lo tetap berusaha lupain dia, lo gak balal dapatin dia Bagas. Lo lihat sesuka apa Dini sama William."

Bagas menepis tangan Alexa. "Gue yang ketemu dia duluan. Tapi William yang dia suka. Lawak amat kisah percintaan gue." Bagas mendongak menatap langit-langit koridor. "Udahlah Al, gak usah dibahas. Gak penting samsek." Bagas terkekeh garing.

"Lo bisa cari yang baru."

Bagas berbalik, usulan Alexa terlalu konyol. "Gak semudah itu Al" Balas Bagas mendelik kesal.

"Lo bisa lupain perasaan lo sama Dini Gas."

"Kalau gue bisa udah dari dulu gue lupain." Balas Bagas cepat.

"Yaudah serah lo deh." Sebal Alexa melipat tangannya di depan dada dan melirik ke arah parkiran bawah.

"Kesal mulu lo. Pandai berucap doang untuk suruh orang ngelupain. Emang lo sama si--" Ucapan Bagas terpotong karena Alexa langsung menarik kerahnya membuat Bagas langsung mencemooh Alexa.

"Lo gak usah ngungkit disini. Gue cuma ngasih tahu gue punya mantan di Inggris itu cuma lo."  Alexa melepaskan cengkraman dari kerah baju Bagas.

"Itu aja lo marah." Cibir Bagas.

Alexa memutar bola mata malas "Pokoknya gue nggak mau tau! Lupaim dia titik!" Tegas Alexa lalu duduk di bangku yang berada di koridor.

"kalau gak bisa?" Tanya Bagas seperti memancing kekesalan Alexa. Cowok itu duduk di dekat Alexa.

"Kalau gak bisa gue dorong lo dari lantai seratus ke lantai satu." Balas Alexa melirik tajam Bagas, Bagas hanya bisa membelalakkan matanya.

"Kampret, tragis amat!" Sahut Bagas tidak terima hanya dibalas dengan cibiran oleh Alexa.

Di dalam kelas, Juan yang tadi menundukkan kepala merasa risih karena keributan di depan kelas, tepatnya di depan koridor kelasnya. Ia melihat dua orang yang sedang mengobrol ringan, siapa lagi jila buka Alexa dan Bagas. Juan mendengar semua obroloan mereka.

Juan sangat malas mendengar pbrolan tidak jelas itu. Ia ingin berdiri untuk pergi namun saat ada perkataan "kesal mulu lo. Pandai berucap doang. Emang lo sama si--". Juan mengurunkan niat untuk berdiri. Ia ingin mendengar satu kata saja, namun dua orang itu malah mengalihkan topik obrolannya.

Sialan. Umpatnya dalam hati.

Juan langsung berdiri berjalan keluar kelas bukan untuk menemui dua orang tadi. Melainkan pulang, moodnya sangat buruk saat ini jika di ganggu saja ia akan sensitif.

Saat ia keluar dua orang itu terkejut ternyata Juan masih berada di kelas. Mereka berdua berpikir keras apakah Juan mendengar obrolan mereka tadi atau tidak. Juan memandang mereka berdua dengan datar lalu berjalan tegap dengan menyandang tas hanya menangkup di tangan sebelah kiri, dan tangan satu lagi sembunyi di saku celana Sma nya.

"Mampus, dia denger gak Al?!" Heboh Bagas.

"Gak lah, mungkin dia tadi tidur". Bodoamat Alexa lalu berjalan menyusuri koridor malas. Alexa berencana akan mengikuti Juan, mengingat Juan menyuruhnya untuk pulang bersama cowok itu setiap hari.

"Al, lo pulang?" Tanya Bagas berteriak.

"Iya!"

________

Pagi-pagi di SMA Mulia Pratama sudah ada berita gempar entah apa itu kebetulan Juan baru saja datang ia merasa risih namun ia mengabaikan saja. Berbeda dengan Dini yang sedang duduk di kursi samping mading dengan wajah memucat membuat Juan kepo.

"Juan, mading." Toni menunjuk mading.

Juan melihat sebuah foto yang sangat jelas dan tulisan menjijikkan itu yaitu 'Dasar cewek ganjen'. Ia mengepalkan tangannya lalu mengambil foto itu dan merobek-robeknya. Ini tidak pantas dipertontonkan oleh siswa/i. Entah siapa yang berani melakukan hal ini pada Juan dan Dini.

"Eh, si Dini ganjen amat ya... Sama Juan." Seorang siswi mulai bergosip.

Juan berlalu pergi namun pergelangan tangannya dicegat oleh Alexa yang baru saja tiba. Gadis itu bingung melihat Dini yang melamun dan lautan siswa/i berdiri di depan mading.

"Kenapa?"

Juan melirik Alexa dengan tajam ia mengarahkan dagu ke foto yang sudah di sobeknya. Masih terlihat sedikit wajah disana.

Alexa mengambil foto itu, ia terkejut menutup mulutnya ingin sekali ia mengeluarkan cairan bening dipipinya. Ia merasa cemburu bukan berfikir untuk membela Dini.

"Ju...Ju--Juan ini beneran lo?" Tanya Alexa terbata-bata menuduh Juan. "Lo dan Dini?" Alexa menahan dada yang terasa nyeri. Tega sekali mereka melakukan hal ini. Dini menusuk Alexa dari belakang.

"Al...." Panggil Dini parau.

"Kalau lo suka sama Juan bilang Din. Gak gini caranya." Protes Alexa lalu melempar sobekan foto itu ke wajah Dini.

Prok prok prok

Semua siswa/i melihat siapa pelaku yang seakan kesenangan hingga bertepuk tangan.

"Enak juga ya jadi Dini. William dapat, sekarang Juan juga dapat. Wih, gatal amat deh. Pengen digaruk bilang sayang." Tawa mengejek Killa dan Tara menggema. Duo iblis itu juga memiliki pasukan di belakangnya.

"LO--" Amuk Dini, namun tangannya ditahan oleh Juan. Hal itu terus diperhatikan oleh Alexa.

Ternyata sikap manis lo cuma buat batu lompatan agar bisa deket sama Dini ya Ju?

"Juan... Kamu kok tega sih? Walaupun begitu, aju tetap cinta sama kamu." Manja Killa.

Juan berdecak kesal. Ia tidak ingi berurusan dengan dua manusia iblis yang licik ini. Sudah jelas itu gambar editan yang begitu mulus. Cara mereka terlalu murahan sampai Juan ingin sekali membunuh mereka detik ini juga. Harga diri Juan seakan diinjak-injak disini. Satu lagi, mereka bisa mengahncurkan rencana Juan dan William yang sudah berjalan mulus. Alexa sudah mulai kecewa pada Juan. Tidak akan Juan biarkan, peringkat satu harus ia dapatkan.

"Jangan pegang gue!" Marah Dini mencoba melepaskan tangannya yang dipegang Juan. Dini langsung mendekati Alexa. "Al, ini gak seperti yang lo lihat. Gue berani bersumpah. Gue gak rebut Juan dari lo!"

Alexa tersenyum pada Dini. "Buktinya udah jelas Din." Alexa berbalik tapi tertahan saat lontaran kalimat dari Juan.

"Detik ini, Alexa pacar gue!" Tegas Juan menatap nyalang semua orang yang shock mendengar ucapannya.

"WHAT?!"

•~•~•~•

TBC!

STORY ALEXA & JUAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang