(9) Snack Candy and Coffee

332 13 4
                                    

Daesung memperhatikan tubuhnya yang penuh dengan tanda Seunghyun diarea leher serta dadanya. Bola matanya menatap wajahnya dicermin. Wajahnya pucat dan matanya sembab. Daesung seperti mayat hidup.

Semalam setelah hukuman itu selesai Daesung tidak tidur, ia melamun sepanjang malam. Rasa sakitnya tidak bisa hilang. Perkataan Seunghyun begitu tertanam dalam hatinya. Bahwa ia adalah lelaki murahan. Jika memilih Daesung juga tidak ingin menjual tubuhnya kepada orang lain, namun karena uang ia harus melakukannya.

Air mata Daesung kembali menetes, ia menunduk dan mengusap wajahnya. Kemudian ia segera membersihkan tubuhnya, ia harus berangkat ke kampus walaupun tubuhnya terasa sakit dan lelah.

Seunghyun memperhatikan Daesung ketika Daesung sudah rapih untuk berangkat ke kampus. Lelaki itu sudah membuatnya marah, menurut Seunghyun, Daesung tidak tahu diri ibaratnya seperti dikasih hati minta jantung.

Seunghyun sudah berusaha berbuat lembut kepada Daesung namun kelembutannya disia-siakan oleh lelaki mungil itu. Seunghyun bingung dengan keinginan Daesung, mengapa dia mendekati lelaki itu, apakah lelaki itu memberikan Daesung lebih banyak uang? Apa kurang dari dirinya, Seunghyun bahkan bisa membelikan 100 rumah kalau Daesung mau.

Lalu mengapa Daesung tidak ingin membeli apapun waktu di Mall tempo lalu? Apa karena merk itu tidak sederajat dengan keinginan Daesung?

Banyak sekali pertanyaan yang begitu membayang di otaknya membuat Seunghyun ingin membanting seluruh barang diapartemennya ini.

"A-.." Daesung berdehem pelan untuk menetralkan suaranya yang serak. "Aku akan pergi kekampus." Daesung membungkuk hormat, dan kemudian ia melangkah menuju pintu.

Daesung tahu kalau Seunghyun tidak bisa ngantarnya ke kampus karena tadi Seunghyun memberitahunya dengan suara yang dingin. Tidak masalah justru ia bisa bernafas lega karena bisa menjauh dari Seunghyun, berdekatan dengan Seunghyun membuat hatinya selalu sesak, ia tidak bisa melupakan kejadian semalam.

Seunghyun mengacak rambutnya kesal, kalau Bom tidak terus menghubunginya dan memintanya untuk pulang, Seunghyun sudah mengantarkan Daesung ke kampus, karena ia tidak sudi kalau Daesung pergi sendirian tanpa dirinya.

.

2 pelajaran mata kuliahnya sama sekali tidak masuk dalam otaknya, tubuh Daesung terasa sangat lemas, ia butuh merebahkan tubuhnya namun ia selalu mengingat mencari uang itu sangat susah, sampai-sampai harga dirinya harus terbuang.

Penglihatan Daesung perlahan memudar, kepalanya terasa pening dan sakit, setelah itu Daesung tidak mengingat apa-apa lagi. Daesung pingsan.

Kaki jenjang itu berlari menuju ruangan yang disebutkan oleh pria yang tidak dikenalnya. Mata panda itu mencari sebuah ruangan yang berangka 109. Seperti menemukan sebuah harta karun, Seungri tersenyum lega ketika melihat ruangan itu diujung lorong rumah sakit. Sungguh Seungri sangat khawatir dengan keadaan Daesung.

Tadi Seungri diberitahu kalau Daesung pingsan dan keadaanya tidak baik-baik saja. Daesung demam tinggi karena kehujanan dan kelelahan. Seungri mengingat kejadian dimana Seunghyun mencari Daesung semalam.

Seungri membuka pintu itu dengan pelan. Pertama yang dilihatnya adalah lelaki tampan yang sedang menatapnya Daesung dengan sendu. Wajah itu terlihat sedih.

"Permisi." Gumam Seungri, membuat lelaki itu menolehkan wajahnya dan tersenyum kecil memberi sapa untuk Seungri.

"Kau yang bernama Seungri?" Tanyanya ketika Seungri telah berada disampingnya.

"Iya. Bagaimana keadaan Daesung?" Lirih Seungri, ia merasa sangat sedih melihat sahabatnya terbaring lemah. Perasaannya tidak enak, entah mengapa.

"Dokter telah memberitahuku kalau Daesung kelelahan, dan dia butuh istirahat yang cukup. Aku tidak tahu kalau Daesung selelah itu, setauku semalam Daesung telihat baik-baik saja."

SNACK TODAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang