(13) Snack Candy and Coffee

243 14 26
                                    

Air mata Daesung terus mengalir deras. Ia sekarang sedang bebaringkan tubuhnya dengan menyamping menghadap dinding yang berwarna putih itu dengan pandangan kosong. Jari tangannya mencengkram erat selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Pikirannya bercabang kemana-mana, Daesung tidak tahu harus bagaimana sekarang. Kenyataan ini membuatnya ada niatan untuk bunuh diri.

"Aku harus bagaimana?" lirihnya pelan.

Tiba-tiba wajah Seunghyun membayang di ingatannya. Lelaki tinggi nan tampan bak dewa Yunani itu telah mencuri hatinya. Daesung menyukai Seunghyun, dan lelaki itu pula yang menggaulinya setiap malam. Dan Daesung takut lelaki itu pula yang menghamilinya. Bagaimana kalau itu terjadi? Apa yang harus dilakukannya? Mereka hanya terikat kontrak illegal, hubungan mereka tidak resmi. Lagipula apakah Seunghyun akan menerimanya?

Tanpa sadar Daesung menggeleng pelan mendengar suara hatinya yang terus bertanya-tanya. Justru Seunghyun akan jijik terhadapku pikirnya.

Tidak ada harapan apapun untuk dirinya. Daesung hanya akan seperti debu yang akan mengkotori rumah tangga Seunghyun dan istrinya. Daesung tidak akan membiarkan itu terjadi, ia akan berjuang sendiri demi kehidupannya.

Daesung menutup bibirnya kala ada perasaan mual dari perutnya. Tapi ia masih bisa menahan mualnya, kepalanya pening semenjak pertemuannya dengan Dami nunna. Mata indah itu memejamkan matanya, mencoba menahan rasa tidak enak diperutnya.

***

Wanita manis yang mempunyai rambut panjang dengan warna blonde itu sedang melambaikan tangannya. Bola matanya melihat wanita cantik yang mengenakan pakaian elegan sedang melangkah kearahnya. Bibir tipisnya tersenyum kala temannya sudah berada tepat di hadapannya.

"Lama sekali kita tidak bertemu Bom-ah."

Bom membalas pelukan sahabatnya. Bom sangat merindukan wanita cantik ini.

"Aku merindukanmu Dara-ah."

Keduanya duduk berhadapan dengan senyuman yang lebar. Senang rasanya bertemu sahabat lama, pikir keduanya.

Bom telah memesan minuman dan cemilan ringan kesukaannya. Ia menatap kembali kepada Dara "Sejak kapan kau kembali kuliah dan menjadi dosen disini? Bagaimana ceritanya? Bukankah kau sangat menyukai desain busana?"

Dara memakan coklatnya yang ia beli tadi sebelum ke café. "Aku ngambil kuliah khusus, jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapat gelarku. Aku menjadi dosen karena aku sedang mengincar seseorang." Ujar Dara dengan senyuman malunya, tangan lentiknya menyelipkan anak rambut dibelakang telinganya. Hanya mengingat wajahnya saja sudah membuat hatinya menghangat.

"Aku tahu kau sangat pintar tidak heran mengambil jalur khusus dan dengan cepat menyelesaikan tugas kuliahmu. Jadi siapa yang kau incar? Berarti orang yang kau incar ini sangat special untukmu sampai-sampai kau ingin menjadi dosen?" Tanya Bom semangat, karena tidak basanya Dara akan memperjuangkan kisah asmaranya. Ini mungkin pertama kalinya melihat sang sahabat begitu jatuh cinta, terlihat dari bola mata bening cantiknya.

Dara tersenyum, lagi-lagi ia tersipu malu untuk menceritakannya. Bom menggelengkan kepalanya seraya tersenyum geli, padahal yang didepannya ini aku, bagaimana kalau didepannya ini lelaki yang di sukainya? Tidak terbayang pasti Dara akan pingsan, batin Bom.

"Aku juga tidak tahu mengapa bisa jatuh cinta kepadanya. Ini berawal waktu dia menolongku dari high heelsku yang patah, dengan baik hatinya ia menolongku dengan cara menggendongku dan memberikan sepatu besarnya untukku, dia rela jalan tanpa alas kaki. Aku tahu itu hal biasa namun menurutku itu adalah perlakukan yang sangat romantis yang pernah aku rasakan."

"Wow romantis sekali, aku bertaruh bahkan Seunghyun tidak akan melakukan itu untukku." Ujar Bom dengan kekehan kecilnya, mengingat suaminya yang tidak ingin repot, perlakukan manis itu tidak akan Seunghyun berikan, menggendongnya apalagi memberikan sepatu besarnya. Seunghyun pasti akan langsung membelikan sepatu baru untuk Bom saat itu juga.

SNACK TODAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang