Ambush

557 41 6
                                    

Main Entrance, 1st Floor

Lampu gantung itu tidak terbuat dari lampu, melainkan berpuluh-puluh lilin yang menyala. Api-api di sumbu mereka berdiri tegak. Tidak terganggu. Alice menengadah, merasakan sesuatu yang aneh dari benda itu.

"Sudah berapa lama lilin-lilin itu dipasang? Kenapa tidak habis atau meleleh?" Tanyanya pada Daniel yang sedang berlari menuju pintu kayu besar dan tebal. Pintu utama.

Setelah keluar dari istirahat singkat, mereka langsung meneruskan perjalanan dan menemukan tangga utama yang langsung menuju lantai satu, langsung menuju pintu keluar. Alice mengikuti Daniel dengan langkah-langkah kecil.

"Terkunci! Sudah kuduga!" Teriak Daniel marah, membuat Alice terpekik kaget. Matanya melirik ke seluruh ruangan, menunggu siapa yang datang akibat suara keras yang ditimbulkan rekan seperjalanannya. Hening. Tidak ada siapapun

"Jadi bagaimana?" Alice melipat tangannya di dada dan menelengkan kepalanya menatap Daniel yang frustrasi.

"Bagaimana apanya? Tentu saja kita harus mencari kuncinya! Pasti ada di sekitar sini!"

"Kenapa kau begitu yakin?"

"Lalu kau ada ide apa ha?" Balas Daniel tajam. Alice mengangkat bahu dan mendekati pemuda itu.

"Baik. Kita mencari mulai dari mana?"

***
East Wing Corridor, 1st Floor

Sama seperti lantai-lantai di atas, koridor lantai ini juga dipenuhi ruangan-ruangan yang cukup banyak. Alice dan Daniel sepakat berpencar mencari di tiap-tiap ruangan yang tidak terkunci untuk mempercepat waktu yang entah sisa berapa lama lagi sebelum mereka ketahuan dan Alice memasuki sebuah ruangan yang luas dan kosong. Hanya ada perapian di salah satu dinding ruangan.

Alice melangkah masuk dan memandang ke sekiling. Tempat aneh ini pasti tidak akan menyia-nyiakan ruangan yang ada di dalamnya. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan.

Jari-jari Alice menelusuri tembok di dalam ruangan tersebut. Mencari apa pun yang tersembunyi di baliknya. Nihil. Alice akhirnya menyerah dan beranjak keluar dari ruangan sebelum ia menyadari sesuatu.

Ia belum memeriksa perapian.

Maka Alice pun menghampiri perapian itu dan berlutut di depannya. Tangannya yang penuh luka bekas cakaran merogoh ke dalam perapian yang dingin dan lembab. Lalu ia menyentuh sebuah tombol dan menekannya. Sebuah suara berat terdengar dari ruangan sebelah.

Alice langsung bangkit dan berlari hendak mencari tahu asal suara. Ia membuka pintu dan mendapati sebuah ruangan yang dipenuhi rak-rak buku setinggi tiga meter. Di ujung ruangan terdapat sebuah pintu masuk yang tertutup.

Alice melangkah dengan ragu-ragu. Di putarnya gagang pintu dan terkunci. Alice mendengus kesal dan ia bisa mendengar suara Daniel memanggilnya.

"Kau dapat sesuatu?" Tanyanya samar-samar.

"Belum" balas Alice dan berharap Daniel bisa mendengarnya.

Alice pun menjelajahi rak-rak buku dan terkejut begitu ia mengetahui bahwa buku-buku di rak tersebut adalah palsu. Ia mengenyit dan menaruh kedua tangannya ke dalam kantong di gaunnya.

Ia meraba-raba dan merasakan benda asing di salah satu kantongnya. Alice menariknya keluar dan melihat sebuah kunci kecil perak yang sebelumnya ia dapatkan di ruang makan di lantai tiga.

Alice berpikir sebentar dan menghampiri pintu yang terkunci itu. Di masukkannya kunci di lubang kunci dan berharap bahwa kunci itu pas. Dugaannya betul. Diputarnya anak kunci dan pintu terbuka.

MALICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang