The Past

565 39 1
                                    

Gelap. Alice tidak tahu dia ada dimana. Ia mencoba berteriak namun keheningan yang terdengar. Padahal ia yakin ia sudah bersuara.

Lalu semuanya menjadi terang

Ia berada di sebuah rumah kecil. Perabotannya dari kayu dan seorang wanita tampak sedang sibuk di dapur. Alice hendak bergerak tapi ia tidak bisa. Seorang anak kecil, perempuan. Berusia sekitar 6 tahun melangkah masuk dari pintu depan langsung berlari menuju dapur.

"Mama, aku lapar"

Suara itu berdengung di telinga Alice hampir sama seakan-akan ia sendiri yang berbicara.

"Sebentar lagi nak. Apa kau sudah selesai bermain?"

"Ya, menyenangkan sekali. Kami main bermain petak umpet"

"Kami? Kau dengan siapa?" Wanita itu menghentikan kegiatannya, berjongkok agar berhadapan dengan anak kecil itu.

"Alice" anak kecil itu memandang ke arah Alice, tersenyum.

Ibunya memegang dagunya, tampak cemas. Lalu ia melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Segera cuci tanganmu dan makan"

Alice kembali ke dalam kegelapan. Seperti lilin menyala yang ditiup, demikian juga penglihatan Alice. Ia kembali meraba-raba dan memegang sesuatu. Ketika kulitnya bersentuhan dengan barang itu, dunia kembali terang.

Alice mendapati dirinya sedang berjongkok, memegang sekop yang dipenuhi dengan tanah.

"Kenapa kau melakukannya?!" Wanita tadi sedang berdiri, berkacak pinggang, tampak marah.

"Maafkan aku mama" si anak kecil yang sudah terlihat lebih besar dari sebelumnya berlutut, menangis. Di sisinya ada sebuah gundukan tanah yang baru saja ditimbun.

"Kenapa kau melakukannya?!" Bentak si ibu lagi.

"Alice menyuruhku melakukannya!" Anak kecil itu menunjuk Alice yang memegang sekop.

"Kami bermain bersama tadi dan ia menyenggol vasnya. Lalu ia menyuruhku menyembunyikan vas itu di bawah tanah" jelas si anak sambil tersendat-sendat.

Wanita itu mendesah lalu berjongkok dan memegang pundak anaknya.

"Dengarkan aku Maia, Alice itu tidak nyata"

Kegelapan kembali menyelimuti. Alice bisa mendengar jantungnya berdegup-degup dengan kencang. Apa yang tadi dilihatnya. Anak kecil itu Maia? Memang ia berambut pendek cokelat sesuai penjabaran Daniel tapi...

Belum selesai Alice berpikir, terang muncul kembali. Terang yang temaram, hampir berupa cahaya lampu. Alice mengikuti cahaya itu dan melihat itu berasal dari sebuah korek api. Ia berdiri di samping tempat tidurnya yang kecil.

Maia kecil memegangnya di tangan kirinya. Tangan kanannya menenteng sebuah botol berisi minyak. Alice menjerit, mencoba menghentikan anak kecil itu.

Pintu terbuka dan si ibu menghambur masuk, menghempaskan botol minyak sampai tumpah dan merampas korek dari tangan Maia.

"Apa yang kau lakukan?!" Teriaknya panik.

Maia tetap diam, matanya yang biru berpendar di balik nyala korek.

"Alice menyuruhku melakukannya. Untuk membuktikan kalau dia sungguh-sungguh ada" sahut Maia akhirnya. Dia menoleh ke samping, ke arah Alice yang masih mematung menatapnya.

"Kalau aku nyata" suara yang meluncur bersamaan dari bibir Maia dan Alice yang membeku di tempatnya.

Lalu Maia meniup korek dan semuanya kembali gelap.

MALICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang