12 | Penghargaan

7.9K 1.4K 243
                                    

aku suka bacain komen, jd smgt, aku jg suka liat yg ngevote, hehe.

bukan ngemis tp memang teguran untuk kondisi krisis apresiatif

LUMPUH

Aku tengah memeriksa jadwal ruangan terapi untuk Jaehyun yang hari ini akan menjalankan rehabilitasi. Aku menyiapkan semua peralatan dan memastikan diriku akan mendampingi Jaehyun sendirian tanpa Sicheng membuatku sedikit lebih teliti.

Setelah semua siap, aku langsung berjalan menuju ruangan praktek Taeil. Tak sengaja aku berpapasan dengan Jaehyun yang tengah berjalan dengan goyah di koridor; Jaehyun menaruh sebelah tangannya di pegangan yang menempel di dinding rumah sakit. "Naraa, long time no see!" serunya tanpa kehilangan keseimbangannya.

Aku tersenyum kemudian menghampirinya. "Long time no see, Jahe. Kayaknya nggak perlu bantuan, ya?" tanyaku.

Jaehyun mengangguk dengan senyuman terukir dibibirnya dan lesung pipit yang tersemat di pipinya. "Nggak perlu, biar kakiku tahu pemiliknya itu aku."

Jessica menepuk pundakku dengan senyum aku menoleh padanya. "Gimana kabarnya, ma?" tanyaku.

"Mama baik, Nara. Syukurlah ketemu kamu disini, mama harus jadi perwakilan kantor untuk bicara di forum. Kalau boleh ngerepotin mama titip Jaehyun buat hari ini, boleh?" tanyanya dengan nada enggan.

Aku mengangguk. "Mama, ini udah tugasku. Nggak usah merasa takut merepotkan, Jahe biar aku yang nemenin, pun kalau jahe mau aku temenin."

"Mau dia pasti, orang dirumah tiap mama senyum dia pasti nanya 'Mama senyumnya kok sama kayak Nara?' coba kamu tanyain langsung sana sama Nara. Mama berangkat dulu, nanti pulangnya kamu tunggu mama," kata Jessica sembari berjalan meninggalkan kami.

Jaehyun mengangguk, telinganya merah.

Aku berjalan di sampingnya. Menyeimbangkan langkahku dengannya, kulihat dahinya berkeringat, pasti karena jarak dari gerbang masuk ke ruangan dokter spesialis cukup jauh. Kalau diperhatikan Jaehyun dengan kecepatan jalan segini, kurang lebih dia udah jalan selama tigapuluh menit.

Jaehyun yang sadar aku tengah memperhatikannya menoleh. "Nara, lama ya? Kamu duluan aja, nggak apa-apa. Kamu juga pasti banyak kerjaan, 'kan?" tanyanya memastikan.

Aku menggeleng. "Kamu pasien prioritasku, remember?"

Jaehyun mendengus. "Ah, I see. Thank you," katanya sembari mendongakkan pandangannya untuk memastikan jarak antara posisi kami dengan ruangan Taeil.

"Semangat, Jahe." kataku singkat.

Jaehyun berhenti kemudian membuang nafasnya yang terdengar sangat berat itu. "Hhh.. Nara, capek. Boleh rangkul?" katanya sembari mengangkat lengan kanannya.

Aku memposisikan diriku agar mudah diraih Jaehyun. "Pelan-pel--"

"Sama aja lama. Pake ini, lah!" potong Joshua yang tengah mendorong kursi roda yang kosong.

Jaehyun menoleh kearah Joshua kemudian Jaehyun perlahan mendudukkan dirinya di kursi roda yang dibawa oleh Joshua. "Maaf ya, Nara. Makasih ya, bubur kacang ijo."

"What?"

"I do remember your voice, dude. Kamu teriak di depan ruangan ranapku."

✓ lumpuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang