21 ♡

1.1K 79 0
                                    

Juan melirik Alexa dari lantai dua tempat ia berada. Di bawah lantai satu ada Alexa yang berjalan sendiri. Juan tersenyum miring, ia mengambil bunga matahari yang ia curi dari kebun Siska. Andaikan Siska tahu, Juan pasti sudah digorok menggunakan pisau tumpul.

Juan berjalan santai menuju sisi tangga yang akan Alexa naiki menuju lantai dua. Juan mendatarkan mimik wajah saat melihat Alexa sudah ada di lantai dua tepat di depan Juan. Alexa melihat Juan sekilas lalu memberikan senyum seperti menyapa, tapi tidak diubris oleh Juan. Alhasil Alexa tampak berdecak sebal.

Juan mencegat Alexa yang ingin melewatinya. Lalu memberikan bunga matahari itu pada Alexa. "Buat lo." Juan kembali memasukkan tangan ke dalam saku celana abu-abunya. Ia tertawa jahat dalam hati saat melihat Alexa terkejut sambil melihat bunga matahari pemberiannya.

"Bu--buat gue?" Ekspresi Alexa masih syok dengan pemberian Juan. Astaga jangan cepat baper Al. Alexa menahan perutnya yang mulai geli karena kesenangan diberikan bunga matahari dari cowok tampan seperti Juan.

Juan mengangkat tangan lalu mengacak dambut Alexa, memberikan senyum semanis mungkin agar Alexa semakin luluh. Cowok itu mendekatkan bibir pada telinga Alexa. "Kalau gue suka sama lo bagaimana?"

Blush

Juan meluhat pipi Alexa yang merona seperti kepiting rebus. Juan kembali berjalan, melewati Alexa yang mati-matian menahan malu karena secara terang-terangan Juan memberikan kode jika ia meminta Alexa untuk membalas perasaannya. Tapi tunggu, kenapa tiba-tiba? Alexa menggeleng cepat, ia yakin dari awal Juan sudah menyukai dirinya tapi cowok itu gengsi.

Alexa melihat bunga matahari yang diberikan Juan padanya. Lalu memeluk bunga matahari itu dengan erat. "Gue akan simpan baik-baik." Alexa berjalan sambil terus tersenyum ceria. Padahal tadi sedang badmood karena kejadian tadi malam dimana Indra difitnah menghabiskan  keju moza milik Alexa.

~~~

Juan melirik Toni yang seakan ingin meminta penjelasan Juan.

"Bener ini lo kan?" Toni menunjukkan foto blur yang disana ada Juan dan Alexa.

Juan mengangkat bahu tidak tahu. Juan kembali menyibukkan diri dengan buku Geografinya. Banyak angka yang tertera disana karena materi mereka sudah masuk ke rumus.

Toni mengusap wajah frustasi. Sebagai raja gosip alias saudara lambe turah merasa gagal menyelidiki apa benar di dalam foto yang tersebar ini adalah Juan dan Alexa atau tidak. Rumornya anggota grup kaum hawa bersikeras jika itu adalah Juan dan Alexa karena pengakuan paparazi goblok yang tidak mengecek kamera ponselnya blur atau tidak.

"Wil, ini Juan kan?" William menggeleng. "Lo menggeleng karena gak tahu atau emang ngeh kalau ini bukan Juan?" Tanya Toni memicingkan mata.

"Karena gue gak tahu." Jawaban William mampu membangkitkan jiwa-jiwa ingin membunuh Toni. Tapi urung saat melihat Dini masuk ke kelas mereka dan mendekat ke tempat mereka duduk. Otomatis William shok.

"Apa maksud lo deketin Alexa?" Tanya Dini dengan nada tidak suka.

Juan mengangkat kepala meluhat siapa yang melontarkan pertanyaan yang tentunya berhasil menyita perhatian siswa/i kelas Juan. Apalagi disini ada mata-mata grup kaum hawa.

"Urus urusan lo, gak usah ikut campur." Bukan Juan yang menjawab melainkam William. Tatapan William begitu bengis melihat Dini yang menahan gejolak sedih karena William seakan menusuk ulu hati Dini.

Dini melihat Juan yang tidak berniat ingin menjawab. "Ingat Ju. Jangan ulang kejadian tahun lalu, dimana teman lo nyuri hati cewek lalu menusuk hati cewek itu sampai dokterpun gak bisa diobati."

Tepat sasaran, hal itu berhasil membangkitkan emosi William. "LO!" William menunjuk Dini dengan telunjuknya. Jangan lupakan tatapan tajam yang membuat air mata Dini luruh.

Toni mendorong William pelan agar menjauh dari Dini. "Udahlah, Din mending lo pergi aja." Ujar Toni bijak. Tumben waras.

Dini memutar badan dan berjalan cepat meninggalkan kelas terkutuk yang tahun lalu menjadi saksi kedekatan William dengan Dini. Sayang-sayangan tanpa hubungan, lalu berubah menjadi bangsat-bangsatan.

William melihat Elang, mereka berbicara lewat mata. Toni yang melihat itu menganga.

"Apa gunanya mulut kalian kalau bisa bicara lewat mata?"

~~~

Alexa menyandarkan punggung di dinding kelas melihat Bagas yang kini tengah adu mulut dengan Dini.

"Heh belut gergasi, dimana-mana cewek yang harus ngalah! Bukan cowok! Karena surga itu ada di ketiak cowok!"

Dini dengan ringan mencubit tangan Bagas. "Makin hari lo makin gila ya! Dimana-mana cowok yang ngalah sama cewek!"

"Sorry ya! Itu terjadi kesalahan teknis, yang bener itu cewek yang harus ngalah!"

Alexa menggelengkan kepala frustasi, sedari tadi mereka berdebat hanya karena perihal siapa yang keluar duluan. Sudah lima belas menit lamanya ketiga orang itu ada di kelas yang sudah kosong. Alexa tadi hanya ingin menunggu Dini selesai piket, tapi Bagas tiba-tiba saja kembali ke kelas untuk mengambil bolpoin yang ketinggalan di laci.

"Udahlah. Gantian aja yang keluar." Ujar Alexa sudah capek melihat tingkah mereka berdua.

"No no! Manusia ini harus dikasih pelajaran." Dini melipat lengan bajunya ke atas.

"Oh nantangin gue lo?" Bagas menjilat bibirnya bersiap untuk melawan Dini.

Alexa memengurut pelipisnya. Baiklah dari pada disini lebih baik Alexa pergi tanpa sepengetahuan mereka. Alexa merangakak ke bawah, dan berhasil keluar dari kelas. Alexa berlari cepat sebelum keduanya menyadari jika Alexa sudah tidak ada lalu kembali berdebat.

Alexa terkejut saat ditangga melihat Juan yang melihatnya tajam. "Ke-kenapa?" Bingung Alexa.

"Pulang bareng."

Deg

Juan maju beberapa langkah lalu memasangkan helm ping kepada Alexa. "Ayo." Juan memarik tangan Alexa lembut. Alexa tetap diam, ia tidak tahu harus merespon apa. Ini benar-benar membuat Alexa terbang tapi ia ingin jatuh saja takut diphpin. Tapi jiwa Alexa menolak. Hati Alexa begitu murahan jika diperlakukan manis seperti ini.

Diparkiran, Alexa langsung naik ke atas motor besar Juan. "Sekarang dan besok. Lo pulang sama gue."

"Tapi--" Alexa menjeda kalimat penolakan saat merasakan tangan Juan menarik tangannya untuk melingkar di pinggang cowok itu.

Juan menampilkan senyum simpul pada Alexa. "Biar gak jatuh."

Tapi lo udah buat gue jatuh lebih dalam sama lo Ju. Hati gue murahan amat si.

~•~•~•

TBC!

STORY ALEXA & JUAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang