Bagian 10b. Akui Saja

4.6K 304 18
                                    


POV BILA

"Wanita cantik akan membuka mata lelaki, tapi wanita baik akan membuka hati lelaki."
Radha Zanjabila.

***

Mas Wafi mendorong kursi roda yang diduduki Mbak Salsa. Tak ingin ketinggalan, aku mengekor di belakangnya. Tapi tentu, dengan hati yang tercabik-cabik, juga langkah yang tertatih-tatih.

Menyadariku yang tak menyeimbangi langkahnya, Mas Wafi memberhentikan mendorong kursi roda itu.

"Kok lemas gitu jalannya?" ucap Mas Wafi sambil berbalik menatapku.

Aku yang tadinya berjalan sambil menunduk seketika menengadah. Kudiamkan diri sejenak, berharap ia mengerti perasaanku. Mas Wafi balas menatapku lama, entah apa yang ia pikirkan.

'Mas, andai bisa kuungkapkan, aku ini sedang dibakar api cemburu?'

"Jalannya kok loyo gitu? Kamu udah lapar?" Mas Wafi kembali melempar pertanyaan.

Kuranggapi dengan helaan napas, nggak peka banget ini suami. Dari pagi sampai sekarang aku 'kan udah dua kali makan, mana mungkin lapar lagi secepat ini.

Rasanya ingin kuluapkan semuanya, tapi kenapa semua itu tertahan di tenggorokan. Apakah benar karena aku ingin menjaga perasaan Mbak Salsa? Lantas perasaanku sendiri bagaimana?

'Semua ini, kamu yang salah, Mas. Tak cium kamu nanti, ah nggak mau, tak bejek-bejek terus tak masukin karung kamu, Mas.'

Huwaaaa....

"Benar kamu lapar lagi, ya?" Mas Wafi mengulang kembali pertanyaanya.

Kujawab dengan gelengan. Suaraku terlalu mahal untuk menanggapi pertanyaan basi begitu.

"Yaudah, ayok sini di samping Mas."

Aha, mataku berbinar mendengar ajakannya. Kepercepat langkah hingga bisa bersisian dengannya. Tapi bukan bahagia yang kudapat justru rasa sakit yang nggak ketulungan.

Diantara desingan angin yang merambat pelan,  suara Mbak Salsa memecah keheningan.

"Mas, ingat nggak dulu, kamu pernah duduk di kursi roda begini. Saat itu aku yang dorongin kamu ...."

Kupingku panas lagi.

"Iya, Mas ingat. Kamu nggak sanggup dorong kursi rodanya 'kan?" Mas Wafi menimpali.

"Mas keberatan dosa, ya?" goda mbak Salsa tanpa menoleh. Kursi roda yang dia duduki terus bergerak maju.

Aku terbengong melihat mereka mengenang masa kecil. Kapan kamu sakit lagi Mas, aku kuat Mas buat dorongin kamu.. Hiks.. Hiks..

"Salah, Mas keberatan pahala, hanya orang-orang beriman yang mampu mendorong Mas. Kamu 'kan banyak dosanya, makanya nggak kuat dorong orang shaleh seperti Mas. Hihihi ...."

'Keganjenan kamu, Mas.'

Sengaja, kuinjak kaki Mas Wafi dengan kuat!

"Awww ...."

Dia menjerit kesakitan.

"Sakit ya, Mas? Maaf ya, Bila nggak sengaja."

Hihihi ... Rasain kamu, Mas.

Mas Wafi mengangguk sambil mengerucutkan bibirnya. Mudah-mudahan kamu sadar, Mas. Dan segera insaf. Sebelum jadi suami durhaka!

"Mas nggak papa?" tanya Mbak Salsa, kali ini aku mulai menyikapinya sok perhatian. Gusti, maafkanlah hamba yang hina ini.

"Nggak papa, kaki Bila 'kan kecil. Tadi itu kerasa kayak digelitikin aja, gitu. Hihihi ...."

Mas Wafi tertawa lebar. Rasanya pengen tak bungkam mulutmu itu, Mas. Kesel ...

Radha Zanjabila (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang