Inara memperhatikan dua orang kekasih yang sedang duduk di meja luar restaurant cepat saji. Matanya tak lepas dari mereka berdua. Inara hanya bisa memandang dari sudut parkiran.
"Aku sayang sama kamu, tapi aku juga sayang dia" ucap seorang lelaki kepada perempuan di depannya.
"Aku juga sayang banget sama dia. Tapi gimana?" tanya sang perempuan.
Inara mengenal mereka berdua. Dua orang yang sangat ia sayangi. Dan dua orang yang paling berharga di hidupnya.
Mereka adalah...
Allen, dan Reva.
Pacarnya dan kakak tirinya.
Sudah cukup! Sudah terlalu lama Inara berdiri dari kejauhan. Ia hanya menyaksikan dua orang kekasih yang sedang bermesraan dan hanha ia yang merasakan sakitnya.
Inara menghampiri mereka berdua. Dengan langkah yang cukup cepat sambil menahan air matanya yang ingin jatuh.
Nara meremas keras dompet yang ia bawa sebagai pelampiasannya. Sudahlah, ia tak peduli nasib dompetnya.
Reva menoleh ke arah kiri. "Shit!" batinya.
Jangan heran mengapa Reva terkejut. Tak hanya Reva, Allen juga sangat terkejut dengan kedatangan Inara.
"Ini kerkom ka?" tanya Inara ke Reva sambil menatap datar ke arah wajah manisnya
"Na-" Ucapan Reva terpotong.
"Acara keluarga ini len?" tanya Inara.
"Na... Gw bisa jelasin Na. Deng-" kembali lagi ucapan Reva terpotong.
"Kalo lo ngelak, munafik banget sih" Ujar Inara.
"Ra..." panggil Allen ke Inara. Inara menoleh dengan datar. Matanya memerah menahan tangis.
"Gw bisa jelasin. Gw sam-" ucapan Allen di potong oleh Reva.
"Udh len, lo mau bohon lagi? Kita dah terlalu jahat sama Nara. Ra... Maafin gw. Gw janji habis ini gw akan putus sama dia." Reva memegang tangan adiknya.
Allen hanya bisa menunduk malu yang bercampur dengan penyesalan.
"Lo gampang buat hubungan, lo juga gampang nyudahin hubungan. Kalo gitu gw juga bisa nganggep hubungan gw sebagai adik tiri lo selesai." jawab Inara. Reva meneteskan 1 tetes air matanya.
"Tapi gw hargain perasaan orang lain. Gw gak nyuruh lo putus sama dia. Tapi gw udah terlanjur kecewa. Maaf, tapi kepercayaan gw terhadap orang susah kembali kalo dia udah bikin gw kecewa." Lanjutnya lalu melepaskan genggaman tangan Reva secara lembut.
"Tunggu Ra" Hadang Allen sebelum Inara benar-benar pergi.
"Kamu harus maafin dia. Kamu ga boleh gitu, dia kakak kamu ra." jelasnya
"Aku gk marah sama dia. Cumam kecewa aja" jawabnya dengan senyum paksa yang masih terlihat manis.
Senyum itu membuat Allen dan Reva semakin Sakit. Rasa sakitnya seperti tertusuk oleh panah panjang yang tepat pada sasarannya
"Allen..." panggil Inara ke Alen. Alen menoleh dengan tatapan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Maaf ya, aku mau kita putus." 1 kalimat sebelum Inara pergi.
Aku mau kita putus
Kita putus
Putus
Allen membeku seketika. Pantas bagi Allen jika ia menerima ini. Tapi jujur saja ia sayang bahkan sangat sayang kepada Inara.
Inara pergi tanpa peduli dengan Allen dan Reva. Ia berjalan dengan santai sambil menahan tangis. Ia menghampiri motor matic merahnya dan segera pergi.
Ia pergi dengan kecepatan 45 km/jam. Sambil menangis di jalan. Air matanya sudah melampaui batas tahan.
"Untuk apa aku menjalin hubungan jika kamu harus menjalankannya dengan dua orang?"
-Inara Rahesa-
KAMU SEDANG MEMBACA
Inara Rahesa
JugendliteraturInara adalah sosok perempuan yang aktif, percaya diri, tidak memperdulikan omongan orang, dewasa, cerdas, dan magnet para kaum adam. ia memiliki masa lalu yang buruk. ayah dan ibunya bercerai. ibunya akhirnya menjadi janda dan akhirnya menikah denga...