8

1.4K 85 0
                                    

HAPPY READING

••~••

Juan menyeret kakinya masuk ke teras utama sekolah. Dari kemarin, ia selalu berpikir bagaimana cara agar semua kaum hawa alias fansnya itu ditendang dari sini ke pelanet yupiter. Kalau tak bisa, setidaknya penjarakan mereka semua. Juan bisa gila jika terus berurusan mendengar teriakan mereka, ini sudah menginjak satu tahun lebih grub tak jelas itu dibentuk.

"Aww, pangeran akyuuuhh. Kok muream gitu sih wajahnya."

"Pangeran lo pangeran lo, ngaca sana muka kek pantat kudanil juga."

"Syirik lo."

"JUANNN, ih kamu makin hari makin makin ya...."

"Kak Juan, aku mau jadi penetap hati kamu boleh?"

"Aww, rambutnya berantakan sini aku rapiin."

"To the poin ni kak, mau gak jadi pacar gue?"

"HEH, NEMBAK AE LU!"

"Suka-suka gue dong."

"Cot lo, sini lawan gue dulu."

"AYO!"

"Sttt, Juan lagi badmood jangan bertengkar. Kesian babynya aku."

"Baby baby aku, jaan harap ye. Juan punya gue! No debat."

"GABISA DIBIARIN, MAKIN NGELUNJAK YA LO."

"Apasihhh."

"Juan, mama ijinin kamu tuh jadi suami aku. Mau ga?"

"Hah? Suami? Jaan ngarep deh lo, Juan itu maunya yang kaya gue. Bohay and menggoda."

"Hadueh, jaan pd bund. Juan like and love me."

"Cot lo kakel, kak Juan sama aku aja ya? Terjamin kok hidupnya, dari jeluarga Jursa ini."

"Cil, jaan banyak tingkah. Masih beban juga."

"Berisik lo, Juan anterin aku ke kelas yu."

"LAWAN GUE SINI LO, GAK ADIL KALAU LO DOANG YANG DIANTER. KITA SEMUA HARUS JUGA DONG!"

"BENER TUH."

"Lah? Kalian kan cuma setan yang ada disekitar kami berdua, diam deh. Ayok baby Juan."

"Sini lo!"

Juan menghela nafas gusar, lagi-lagi ia melihat pertikaian betina di depannya. Tapi kali ini lebih membara, Juan langsung panik saat ada satu cewek yang mengeluarkan pisau lipat dari saku bajunya untuk menusuk perut cewek lain.

"WOY, JANGAN MAIN GITU DONG!" Teriak Toni melempar tasnya ke tanah, ala-ala super hero yang ingin menyelamatkan seseorang. "Weh udah-udah." Lerai Toni, mencoba mengambil pisau lipat itu.

Juan mengelus dadanya lega, saat Toni datang tepat waktu. Walaupun dengan gaya sok super heronya, tapi Juan tetap akan berterimakasih pada Toni, jika ingat. Tapi kelegaan itu hanya sebentar, cewek itu tak menghiraukan leraian Toni, ia malah menancapkan pisau itu keperutnya sendiri.

"AAAAA." Teriak Toni histeris. "Bukan gue anjir, bukan gue!" Toni mengangkat kedua tangannya dan menggelengkan kepalanya takut jika ia dituduh.

"Lebay deh," ucap dingin Alta yang sedari tadi duduk bak bos di belakang gerombolan kaum hawa, sambil mengemut permen lolipopnya. "Minggir." Alta menggeser beberpaa kaum hawa yang menghalangi pandangannya pada cewek yang sengaja menusuk dirinya sendiri.

STORY ALEXA & JUAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang